Tekan Angka Kematian Ibu dan Anak, Dinkes Belu Bikin Gerakan Berbagi untuk Selamat

Kondisi saat ini menunjukkan masih tingginya kasus kematian ibu dan bayi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Penulis: Fredrikus Royanto Bau | Editor: Agustinus Sape
ISTIMEWA
Kadis Kesehatan Belu, Theresia MB Saik (kanan) bersama stafnya melakukan kegiatan pemasangan bendera di rumah salah satu ibu hamil beresiko tinggi, Selasa (14/11/ 2017) lalu. 

Laporan Wartawan Pos-Kupang.com, Edy Bau

POS KUPANG.COM, ATAMBUA - Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Anak Balita (AKABA), Umur Harapan Hidup (UHH) setelah lahir dan Prevalensi Gizi Buruk.

Kondisi saat ini menunjukkan masih tingginya kasus kematian ibu dan bayi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kabupaten Belu merupakan salah satu Kabupaten di NTT yang masih menyumbang kasus kematian ibu dan bayi.

Baca: Lambertus Ditembak Pakai Senapan Angin, Begini Kondisinya di RSU Kefamenanu

Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Belu, Theresia BM Saik, M.Kes kepada Pos Kupang, Sabtu (25/11/2017), menjelaskan, jumlah kematian bayi meningkat pada tahun 2016 dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Kematian ibu dan bayi bukanlah gambaran yang indah untuk dipandang karena masih terbilang tinggi, yang juga merupakan gambaran kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap ibu hamil dan bayi masih rendah,” katanya.

Theresia Saik
Theresia Saik (POS KUPANG/EDY BAU)

Untuk menurunkan kasus kematian ibu dan bayi, lanjutnya, maka harus ada upaya bersama antara reformer bersama stakeholder terkait untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran aktif keluarga dan masyarakat agar mampu mencegah dan mengurangi risiko kematian ibu dan bayi melalui pendampingan yang optimal dari keluarga dan masyarakat.

“Upaya bersama ini yang kita namakan gerakan berbagi untuk selamat. Semua pihak tak hanya petugas dan fasilitas kesehatan yang dituntut selalu optimal, tetapi harus ada kesadaran pihak lain termasuk tokoh masyarakat, tua adat, suami atau keluarga untuk peduli terhadap ibu hamil dan bayi baru lahir,” jelasnya.

Baca: Astaga! Alami Demam Tinggi dan Mengi Selama Sebulan, Ternyata Ada Benda Asing di Hidung Anak Ini

Lebih lanjut dijelaskan, berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia meningkat dari 228/100.000 Kelahiran Hidup (KH) menjadi 359/100.000 KH sedangkan AKB 32/1000 KH.

Di NTT, lanjutnya, jumlah kasus kematian ibu meningkat dari 158 pada tahun 2014 menjadi 178 pada tahun 2015.

“Sedangkan di Kabupaten Belu jumlah kasus kematian ibu menurun dari sembilan pada tahun 2015 menjadi lima pada tahun 2016, namun jumlah kasus kematian bayi meningkat dari 57 pada tahun 2015 menjadi 67 pada tahun 2016,” urainya.

Pada tahun 2016 di Kabupaten Belu, dari 4.755 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care), 23,8 persen terdeteksi beresiko tinggi, mengidap penyakit kronis, penyakit infeksi. Menderita kekurangan energi kronis (KEK) sebesar 22,5 persen. Menderita kurang darah atau anemia, 17,4 persen dan masih berusia 18 tahun ke bawah sebesar 5,3 persen.

Jika disandingkan dengan kondisi di akhir kehamilan, 3,8 persen ibu mengalami abortus, 1,6 persen melahirkan bayi sebelum waktu (prematur), dan sekitar 12 persen ibu bersalin pada fasilitas kesehatan yang belum memadai.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved