Berita Kabupaten Sikka

Pastor dan Pendeta di NTT Sudah Lama Jadi Guru, Stef: Pendidikan di NTT Digerakkan Gereja

Tantangan Gubernur NTT, Veky Laiskodat supaya para pastor,pendeta dan suster menjadi guru bukan gagasan baru

Penulis: Eugenius Moa | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/EGINIUS MO'A
Kepala SMAS Katolik Bhaktyaras, Suster Marcelina Lidi, SspS,S.Fil. 

Laporan Wartawan POS KUPANG.COM, Euginius  Mo’a

POS-KUPANG.COM|MAUMERE--Tantangan  Gubernur  NTT, Veky Laiskodat supaya para  pastor,pendeta dan  suster menjadi  guru bukan   gagasan  baru.    Rohaniwan/wati  telah   lama menjadi  guru sebelum  pemerintah berperan.

“Awal adanya semua umat Kristen dipanggil untuk menjadi Imam, Raja dan Nabi. Tugas pewartaan (guru) sudah ada sejak dibaptis menjadi anggota gereja,” ujar anggota DPRD  Sikka,  Stef Sumandi,  S;Fil, kepada  POS-KUPANG.COM, Senin (26/11/2018)  menanggapi tantangan Gubernur NTT  disampaikan dalam kuliah  umum di  STFK  Ledalero, Kabupaten  Sikka, Pulau  Flores,   Sabtu  (24/11/2019).

Menurut  Stef, setiap hari para pastor, pendeta dan suster sudah menjadi guru dalam pewartaannya. Secara spesifik, dari dulu  karya kerasulan di bidang pendidikan sangat banyak dilakukan para pastor dan biarawan/wati.

Baca: Jamaah Tabliq Asal Pakistan Kunjungi Umat Muslim di Ngada

Baca: Lima Hal Ini Direfleksikan di Hari Guru di Sikka

Baca: BMKG Beri Peringatan Dini Waspadai Gelombang Setinggi Dua Meter di Beberapa Perairan NTT Hari Ini

Baca: Ini Kota musti barisi

“Justru pendidikan di NTT digerakkan gereja. Pemerintah saja  yang kurang peduli dengan nasib guru. Guru dibiarkan menderita dan menangis sendiri dalam keheningan. Guru dibiarkan berjuang sendiri dengan nasib diri dan anak didiknya. Konsentrasi pemerintah hanya membangun gedung dan sarana lain, tetapi honor guru tidak diperhatikan,” tandas  Stef.

Ia  mengatakan, tidak perlu semua pastor, suster dan biarawan atau pendeta menjadi guru. Cukuplah  pemerintah memberikan kesejahteraan yang baik bagi guru dan kualitasnya ditingkatkan.

“Saya yakin awampun bisa meningkatkan pendidikan kita. Pemerintah harus menjadi guru dalam memberikan upah. Bagaimana mungkin pemerintah begitu tegas dengan perusahan swasta dalam hal upah kerja, tetapi guru honor di sekolah negeri sendiri digaji dengan upah sangat rendah. Pemerintah harus memberi contoh dalam hal pelaksanaan UU ketenagakerjaan,” imbuh Stef.

Baca: Fraksi Partai Demokrat Minta Perhatian Pemprov Soal Hak-hak Ulayat Masyarakat Adat

Baca: Anda Ingin Melakukan ke Benoa Menggunakan Kapal Pelni ? Ini Jadwalnya!

Baca: Anda Ingin ke Larantuka, Ini Jadwal Kapal Fery !

Kepala  SMAK  Bhaktyarsa Maumere, Suster Marcelina Lidi, SSpS,  mengatakan  kita  perlu realistis mengubah sistim pendidikan butuh proses panjang. Paling pokok mengubah mindset orang NTT agar lebih produktif bukan konsumtif.

“Orang yang datang dari kampung pun bisa jadi agen perubahan. menurut saya yang jadi masalah dasar di NTT adalah pendidikan dalam keluarga.  Banyak nilai yang sudah merosot karena tidak ditanamkan sejak dini dalam keluarga,” tandas Suster Marcelina.

Baca: 55 Desa Sudah Terlayani Perekaman E KTP Dinas Kependudukan Sumbar

Baca: Rumah Milik Modetus Watu Abis Dilalap Api

Baca: Urus Anak sampai Sarapan Sendiri, Beginilah Kegiatan Ruben Onsu Sejak Istrinya Hamil

Baca: Info Sehat Bagi Perokok. 7 Makanan Ini Bakal Bikin Hapus Nikotin dalam Tubuh. Jangan Telat!

Baca: Suara Hati Gisella Anastasia : Maunya Akur Sama Mas Gading

Kalau tunggu di sekolah tetap ada yang hilang. Kalaupun seluruh biarawan/wati melakukan sesuai harapan   gubernur tetap mustahil diselesaikan dalam lima  tahun. Orang harus sejahtera baru bekerja profesional. Jika tidak tiap orang fokus untuk kekayaan diri. (*)

Area lampiran

 

BalasBalas ke semuaTeruskan

 
 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved