Fenomena Golput Kalangan Milenial, Pengamat : Disengaja Karena Tidak Tertarik Yang Ditawarkan Capres

fenomena golput yang terjadi cukup menarik apalagi jika dikaitkan dengan debat-capres cawapres yang dilaksanakan oleh KPU.

Penulis: Ryan Nong | Editor: Rosalina Woso
zoom-inlihat foto Fenomena Golput Kalangan Milenial, Pengamat : Disengaja Karena Tidak Tertarik Yang Ditawarkan Capres
POS KUPANG/RYAN NONG
Pengamat politik dari Universitas Nusa Cendana Kupang Rudi Rohi

 
Fenomena Golput Kalangan Milenial, Pengamat : Disengaja Karena Tidak Tertarik Yang Ditawarkan Capres

POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Fenomena golput di kalangan generasi Y atau kalangan Milenial masih berpotensi terjadi pada pemilu presiden dan pemilu legislatif tahun 2019. Pada pemilu presiden tahun 2014, jumlah partisipasi pemilih seperti yang dilansir KPU berada pada angka 69.58 persen untuk pemilu presiden dan 75.11 persen untuk pemilu legislatif.

Pengamat politik dari Universitas Nusa Cendana Kupang, Rudi Rohi mengungkapkan fenomena golput yang terjadi cukup menarik apalagi jika dikaitkan dengan debat-capres cawapres yang dilaksanakan oleh KPU.

Kepada POS-KUPANG.COM pada Senin (18/3/2019), Rudi menjelaskan dalam fenomena yang terjadi dapat dilihat tiga faktor penyebabnya.

Ramalan Zodiak Hari Ini, Selasa 19 Maret 2019, Gemini Masalah Keuangan, Sagitarius Masalah Karier

Gissela Anastasia dan Wijaya Saputra Terciduk Bermesraan di Pusat Perbelanjaan, Jadian?

Pengumuman SNMPTN 2019 Dipercepat

Rudi mengatakan, golput pada generasi Milenial pertama disebabkan oleh sifat dan mobilitas yang tinggi dari generasi Milenial sehingga keterdaftaran mereka sebagai pemilih berpotensi tidak tercover demikian pula saat pemilihan mereka tidak berada di daerah pemilihan. Meskipun tidak besar,namun faktor ini diyakini studi masih tetap ada.

“Golput dari generasi Y atau pemilih milenial, mereka memiliki mobilitas yang tinggi sehingga keterdaftaran mereka sebagai pemilih itu juga berpotensi untuk tidak tercover, pun jika  tercover terapi dengan mobilitas yang tinggi mereka kemungkinan besar tidak berada di daerah pemilihan pada saat pemilihan,” katanya.

Ia menambahkan, dengan mobilitas yang tinggi, meskipun pada saat yang sama sistem data pemilih itu meskipun sudah menyediakan a5 namun tidak cukup antisipatif untuk mereka karena mobilitasnya itu.

Selain karena mobilitas, faktor kedua golput juga bisa dikarenakan strategi politik perang antar basis tim-tim sukses dimana salah satu tim bisa menciptakan golput di basis lawan politiknya.

“Saya kira ketika misalnya salah satu tim sukses tidak bisa mengambil suara di basis lawan politik, mereka berupaya supaya, basis lawan politik itu juga tidak memberikan suara secara optimal salah satu dengan menciptakan golput disana,” paparnya.

Yang ketiga bisa juga, golput disengaja dimana pemilih itu memang tidak tertarik dengan apa yang ditawarkan oleh calon calon presiden kali ini, sehingga mereka lebih memilih untuk tidak memilih.

Penembakan di Utrecht Belanda, Tiga Tewas, Polisi Buru Pria Turki Berusia 37 Tahun

Presiden Korea Selatan Perintahkan Penyelidikan Kasus Narkotika yang Melibatkan Seungri BIGBANG

Pemilu di Flotim, KPU NTT Belum Dapat Petunjuk dari KPU RI

Namun jika dikaitkan dengan hasil debat, lanjutnya, secara umum golput sedikit banyak mulai terpengaruh untuk bergerak menjadi pemilih. Meskipun itu tidak berlaku mutlak bagi generasi Milenial yang tidak sangat sedikit mengkonsumsi televisi ketimbang internet.

“Kita tahu kan bahwa debat diselenggarakan televisi sedangkan generasi milenial mereka lebih banyak mengakses internet dan saya kita karena ini bisa jadi pemilih milenial adalah pemilih yang paling sedikit  mendapat dorongan untuk tidak menjadi golput dengan adanya debat capres cawapres,” lanjut alumnus Universitas agadjah Mada ini.

Ia menegaskan, generasi milenial meskipun potensial tetapi belum semua akan terlibat dalam pemilihan kali.

Namun demikian, diakuinya memang ada potensi baik, dimana saat ini sudah ada generasi milenial yang terlibat langsung dalam praksis politik  misalnya praktisi politik ataupun tim sukses. Mereka ini memang ada di beberapa komunitas akan cenderung bisa mengkonsolidasikan basis komunitas mereka.

“Saya kita pemilih milenial macam ini mereka berpartisipasi,” pungkasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Nong)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved