Arianti Sebut Kondisi Ekonomi Perempuan Sumba Tidak Seindah Tenun Ikatnya
UKSW melalui Pusat Studi Gender dan Anak UKSW Salatiga Provinsi Jawa Tengah merintis sekolah tenun ikat Sumba Timur.
Penulis: Robert Ropo | Editor: Kanis Jehola
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Robert Ropo
POS-KUPANG.COM | WAINGAPU - Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) melalui Pusat Studi Gender dan Anak UKSW Salatiga Provinsi Jawa Tengah merintis sekolah tenun ikat Sumba Timur.
Sebab, kondisi sosial ekonomi perempuan Sumba, khususnya Sumba Timur di balik tenun ikat tidaklah seindah tenun ikatnya, meskipun tenun ikat Sumba Timur sudah sangat terkenal sampai mancanegara.
Baca: Dikunjungi Dandim dan Kapolres Sumba Timur, Begini Respon Pastor Paroki Sang Penebus Wara
Pihak UKSW Pusat Studi Gender dan Anak UKSW Salah Tiga, Dr. Ir. Arianti Ina R Hunga, M.Si, menyampaikan itu kepada wartawan seusai Deklarasi Konsorsium Lawu Hudarangga Hinggi Ru'u Patuala dan Launching Sekolah tenun ikat Sumba Timur di Gedung DPRD Sumba Timur, Sabtu (26/5/2018).
Arianti mengatakan, pihaknya melakukan hal itu karena tenun ikat menjadi pengetahuan perempuan yang berakar pada budaya Sumba. Tenun ikat sudah menjadi karya adi luhung masyarakat Sumba khusunya Sumba Timur.
Menurutnya, kain tenun sudah dikenal secara luas sampai ke manca negara, namun kondisi ekonomi perompuan di balik tenun ikat tidaklah seindah tenun ikat. Mereka masih terbelenggu dalam kemiskinan dari berbagai aspek.
"Kondisi ini menjadi salah satu yang menyebabkan anak muda tidak berminat menekuni tenun ikat sebagai kekuatan ekonomi. Mereka beralih mencari pekerjaan lain salah satunya menjadi TKW di luar negeri, bahakan ada yang terjebak dalam pusaran perdagangan manusia dan merenggang nyawa," kata Arianti.
Arianti mengatakan perempuan Sumba Timur juga masih menghadapi persoalan kematian ibu hamil melahirkan dan bayi baru lahir tinggi, rentan terhadap kesehatan reproduksi, dan kasus kekerasan.
"Perempuan dan kita semua harus bangkit, dn kembalikan tenun ikat sebagai kekutan ekonomi budaya. Bila tidak akan menjadi ancaman bagi pelestarian dan pewarisan pengetahuan dan kreatifits tenun ikat bagi generasi muda Sumba," kata Arianti. (*)
