RS. Johannes Kupang Akan Beri Perhatian Khusus pada Balita Korban Kekerasan Oleh Ayah Kandung
akibatnya Diana mengalami kekurangan gizi. "Anak sudah kurang gizi tambah dia aniaya lagi," ujarnya.
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Rosalina Woso
RS. Johannes Kupang Akan Beri Perhatian Khusus pada Balita Korban Kekerasan Oleh Ayah Kandung
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Pihak RS. Johannes Kupang, melalui Wadir Bidang Pelayanan, Stefanus De Soka menuturkan, pihaknya akan memberikan perhatian khusus kepada Diana Damiyanti Sabneno (2) korban kekerasan oleh Abraham Sabneno yang merupakan ayah kandung Diana.
Hal itu dikatakan Stefanus kepada POS-KUPANG.COM, usai memantau kondisi Diana yang dirawat di ruang kenanga, Kamis (18/7/2019).
Ia menjelaskan Diana ditangani oleh dua dokter, yaitu dokter spesialis bedah tulang dan dokter anak. Menurutnya, Diana dalam kondisi gizi buruk dan cedera patah tulang pada kaki kiri dan lengan kiri.
"Saat ini kita dalam proses stabilisasi kondisi Diana. Gizi buruknya kita atasi dan cederanya, kita akan pasang alat, diberikan semacam beban sehingga patahan tulang bisa kembali lurus," ungkapnya.
Menurutnya, dilihat dari ciri-ciri fisik, Diana kemungkinan menderita gizi buruk marasmus, sehingga perlu dilakukan perbaikan gizi sambil mengatasi patah tulang.
Marasmus merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi yang paling sering ditemui pada balita.
Penyebabnya antara lain, masukan makanan yang sangat kurang, infeksi, pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan.
Untuk penanganan gizi buruk, kata Stefanus dibutuhkan waktu cukup lama, yakni satu atau dua minggu. "Itu pun jika tidak ditemukan penyakit-penyakit yang lain. Kalau ada yang lain pasti lebih lama," ungkapnya.
Sementara waktu pemulihan patah tulang, kata Stefanus, untuk tulang balita relatif cepat, namun pihaknya akan lebih dulu memperbaiki kondisi gizi Diana. Sebab kata dia, jika pemulihan patah tulang dilakukan dengan operasi, maka kondisi gizi Diana harus dikembalikan dulu.
Balita berusia dua tahun asal desa Oenesu, Kelurahan Batakte, Kabupaten Kupang tersebut mendapat perlakuan kejam dari ayah kandungnya sendiri. Mulai dari tidak diberi makan, dipukul hingga mengalami patah tulang dan mulutnya dibakar pakai api rokok.
Diana merupakan bungsu dari delapan bersaudara dari pasangan Abraham Sabneno dan Erni Laku Saba. Keluarga ini menetap di desa Oenesu, Kabupaten Kupang di sekitar lokasi wisata air terjun Oenesu, jauh dari permukiman penduduk desa tersebut.
Rumah mereka berdinding bebak dan beratap seng, namun sudah karatan. Tanah tempat rumah mereka pun merupakan tanah sewaan, milik salah seorang warga yang tinggal jauh dari tempat tinggal mereka.
Sang istri, Erni Laku Sabu, sesungguhnya mengetahui persis bagaimana perlakuan suaminya menganiaya Diana sejak Diana berusia satu tahun. Namun sayang Erni tidak berani melaporkan ke keluarga atau polisi lantaran Abraham mengancam akan membunuh Erni dan Diana.
Kekejian Abraham terkuak, Minggu (14/7/2019) sore. Erni tak tahan lagi melihat penderitaan Diana. Sore itu ketika pulang menjual sayur di Bolok Kupang, Erni mendapati anaknya dalam kondisi kritis. Paha kiri dan lengan kiri Diana kian membekak, sementara luka bakar di bibir dan dagu berair.