Astaga! Telat Mengantar Anaknya Sekolah, Ibu Penyandang Disalibilitas Ini Dilaporkan ke Pengadilan
Namun, bukannya menunjukkan pengertian karena kekurangannya, dia mengklaim, pihak berwenang justru mencoba menghukumnya.
Penulis: Vika Widiastuti | Editor: Vika Widiastuti
POS-KUPANG.COM - Seorang ibu yang mengalami dwarfisme dibawa ke pengadilan oleh petinggi sekolah karena dia tidak bisa mengantar anaknya sekolah tepat waktu.
Michelle Harris (32) mengatakan, dia telah berjuang untuk mengantarkan anaknya yang berusia 7 tahun ke sekolah tanpa terlambat.
Namun, bukannya menunjukkan pengertian karena kekurangannya, dia mengklaim, pihak berwenang justru mencoba menghukumnya.
Baca: VIRAL Video Pegawai Hotel di Bali Rayu Bule Selandia Baru untuk Lakukan Hal Menjijikan Ini
Dilansir dari Daily Mirror pada Senin (5/2/2018), akhir-akhir ini dia dijadwalkan di pengadilan dan menghadapi denda karena tuduhan kegagalan menghadiri sekolah secara rutin.
Namun, dia mengaku karena sudah terlambat untuk registrasi, anaknya ditandai bolos.
Michelle mengatakan, tokoh senior di sekolah telah menasehatinya untuk pergi lebih awal agar bisa tepat waktu.
"Saya pendek, saya tidak bisa pergi lebih cepat. Saya tidak bisa berlari seperti orang lain. Setiap hari, saya sudah bagun pukul 06.30 pagi, tetapi saat bangun, pinggul saya sakit," terangnya.
Wanita tersebut juga menderita sendi degeneratif yang dikenal dengan pseudoachondroplasia.
Tulang belakangnya bungkuk, tulang lututnya tak teratur, dan dia membutuhkan operasi pinggul.
Kondisi itu membuanya merasa sakit saat bangun tidur.
Dia harus mandi untuk meredakan rasa sakitnya.

"Saya hanya bisa pergi secepat yang saya bisa. saya tidak bisa berjalan cepat, saya tidak bisa berjalan jauh. Mereka baru bertanya bagaimana saya mengatasinya dan jika mereka dapat membantu, bukannya menuding ke arah saya," tandasnya.
"Saya butuh bantuan, tapi tidak ada ketentuan untuk orang-orang yang memiki kondisi seperti saya. Ini tidak adil melihat seseorang berdasarkan keterbatasan mereka," ujarnya.
Petugas kesejahteraan dari Redbridge Council di East London merasa khawatir akan situasinya.