Jelang Panen Tahunan, Masyarakat Leworahang Gelar "Pare Nuba." Mau Tahu Makna Upacara Ini?

Siklus dunia pertanian, tanam dan panen di Flores Timur (Flotim) selalu diwarnai dengan berbagai ritus adat.

Penulis: Felix Janggu | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/FELIKS JANGGU
Tetua suku masyarakat Leworahang, Desa Ilepadung, Kecamatan Lewolema, Flotim, gelar seremoni adat, Jumat (20/4/2018). 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Feliks Janggu

POS-KUPANG.COM | LARANTUKA - Siklus dunia pertanian, tanam dan panen di Flores Timur (Flotim) selalu diwarnai dengan berbagai ritus adat.

Seperti masyarakat petani Leworahang Desa Ilepadung di Pantai Utara Flores Timur, Jumat (20/4/2018). Mereka menggelar upacara Pare Nuba di halaman Korke, rumah adat Leworahang.

Baca: Hanya dengan Makan Pisang 2 Kali Sehari Dapatkan 5 Manfaat Ini Bagi Kesehatan

Upacara adat tahunan sebelum panen padi, jagung dan berbagai tanaman lainnya ini dihadiri oleh tetua adat masyarakat Leworahang.

Tetua adat Leworahang, Yohanes Ama Koten (90), kepada POS-KUPANG.COM di tempat seremoni adat, Jumat (20/4/2018), mengatakan, Pare Nuba digelar tiap tahun sebelum panen.

Pare Nuba memberi makan nenek moyang digelar sebagai tanda penghormatan dan syukur anak suku atas panenan tahunan yang melimpah.

Baca: Tahun Depan Kopdit Swasti Sari Jadi Kopdit Primer Tingkat Nasional

Syukuran dilakukan dengan memotong hewan kurban sebagai silih atas segala dosa dan kelalaian yang dilakukan oleh anak suku.

Jelas Ama Koten, Pare Nuba wajib dilakukan. Jika tidak digelar seremoni adat maka hasil panenan yang seharusnya melimpah akan berkurang.

Setelah hewan persembahan dipotong, dimasak di sekitar korke. Setelah matang, dicincang untuk dimakan tetua suku yang ikut upacara itu.

Namun sebelum anak suku menyantap daging persembahan terlebih dahulu daging persembahan disertai nasi diberikan kepada nenek moyang suku.

Silvester Bisu Koten (40) menambahkan, setelah upacara di korke, menjelang panen di kebun warga juga akan digelar upacara adat.

"Kita wajib lakukan upacara ini. Kalau tidak panenan akan hilang. Kalau sudah upacara ini, biar banyak orang pergi panen, tidak akan habis-habisnya," kata Bisu Koten. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved