SEMANA SANTA: Siapa Saja yang Ada di Perahu Tuan Meninu pada Prosesi Jumat Agung?
ada tiga suku yang berperan secara turun temurun dalam ritual yang dimulai dari dalam Kapela Tuhan Meninu.
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Rosalina Woso
SEMANA SANTA: Siapa Saja yang Ada di Perahu Tuan Meninu pada Prosesi Jumat Agung?
POS-KUPANG.COM|LARANTUKA--Ritual religius paling penting pada perayaan Jumat Agung (19/4/2019) mengenang hari berkabung kematian sang Juru Selamat adalah prosesi laut.
Ritual akan diawali ratapan dan doa pukul 11.0 Wita atau satu jam sebelum prosesi laut dilaksanakan dari Pante Kota Rewido menuju ke Pantai Kuce di Larantuka. Ratusan peziarah menumpang sampan, perahu motor dan kapal akan ikut dalam prosesi itu.
Yoseph P.Fernadez, pengusung Tuhan Tersalib menuturkan, ada tiga suku yang berperan secara turun temurun dalam ritual yang dimulai dari dalam Kapela Tuhan Meninu.
Suku Nalele dan Suku Pohon Rita bertugas di dalam kapela, sedangkan Suku Kinta Besar mengurus kegiatan di luar kapela. Yoseph Fernandez, adik kandung Ketua Adat Kapela Tuan Meninu, Anton Fernandez
• Tak Percaya Prabowo Kalah di Quick Count Pemilu 2019, Pria Ini Babat Televisinya Pakai Golok
• Calon DPD RI, Martinus Siki Sementara Kumpulkan 86.844 Suara
• Dari Wae Mbeleng, Yesus Diarak Menuju St. Klaus dan Disalibkan
“Saya yang akan menjunjung peti Tuhan Tersalib. Saya harus luruskan yang dibawah dalam prosesi laut adalah Salib Tuhan yang tersalib. Hari ini sampai Minggu kita mengenang hari kematianNya. Bukan Tuan Meninu atau bayi Yesus yang hari rayanya Natal,” kisah Yoseph Fernandez kepada POS-KUPANG.COM, Jumat pagi di Pante Kota Rewido, Kelurahan Sarotari.
Peti Tuhan Tersalib diusung menuju pante dan ditempatkan di dalam bero atau sampan tradisional. Ketua adat tiga suku, Anton Fernandez telah berada di dalam bero. Selain Anton Fernandez, ada jua seorang perempuan paruh bayah Theresia Kay Diaz yang disapa Mama Do’a. Ia satu-satunya perempuan di atas bero dari latar belakang turunan ketiga suku di Kapale Tuhan Meninu.
Bero didayung dua orang pria tangguh berasal dari sekitar Kampung Kota Rewido. Seorang pedayung berada di depan bero dan seorang lagi berada di belakang memegang dayung. Selain itu ada juga dua pria yang memegang bambu untuk menekan ke laut mendorong laju sampan.
“Mereka yang ingin menjadi pedayung sampan bero ini punya permesa (niat) khusus. Biasanya mereka datang ke tua adat menyatakan kesanggupanya menjadi pedayung, begitu juga yang pegang bambu,” imbuh Yoseph Ferrnandez.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eginius Mo’a)