Bentrokan Adonara

Ketua DPRD NTT Minta Gubernur Tuntaskan Kasus Adonara

Ketua DPRD NTT, Ibrahim Agustinus Medah meminta agar pemerintah untuk segera menuntaskan konflik di Adonara,

Editor: Alfred Dama
zoom-inlihat foto Ketua DPRD NTT Minta Gubernur Tuntaskan Kasus Adonara
PK/ALY
Ketua DPRD NTT, IA Medah
POS KUPANG.COM, KUPANG -- Ketua DPRD NTT, Ibrahim Agustinus Medah meminta agar pemerintah untuk segera menuntaskan konflik di Adonara, Kabupaten Flores Timur. Permintaan ini disampaikan Ibrahim Medah dalam sambutannya pada acara rapat paripurna DPRD NTT, Senin (19/11/2012).

"Saya atas nama pimpinan dan seluruh dan anggota dewan meminta perhatian agar segera mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan konflik antar warga desa Lewonara dan Desa Lewobunga di Kabupaten Flores Timur yang telah memakan korban jiwa," tegasnya.

Selain masalah sengketa lahan di Adonara, Medah juga menyoroti penanganan masalah batas daerah antara Kabupaten TTS dan Kabupaten Belu. Kabupaten Kupang dengan Kota Kupang, Kabupaten Ngada dengan Manggarai Timur dan antar kabupaten lainnya.

Menurut Medah, upaya yang dilakukan pemerintah hingga saat ini, belum memberikan hasil yang menggembirakan. "Apalagi sesuai opini publik yang berkembang salah satu impilkasi dari masalah antar batas daerah. Yaitu tertundanya penetapan UU tentang pembentukan kabupaten Malaka. Untuk itu Dewan meminta perhatian serius dari pemerintah agar segera menyelesaikan masalah batas daerah antara TTS dan Belu dalam sisa waktu akhir tahun anggaran 2012. Demikian pula dengan penyelesaian batas antar daerah lainnya perlu terus diupayakan sehingga tidak terus berulangtahun," katanya.

Menanggapi permintaan ini, Gubernur NTT, Frans Lebu Raya saat membacakan nota pengantar keuangan mengatakan, persoalan batas yang terjadi di beberapa daerah ini sungguh mengugah untuk diambil langkah-langkah penyelesaian yang tepat, sambil memperhatikan kultur kehidupan sosial dan budaya lokal masyarakat NTT sehingga tidak menimbulkan persoalan- persoaln baru di masa yang akan datang.

Seperti diberitakan, Perang antar suku di Flores Timur kini telah memasuki perang  jilid IV. Korban jiwa dan harta benda berjatuhan dari kedua belah pihak.  Sebelumnya dolaporkan, Hari kedua, Rabu (14/11/2012),  sekitar pukul 06.00 Wita, perang antara warga Lewonara dan Lewobunga berlanjut pasca penetapan paha kemaha atau tapal batas oleh warga Lewonara, Selasa (13/11/2012) pagi. Akibatnya, lima korban luka-luka dari pihak  Lewonara dan satu diantaranya anggota Brimobda NTT.  Sementara pihak Lewobunga belum diketahui.

Perang tanding hari kedua berlangsung pagi sekitar pukul 06.00 Wita. Warga Lewobunga bergerak masuk wilayah konflik di Dusun Bele dan melakukan penembakan menggunakan senjata rakitan dan jenis senjata tajam lainnya. Warga Bele yang masuk dalam sekutunya Lewonara melakukan penembakan balasan. Maka terjadilah bentrokan dan mengakibatkan empat orang korban dari pihak Lewonara dilarikan Puskesmas Waiwerang dan RSUD  Larantuka, sedangkan satu orang dari anggota Brimobda NTT terkena luka senpira.


Ama  (55), warga Lewonara, salah satu korban yang dirawat di RSUD Larantuka mengatakan, luka di tangannya terkena senjata rakitan. "Kami melakukan perlawanan karena kami diserang. Pagi-pagi pada  hari kedua, kami jaga-jaga dan tiba-tiba datang serangan. Karena itu kami serang balik," tutur Ama.

Pantauan Pos Kupang di RSUD Larantuka, korban luka ringan dan berat umumnya berangsur pulih. Sedangkan tiga orang dirujuk ke RSUD TC Hillers Maumere di Kabupaten Sikka.  Tiga  korban yang dirujuk, yakni  Frans Uma Daton (46) luka panah pada lengan kiri tembus dada, Anwar Wahid (31) luka di bagian leher dan Simon Sabon (64) luka tembak di hidung sebelah kiri.

"Ketiganya terpaksa dirujuk ke Maumere karena kami belum memiliki peralatan lengkap," kata salah seorang perawat yang enggan menyebutkan namanya.

Kapolres Flotim, AKBP Wahyu Prihatmaka, S.H,  dihubungi ke telepon selularnya, Kamis (15/11/2012) mengatakan, hari kedua perang tercatat empat orang korban dari pihak Lewonara.

Sementara pihak Lewobunga tidak ada, termasuk anggota Brimobda NTT.

"Hari kedua perang lagi pagi harinya, tapi sore harinya hingga Kamis (15/11/2012) tidak ada perang. Korbannya dari Lewonara empat orang, Lewobunga tidak ada, termasuk anggota Brimobda juga tidak ada," ujarnya.

Saat perang hari pertama 19 orang korban luka berat dan ringan. Satu meninggal dunia. Dari 19 orang itu, 14 warga Lewonara  dirawat di Puskesmas Waiwerang dan RSUD Larantuka dan lima warga Lewobunga dirawat di Puskesmas Witihama dan satu di antaranya ke RSUD Lewoleba-Lembata.

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved