The Story bout Kapadala
Ditumbuhi pohon-pohon besar, rerumputan dan semak belukar. Sepi dan tak berpenghuni, hanya binatang-binatang hutan yang berkeliaran. Itulah gambaran keadaan sebuah wilayah di Kelurahan Airnona, Kecamatan Oebobo, beberapa puluh tahun lalu.
Wilayah yang dikelilingi Kali Mati, Kali Humbala, Kali Dendeng dan sebuah legong ini kemudian mulai dihuni pada zaman penjajahan Belanda. Orang pertama yang mendiami tempat ini berasal dari Pulau Sabu, yakni Nara Udju dan Welem Wolo.
Menurut cerita, karena dataran tanahnya yang tinggi, Nara Udju dan Welem Wolo berucap dengan dialek khas sukunya, "Kapa dala?" yang artinya "Kapan Dalam?". Sejak saat itu, wilayah ini dikenal dengan nama Kapadala. Warga setempat juga menyebutnya Lida Tana.
Semakin lama, penduduk di Kapadala semakin bertambah. Orang-orang yang datang menduduki tempat itu adalah sanak keluarga dari Nara Udju dan Welem Wolo.
Berbicara tentang Kapadala saat ini, sebagian orang pasti berpikir tentang pekuburan. Ya, tempat ini memang telah menjadi pekuburan umum sekitar tahun 1950-an. Pada tahun itu, kepala desa setempat, Amamika Kota yang menyerahkan sebagian tanah Kapadala untuk dijadikan tempat pekuburan umum. Tak heran jika ditempat ini sering terjadi kejadian-kejadian mistis. Contohnya adalah salah seorang tokoh adat, Alex Paralobo (74) yang mengaku sering melihat makhluk-makhluk kecil atau yang sering disebut kurcaci. Beliau bercerita sering melihat manusia-manusia kecil itu berkeliaran di legong dekat rumahnya.
Kejadian gaib lainnnya terjadi di salah satu rumah warga. Alex Paralobo bercerita bahwa rumah warga tersebut dibangun di atas sebuah kuburan orang Timor. Akibatnya, ibu dari pemilik rumah itu gila.
Di Kapadala memang sering terjadi peristiwa-peristiwa gaib. Namun hal itu tidak mengurangi keberanian orang-orang untuk tinggal di tempat tersebut. Buktinya saat ini ada sekitar 45 kepala keluarga yang menghuni tempat itu.
Sebagian wilayah Kapadala memang telah menjadi pekuburan umum. Namun tak berarti tempat ini angker untuk ditinggali. Karena ternyata warga yang mendiami tempat tersebut dapat hidup dengan rukun dan aman sampai saat ini. (rholie-givans)