Harus Tenang Saat Ujian Nasional
TINGGAL seminggu lagi, Senin (16/4/2012), para siswa kelas III SMA/SMK akan mengikuti ujian nasional (UN).
Setiap kali menghadapi ujian seperti ini, ada beberapa hal yang langsung muncul di benak kita. Khusus untuk kita di Nusa Tenggara Timur, UN menimbulkan trauma dan stigma. Hal ini berangkat dari pengalaman masa lalu di mana NTT selalu mendapat predikat terburuk secara nasional. Predikat seperti ini sekaligus mengesankan bahwa peserta di NTT paling bodoh.
Pengalaman itu, kalau disikapi secara negatif, akan membuat kita takut dan malas untuk menghadapi UN. Tetapi kalau dihadapi secara positif dan penuh optimis, UN seperti ini menjadi kesempatan bagi peserta NTT untuk memperbaiki peringkat bahkan membalikkan kesan bodoh di masa lalu.
Tokh peserta UN tahun-tahun sebelumnya berbeda dengan peserta tahun ini. Secara perorangan kualitas peserta tahun ini tentu tidak sama persis dengan peserta tahun-tahun sebelumnya. Jadi tidak dengan sendirinya hasil tahun ini sama buruknya dengan tahun sebelumnya.
Mengikuti UN tahun ini sekaligus sebagai pembuktian program- program yang dilakukan pemerintah dan sekolah dalam mempersiapkan calon peserta UN. Sebut misalnya Gong Belajar yang dicanangkan Pemprop NTT sejak tahun lalu, program les tambahan yang dilakukan di sekolah-sekolah dan sebagainya.
Bagi kita persiapan untuk menguasai materi UN sangat penting. Tetapi persiapan teknis juga tidak kalah pentingnya. Kesehatan para peserta, baik fisik maupun mental sangat penting. Kalau pada saat UN kesehatan para peserta tidak maksimal, maka persiapan sehebat apa pun menyangkut materi UN tidak akan mendatangkan hasil yang maksimal.
Kami sarankan agar waktu satu minggu yang tersisa ini bebaskan para peserta dari berbagai aktivitas belajar. Biarkan mereka tenang secara fisik dan mental sehingga pada saatnya mereka akan tampil fresh dan prima.
Hal teknis lainnya adalah soal strategi mengerjakan soal-soal. Bagaimana supaya waktu yang disiapkan cukup untuk menyelesaikan soal-soal yang tersedia. Jangan sampai seorang peserta gagal hanya karena kalah strategi. Hal-hal ini mestinya sudah dipersiapkan selama ini sehingga tidak membuat peserta grogi dan otaknya kacau pada saat ujian.*