Kampanye Pilgub NTT
Bantuan Mengalir ke Desa
Jangan terkecoh! Sekarang banyak rakyat terkecoh dengan janji-janji manis.
Pada masa kepemimpinan Drs. Frans Lebu Raya, yang sekarang maju lagi bersama pasangan barunya, Drs. Benny A Litelnoni, banyak agenda pembangunan telah dikerjakan.
Dari pemberdayaan masyarakat seperti yang terkenal sekarang Desa Mandiri Anggur Merah (DeMAM) hingga kesehatan seperti Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Dari pertumbuhan koperasi yang begitu melaju hingga infrastruktur di hampir semua daerah.
Dalam urusan menaikkan citra NTT di mata nasional, perhatian Frans Lebu Raya memang luar biasa. Tahun 2011, ketika semua orang pesimis NTT bisa menjadi tuan rumah peringatan dan penyelenggaraan Hari Pers Nasional, Frans Lebu Raya justru berdiri di garda terdepan dan bertekad untuk menyukseskan acara ini.
Cerita sukses NTT menjadi tuan rumah HPN 2011 masih diceritakan awal Februari tahun ini di Manado ketika HPN digelar di sana.
"NTT memang masih kurang, tetapi HPN di sana luar biasa. Sambutan tuan rumah dan pemerintahnya sangat luar biasa. Kita puas dan senang," kata seorang wartawan dari Banjarmasin di Manado.
Program Desa Mandiri Anggur Merah memang menjadi ikon Frans Lebu Raya. Tidak berlebihan kalau para bapa dan ibu di Desa Boba dan Boba I, Ngada mati-matian membela, mendukung dan tak ragu sedikit pun memilih Frenly (Frans Lebu Raya-Benny Litelnoni) untuk kembali memimpin NTT.
Mereka tentu sudah melihat bukti nyata. Lebih dari itu mereka sudah merasakan manfaatnya. Sama juga para ibu dari Pulau Ende, seperti Mama Johoria Ibrahim.
"Kami dukung Bapak Lebu Raya, semoga menang dan memperhatikan juga Pulau Ende, supaya kami juga dapat dana Anggur Merah. Kami cemburu, desa kami belum dapat, tetapi tidak apa, kami dukung lagi Frenly supaya dia perhatikan. Karena Bapak Lebu Raya itu jujur. Semoga Tuhan memberkati Bapa Lebu Raya," kata Mama Johoria.
Sebenarnya masih ada lagi beberapa program bantuan pemerintah yang tiba di desa-desa. Beberapa di antaranya adalah Program PNPM Mandiri sebesar Rp 583.200.000/desa.
Atau Program Peningkatan Infrastruktur Desa (PPIP) senilai Rp 250.000.000/desa. Ada lagi program Pamsimas (penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat) yang dananya berasal dari kontribusi masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah pusat dan Bank Dunia.
Kegiatan ini didukung oleh Departemen Pekerjaan Umum dalam kerja sama dengan Departemen Dalam Negeri dan Departemen Kesehatan. Nilainya Rp 275 juta/desa. Ada lagi P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) sebesar Rp 500 juta/desa.
Program-program dengan dana seperti ini sudah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir. Karena itu kalau ada yang datang dan katakan akan mengalokasikan anggaran Rp 500 juta/desa atau Rp 1 miliar/desa, maka itu bukan program baru dan luar biasa.
Tidak luar biasa karena dananya diambil dari dana-dana yang masuk ke NTT dalam satu tahun. Apalagi jumlahnya cuma Rp 500 juta atau Rp 1 miliar. Beberapa item program di atas jumlahnya malah mendekati Rp 1,5 miliar.
Yang luar biasa, kalau mau jujur, adalah dana Rp 250 juta/desa yang dikenal dengan Program Desa Mandiri Anggur Merah itu. Mengapa luar biasa? Luar biasa karena dana itu merupakan dana hibah yang langsung dikelola masyarakat untuk usaha-usaha produktif mereka.
Jika dana-dana bantuan lain dialokasikan untuk pembangunan, maka dana Anggur Merah dialokasikan dan diterima masyarakat penerima secara tunai untuk usaha-usaha mereka.