Inilah 10 Klaster Binaan BI Perwakilan NTT dan Sudah Bisa Akses ke Perbankan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT telah melakukan pendampingan terhadap 10 klaster Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di NTT pada tahun 2018.

Penulis: Yeni Rachmawati | Editor: Hermina Pello
zoom-inlihat foto Inilah 10 Klaster Binaan BI Perwakilan NTT dan Sudah Bisa Akses ke Perbankan
Lembah Hijau untuk POS-KUPANG.COM
Produk Aroma Kopi Sumba dari Lembah Hijau. UMKM ini merupakan binaan dari Bank Indonesia

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yeni Rachmawati

POS-KUPANG.COM | KUPANG -Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT telah melakukan pendampingan terhadap 10 klaster Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di NTT. Pada tahun 2018, melakukan pengembangan dua klaster, yaitu kopi arabika di Kabupaten Ngada dan bawang merah di Noekele, Kabupaten Kupang.

"Dengan demikian, jumlah klaster dampingan Bank Indonesia pada tahun 2018 ada 10 klaster. Dari sisi SDM dan kelembagaan, produksi dan produktivitas, pemasaran dan akses kredit ke perbankan sebagai indikator pencapaian kinerja klaster, maka 10 klaster mencapai hasil yang nyata," kata Konsultan Pengembangan UMKM BI, Yosef Boli Sura, kepada wartawan Minggu (3/3/2019).

Dia mencontohkan, klaster sapi sudah menjadi tempat belajar, magang dan studi banding. "Contoh klaster sapi Noetnana dan Sehati adalah klaster sapi yang diinisiasi oleh BI KPw NTT pada tahun 2014. Dengan jenis usaha penggemukan sapi integrasi dengan hortikultura yang memprioritaskan kegiatan perluasan akses pemasaran, peningkatan usaha penggemukan sapi, akses kredit perbankan dan manajemen pakan," ujarnya.

Lembah Hijau Produksi 100 Kg Aroma Kopi Sumba

Pegadaian Syariah Siapkan Rahang Tanah Kredit Untuk Petani

Klaster padi, lanjut Yosef, melakukan inovasi, yakni pengendalian inflasi berbasis masyarakat dengan cara menjual beras ke Bulog

"Semua klaster dampingan Bank Indonesia sudah dapat mengakses kredit dari perbankan. Agar klaster dapat berkelanjutan, selain komitmen dan konsistensi dari pelaku klaster, juga melakukan pemberdayaan berbasis kelompok yang terlibat di dalam klaster dengan prinsip partisipasipatif, kepemilikan, dan pembelajaran," jelasnya.

Kemudian, lanjut Yosef, kolaborasi dan sinergitas semua pihak terkait, sambil terus mendorong agar anggota kelompok selalu membangkitkan kembali motivasi intrinsik yang ada dalam dirinya masing-masing.

Dia menjelaskan, pengembangan UMKM ini dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memitigasi risiko inflasi di Provinsi NTT Pendampingan secara klaster dipandang strategis karena prosesnya dilakukan dari hulu sampai hilir.

Pengembangan UMKM dilakukan dengan konsep pemberdayaan berbasis kelembagaan merujuk kepada empat aspek sebagai indikator untuk mengukur pencapaiannya. Indikator itu yakni sumber daya manusia dan kelembagaan, produksi dan produktifitas, akses kepada pasar serta akses modal ke perbankan.

Kegiatan yang dilakukan dari BI antara lain pendampingan, bantuan teknis, fasilitasi, sarana-prasarana melalui Program Sosial Bank Indonesia.

Diharapkan, pelaku klaster dapat berdaya secara ekonomi dengan memanfaatkan semua sumber daya yang mereka miliki dan berbagai insentif dari BI.

Ia mengatakan perubahan cara pandang, berpengaruh secara signifikan terhadap hasil yang diperoleh masing-masing kelompok.

"Kisah sukses bisa memberi justifikasi terhadap klaim bahwa mereka mengalami perubahan secara nyata karena program klaster," tuturnya.

Menurutnya, dalam konteks klaster, insentif yang diberikan diharapkan menjadi faktor pemicu, bagi niat dan motivasi semua anggota kelompok agar dapat mengadopsi tawaran program sekaligus menjalankannya secara berkelanjutan. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved