Berita Nasional

Pengamat LIPI Nilai Koalisi Prabowo Tidak Solid, Ini Alasannya

Lili Romli menilai wajar jika koalisi partai penantang Joko Widodo pada Pilpres 2019 buyar jelang batas akhir pendaftaran calon presiden

Editor: Kanis Jehola
KOMPAS.com/ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Ketua Pengarah Panitia Ijtima Ulama, Abdul Rasyid Abdullah Syafii, Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra, Presiden PKS Sohibul Imam, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U) Yusuf Martak, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, dan Ketua Umum Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra berfoto bersama saat menghadiri acara Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional di Jakarta, Jumat (27/7/2018). 

POS-KUPANG.COM | JAKARTA - Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lili Romli menilai wajar jika koalisi partai penantang Joko Widodo pada Pilpres 2019 buyar jelang batas akhir pendaftaran calon presiden dan wakil presiden ke Komisi Pemilihan Umum.

Sebab, menurut dia, koalisi yang akan mengusung Prabowo Subianto sebagai capres tersebut memang tidak solid sejak awal.

"Kubu penantang Jokowi ini enggak solid dari awal karena mereka takut kalah. Mereka sadar sulitnya mengalahkan Jokowi yang petahana," kata Lili saat dihubungi, Kamis (9/8/2018).

Baca: Gempa Susulan Bermagnitudo 6,2 di Lombok, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Lili menyampaikan, PKS, PAN, dan Partai Demokrat sadar tidak memiliki figur yang mampu mengimbangi elektabilitas Jokowi. Oleh karena itulah mereka mengajukan syarat mendapat posisi cawapres Prabowo.

Tujuannya semata-mata adalah untuk mengamankan perolehan suara partai politiknya masing-masing di pemilu legislatif.

"Kubu penantang pasti mikirnya, daripada kalah enggak dapat apa-apa, mending ngotot mengajukan figur untuk cawapres. Semua mengajukan nama, jadinya alot," ujar Lili.

Dengan mendapatkan posisi cawapres, kata Lili, partai politik berharap mendapat coattail effect atau efek ekor jas. Efek ini diharapkan dapat meningkatkan perolehan suara mereka pada Pileg 2019.

"Ini realistis, dari pada pilpres kalah terus partai enggak masuk parlemen, kan kayak sudah jatuh tertimpa tangga. Makanya mereka minta cawapres demi coattail effect," ungkap Lili.

Jelang batas akhir pendaftaran capres dan cawapres ke KPU pada Jumat besok, belum ada kejelasan mengenai cawapres yang akan digandeng Prabowo.

Di Partai Gerindra, nama Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menguat untuk mendampingi Prabowo.

Partai Demokrat siang ini tengah menggelar rapat darurat di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono. PAN juga tengah menggelar Rakernas untuk menentukan arah koalisi.

Sementara itu, PKS pun masih ngotot agar Prabowo menggandeng kadernya, Salim Segaf Al-Jufri, sesuai rekomendasi Ijtima Ulama. (*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved