Uskup Agung Ende, Mgr Vincentius Sensi Potokota Bilang Ende Sepi Tanpa Frateran Ndao, Kenapa?
Uskup Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi Potokota mengatakan, orang Ende merasa sepi kalau tidak ada sekolah Frateran Ndao.
Penulis: Romualdus Pius | Editor: OMDSMY Novemy Leo
Laporan Wartawan Pos Kupang.com, Romualdus Pius
POS-KUPANG.COM, ENDE - Uskup Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi Potokota mengatakan, orang Ende merasa sepi kalau tidak ada sekolah Frateran Ndao.
Kenapa? Karena selama Frateran Ndao senantiasa meramaikan Kota Ende. Hal tersebut dikatakan Uskup Agung Ende, Mgr Vincentius Sensi Potokota dalam sambutannya saat membuka kegiatan Evaluasi Terpadu (Espad) ke-8 Yayasan Mardi Wiyata Malang, Kamis malam (22/3/2018).
Uskup Sensi mengatakan bahwa pihaknya memberikan apresiasi yang tinggi akan karya-karya Yayasan Mardi Wiyata dalam bidang pendidikan terutama di Pulau Flores dan Ende secara khusus yang ditandai dengan kehadiran SMP dan SMAK Frateran Ndao, Ende.
Menurut Uskup Sensi, sekolah-sekolah dalam naungan Yayasan Mardi Wiyata menampilkan tiga ciri utama yakni penampakan atau penampilan juga pelayanan serta prestasi.
Menurut Uskup Sensi, sebagai orang Flores dirinya merasa bangga dengan keberadaan sekolah-sekolah yang berada di bawah Naungan Yayasan Mardi Wiyata, Malang.
Namun demikian pada sisi lain menyedihkan dengan out pout akan dunia pendidikan NTT secara umum yang masih kalah bersaing dengan daerah lain di tanah air.
Mutu pendidikan di NTT masih jauh tertinggal dengan daerah lain atau belum ada kesataraan.
Uskup Sensi mengatakan bahwa berbicara tentang pendidikan ada sosok sentral didalamnya yakni guru. Peran serta seorang guru tidak sekedar memberikan ilmu pengetahuan kepada para siswa namun juga memanusiakan manusia.
Oleh karena itu panggilan menjadi seorang guru adalah merupakan suatu berkat dari Tuhan kepada sesame manusia.
Untuk itu Uskup Sensi mengharapkan kepada para guru akan tetap menjaga komitmen moral karena menjadi guru adalah sebuah panggilan yang diberkati oleh Tuhan.
Ketua Yayasan Mardi Wiyata Malang, Frater Dr M Monfort, BKH, SE, Mpd, MM, MH, M.AP dalam kesempatan itu mengatakan tuntutan masa kini memerlukan cara lebih inovatif dan kreatif dalam mengelola pendidikan.
Dikatakan berdasarkan evaluasi diri, profil sekolah Yayasan Mardi Wiyata hingga akhir 2017. Ada 3 ranah pendidikan yang mencakup pengelolaan dan Kepemimpinan yakni Kepala Sekolah, Keunggulan Akademik Kurikulum dan Kegiatan Non-akademik dan misi identitas adalah Kesiswaan.
Akan tetapi penyelenggaraan pendidikan Yayasan Mardi Wiyata rupanya perlu mendapat perhatian ekstra.
Dikatakan ranah penyelenggaraan pendidikan mencakup perencanaan finansial dan investasi, pengembangan sumber daya manusia, pengembangan sarana prasarana, pengembangan institusi melalui komunikasi, promosi, pemasaran, pengelolaan siswa baru, kiranya masih perlu adanya tindak lanjut yang lebih mampu menjawab kebutuhan.
Oleh karena itu yang menjadi pertanyaan adalah: bagaimana Yayasan Mardi Wiyata yang mampu mempersiapkan peserta didik terlibat dan mampu memberi sumbangan di kehidupan abad 21 ini.