Berita Ekonomi Bisnis
Jumlah Petani NTT Berkurang Karena Harga Beras Rendah
Petani NTT lebih memilih jadi TKI daripada jadi petani. Kok Bisa? Penyebabnya harga beras yang ditetapkan pemerintah rendah
Penulis: Adiana Ahmad | Editor: Hermina Pello
Laporan Wartawan POS-KUPANG.COM, Adiana Ahmad
POS-KUPANG.COM, KUPANG | Jumlah dan kualitas petani di NTT saat ini mengalami penurunan drastis.
Salah satu penyebab karena harga beras yang ditetapkan pemerintah sangat rendah, sementara biaya produksi besar.
Petani NTT lebih memilih menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) daripada menjadi petani. Mengapa demikian?
Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan (OP) Sumber Daya Air (SDA) dan Irigasi Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PU danTR) Provinsi NTT, Benyamin Nahak, MT, di ruang kerjanya, Senin (30/7/2018) menjelaskan penyebabnya.
Ia mengatakan, harga beras yang ditetapkan pemerintah sangat rendah sehingga beras produksi petani di NTT tidak terserap.
"Sekarang ini petani lebih memilih jadi TKI daripada olah lahan dengan biaya besar, tapi hasilnya dihargai murah," tambahnya.
Saat ini, demikian Benyamin, harga beras medium yang ditetapkan pemerintah Rp 7.300 per kilogram dan beras produksi petani di NTT digolongkan dalam kelas medium.
Padahal biaya produksi yang dikeluarkan petani rata-rata Rp 16 juta- Rp 17 juta per hektar.
"Biaya pengolahan, biaya tenaga kerja dan saprodi (sarana produksi) yang sangat mahal memicu tingginya biaya produksi di NTT, terutama di daratan Flores," ungkap Benyamin.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/benyamin-nahak_20180801_095329.jpg)