Berita Kabupaten Sikka
Kelompok Tenun Ikat Takaplager Sulit Pasarkan Tenun Ikat
Kami kesulitan pasarkan hasil tenun kelompok. Kalau ada kesempatan seperti ini kami bawa jual mudah-mudahan ada yang mau beli
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Kanis Jehola
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eginius Mo'a
POS-KUPANG.COM | MAUMERE - Kain-kain tenun ikat yang dihasilkan menggunakan pewarna alam buah karya kaum perempuan Desa Takaplager, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, tampak indah dan `berkelas' dibandingkan ikat tenun menggunakan pewarna buatan.
Penggunaan pewarna alam menjadi pembeda ikat tenun yang dihasilkan kaum perempuan dari desa ini. Namun tak punya akses yang luas memasarkan menjadi alasan kelompok tenun ini.
"Kami kesulitan pasarkan hasil tenun kelompok. Kalau ada kesempatan seperti ini (kegiatan di kota) kami bawa jual mudah-mudahan ada yang mau beli," ujar pengelola kelompok ikat tenun Desa Takaplager, Maria Nona Yanti, kepada POS-KUPANG.COM, Senin (5/11/2018) di Maumere.
Baca: Penghasilan Menkeu Malaysia Lebih Besar dari PM Mahathir
Tak hanya kesulitan memasarkan hasil ikat tenun, kelompok tenun beranggotakan 25 orang penenun ini juga kesulitan tempat memamerkan hasil tenunan.
"Kalau ada satu ruangan untuk pamerkan hasil kerajinan ini sudah baik sekali membantu usaha kelompok," harap Maria.
Baca: Ronaldo Ingin Main Bareng Rooney Lagi Sebelum Gantung Sepatu
Wakil Gubernur NTT, Yosef Nae Soi, menyaksikan stand kelompok ikat tenun hadir dalam pelatihan pendamping lokal desa di Hotel Silvya, Maumere mengakui Tim Penggerak PKK Provinsi NTT gencar mendorong para penenun di NTT.
"Tim Penggerak PKK dipimpin Ibu Vecky Laiskodat terus mendorong para penenun dan menampung hasil tenunan mereka. Tapi bukan PKK yang membelinya, ada badan usaha dari Bank NTT atau PT Flobamora," kata Yosef. (*)