Uskup Agung Ende, Mgr Vincentius Sensi Potokota Bilang Ende Sepi Tanpa Frateran Ndao, Kenapa?
Uskup Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi Potokota mengatakan, orang Ende merasa sepi kalau tidak ada sekolah Frateran Ndao.
Penulis: Romualdus Pius | Editor: OMDSMY Novemy Leo
Kedua bagaimana prinsip-prinsip pendidikan sebagaimana terumus dalam proyeksi 1 postur 2018 telah berjalan dengan baik atau tidak.
Diharapkan, Pada Espad 8 ini memberikan inspirasi mengenai penyelenggaraan pendidikan terkait dengan pengelolaan keuangan dan sumber daya manusia yang lebih inovatif dan berkualitas.
Dikatakan dunia kini tidak hanya berubah dengan sangat dahsyat, tetapi juga mengalami kondisi yang layak disebut “Disruption” ( Kacau ).
Produk, merk dan jenis barang atau jasa yang baru saja muncul – tak perlu hitungan bulan atau tahun – langsung mengkerut dihajar oleh produk ( yang lebih baru) lainnya, hasil inovasi ( atau banyak juga yang contekan dari aslinya ) yang dikembangkan kompetitor.
Persaingan terjadi bahkan dengan “musuh” yang acap tidak diketahui siapa atau bagaimana, tanpa disadari. Banyak yang terjadi, sistem dimatikan oleh dirinya sendiri.
Apabila anda memperkenalkan sesuatu yang baru pada hari ini, mungkin "penemuan-penemuan yang baru” lainnya harus sudah siaga di dalam laci untuk segera dikeluarkan bila para pesaing mencoba membunuh produk anda yang baru lahir itu.
Terus berinovasi adalah satu-satunya cara agar bisa bertahan, hingga orang kemudian tertarik mengetahui dan ingin “ikut” berinovasi dengan demikian sesuatu yang sangat positif hingga memacu kompetisi menjadi semakin hebat lagi.
Disaksikan pelaksanaan pembukaan Espad ke-8, di Frateran Ndao selain diisi dengan acara formal namun juga acara non formal yang ditandai dengan penampilan para siswa baik dari SMPK dan SMAK Frateran Ndao maupun SMAK Frateran Maumere yang membawakan aneka tarian dan nyanyian yang mengundang decak kagum penonton. (*)