Polisi Arogan, Pukul Warga Pakai Sepatu Boneng

Arogansi oknum Satlantas Polres Kupang Kota terhadap pelanggar lalulintas kembali terlihat publik, di ruas Jalan Eltari Kupang, Sabtu (6/10/2012).

Penulis: omdsmy_novemy_leo | Editor: Alfred Dama
zoom-inlihat foto Polisi Arogan, Pukul Warga Pakai Sepatu Boneng
Net
Ilustrasi
POS KUPANG.COM, KUPANG -- Arogansi oknum Satlantas Polres Kupang Kota terhadap pelanggar lalulintas kembali terlihat publik, di ruas Jalan Eltari Kupang, Sabtu (6/10/2012) pagi.

Wartawan Pos Kupang yang ada di lokasi kejadian bahkan dilarang melakukan peliputan dan pengambilan gambar saat oknum polisi tersebut beraksi.

Kejadian bermula dari kegiatan operasi penertiban lalu lintas di Jalan El Tari Kupang. Seorang pengendara sepeda motor yang melintas hendak menghindari pemeriksaan petugas.

Dua petugas kepolisian, mendekatinya dan seseorang di antaranya membuka sepatu bootnya lalu memegang sepatu itu dan memukulkan dengan keras ke kepala anak yang saat itu mengenakan helm.

Suara pukulan itu terdengar hingga ke ruas jalan sebelah. Anak itu kemudian turun dari motor dan membuka helmnya dan polisi yang sama menyikut rahang anak itu. Setelah itu anak dan sepeda motornya diamankan ke seberang jalan.

Melihat kejadian itu, Pos Kupang yang sedang mengendarai sepeda motor berhenti kemudian mengambil kamera dari dalam tas dan hendak mengabadikan kejadian itu. Namun polisi dari arah berlawanan berteriak melarang dan menghalau wartawan.

"Jangan ambil gambar, jangan ambil gambar. Siapa Kamu," teriaknya sambil mengancungkan jari telunjuk tangan kanannya ke arah Pos Kupang sambil menghalau. 

Meski telah dijelaskan dari Pos Kupang dan hal itu dilakukan untuk fungsi kontrol pers terhadap kepentingan publik, polisi itu tetap ngotot melarang.

"Tidak boleh. Mau dari pers atau masyarakat biasa, tidak boleh ambil gambar. Mau ambil foto harus minta izin komandan saya dulu," ngotot polisi itu sambil terus mendekati Pos Kupang.

"Ini ruang publik, Pak. Kalau tidak mau dikritik, jangan bertindak arogan. Bapak jalankan saja fungsi bapak sebagai polisi, saya sedang menjalankan fungsi pers saya. Jangan menghambat kebebasan pers. Hargai profesi masing-masing," jawab Pos Kupang.

Akhirnya terjadilah adu argumentasi. Pos Kupang kemudian menghampiri polisi lain untuk dipertemukan dengan komandan regu. Dalam pembicaraan, polisi dimaksud juga terkesan membela rekannya.

"Ini tugas intern lantas, jadi kalau mau ambil foto harus izin komandan dulu supaya tidak salah persepsi saat foto dipasang di koran. Karena banyak yang mengaku wartawan padahal bukan. Foto saja kegiatan, tidak boleh foto yang begitu," kata polisi itu dibenarkan rekan lainnya.

Masyarakat yang melihat kejadian pemukulan dan pelarangan peliputan itu menyesalkan sikap polisi yang belum profesional menjalankan tugasnya di lapangan.

"Masyarakat berharap HUT Lantas baru-baru ini bisa lebih membuat mereka profesional dan bersikap sopan, ternyata masih ada juga yang bertindak seperti preman dan tidak hargai profesi wartawan. Harusnya polisi juga dapat sosialisasi soal UU pers sehingga tahu fungsi pers seperti apa. Jangan asal larang tapi tidak paham aturan," kata Markus, warga Oebobo.

Warga juga berharap agar saat bertugas di lapangan, name take polisi yang ada di baju seragamnya bisa terlihat sehingga ketika melakukan hal-hal yang buruk, namanya bisa langsung diketahui.

"Kalau pakai seragam atau rompi, namanya juga harus tercantum di rompi, sehingga mereka tidak semena-mena terhadap masyarakat karenanya namanya bisa terbaca," kata Elisabeth, warga lainnya. (vel)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved