Yohanis Pengrajin Mamuli Dari Sumba Timur Raup Omzet Hingga 400 Ribu Perhari
Mamuli ini dengan bentuk dasarnya menyerupai simbol omega, rahim atau kelamin perempuan, dengan bahan dasar terbuat dari emas, perak maupun perunggu.
Penulis: Robert Ropo | Editor: Rosalina Woso
Yohanis Pengrajin Mamuli Dari Sumba Timur Raup Onzet Hingga 400 Ribu Perhari
POS-KUPANG. COM | WAINGAPU-Mamuli merupakan sebuah perhiasan khas dari Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Mamuli ini dengan bentuk dasarnya menyerupai simbol omega, rahim atau kelamin perempuan, dengan bahan dasar terbuat dari emas, perak maupun perunggu.
Mengapa desainnya begitu, karena itu sebagai simbol untuk menghormati kedudukan perempuan.
Mamuli dipercaya sebagai benda yang dianggap paling penting dalam adat Sumba apalagi saat acara perkawian sebagai belis yang harus dibawa oleh calon pengantin pria yang hendak mempersunting calon pengantin wanita.
Begitu juga tidak hanya menyiapkan mamuli tetapi juga si pria harus juga mempersiapkan luluh amah atau kanatar untuk lulus masuk minta.
• CSR PLN UIW NTT Berupa Pembagian Seng 19.647 Lembar di Ngada
• Harga Bensin Turun, Terhitung Per Hari Tanggal 10 Februari 2019, Segini Sekarang Harga BBM
Luluh amah ini berbentuk menyerupai alat kelamin pria dan terbuat emas, perak maupun perunggu berbentuk rantai yang sedikit panjang, jika pada jaman dahulu panjang luluh amah mencapai 400 Cm.
Karena ini merupakan budaya yang wajib pada setiap acara perkawinan orang Sumba sebagai belis, maka dimanfaatkan orang Sumba untuk menciptakan mamuli demi meraup penghasilan untuk kebutuhan hidup ekonomi rumah tangga mereka.
Namun untuk menciptakan mamuli ini tidak semua orang Sumba bisa. Tapi hanya sebagian orang Sumba yang pintar sebagai pengrajin mamuli.
• BBPP Kupang Kembali Hadirkan 60 Penyuluh Peternakan
• Ini Yang Dilakukan Direktur Panas Bumi di PLTP Mataloko
Yohanis Umbu Hudang (60) warga asal Manggili, Kecamatan Pahunga Lodu, Kabupaten Sumba Timur ini adalah seorang pengrajin mamuli. Yohanis menggeluti sebagai pengrajin mamuli sejak dari tahun 1980 an.
Yohanis ketika ditemui POS-KUPANG. COM di tempat pengrajin miliknya di depan lapangan Rihi Eti, Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur, Senin (11/2/2019) mengatakan sudah sejak tahun 1980 an Ia telah mengeluti sebagai pengrajin mamuli.
Sebagai orang Sumba, Kata Yohanis selain sebagai meneruskan tradisi adat warisan lelulur, juga memanfaatkan peluang demi pemenuhan kebutahan hidup karena pada setiap hari selalu orang Sumba membeli mamuli.
Kata dia, pada setiap hari mamuli buatanya itu laku terjual hingga 6 sampai 8 biji mamuli, jika penghasilan dalam rupiah ia meraup omzet hingga Rp 400.000 pada setiap hari, apalagi pada saat musim kemarau.
Suami dari Ferderika Worihana ini juga mengaku hanya mengeluti sebagai pengrajin mamuli ia mampu menyekolahkan 7 orang anak laki-lakinya yang kini duduk di bangku SMP, SMA dan perguruan tinggi.
• Teenager : Teeners, Valentine Day Tidak Melulu Soal Pacaran
• CSR PLN UIW NTT Berupa Pembagian Seng 19.647 Lembar di Ngada
"Niat saya semua anak saya harus sarjana semua, sekarang satu sudah di bangku perguruan tinggi. Tapi lihat saja ini semua tergantung pemberian dari sang maha kuasa yaitu Tuhan,"ungkap Yohanis.