Wisata NTT

Wisata NTT,  Flores Tak Sekedar Alam yang Indah, Turis Eropa Pun Suika Tarian Lokal

Pulau Flores tidak saja menyajikan pemandangan yang indah. Budaya Flores breupakan atraksi

Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
(KOMPAS.com/MARKUS MAKUR)
MENARI SANGGU ALU --Turis Italia menari Sanggu Alu, di Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (16/8/2018). 

POS KUPANG.COM -- Pulau Flores tidak saja menyajikan pemandangan yang indah. Budaya Flores breupakan atraksi maupun tari-tarian menjadi perhatian yang disukai para wisatawan .

Menari Sanggu Alu, Lipa Songke dan Congka Sae merupakan tarian khas yang selalu dipentaskan oleh siswa dan siswi Sekolah Menengah Pertama Katolik Waemokel, Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Sebanyak 12 turis asal Italia dan Jerman terpukau dengan loncatan penari SMPK Waemokel mementaskan tarian Sanggu Alu di celah-celah bambu kecil di lapangan olahraga lembaga tersebut. 

Penari perempuan memakai kain lipa songke dipadukan baju kebaya sementara penari laki-laki dengan kain lipa songke dan baju kemeja putih. 

Penampilan para penari ini membuat 12 turis asal Italia dan Jerman itu tak beranjak dari kursi mereka di depan kelas yang sudah disediakan khusus bagi tamu-tamu yang diundang Pastor Tus Mansuetus, SVD, seorang misionaris asal Kampung Sambikoe yang berkarya di Negeri Pizza, Italia. Saat 12 turis itu yang didampingi Pastor Tus, SVD bersama Pastor Paroki Santo Arnoldus dan Josef Waelengga, Pastor Godfridus Sisilianus Angkur Pr, yang akrab disapa Romo Lian memasuki pintu gerbang SMPK Waemokel.

Baca juga: Wisata NTT,  Pesona Kampung Adat Gurusina di Ngada, Disebut Kampung Adat Tertua di Flores

Suasana sangat terasa berbeda. Kronologi Tindakan Asusila Penyebab Ketua KPU Hasyim Asy’ari Diberhentikan Artikel Kompas.id Lihat 

Saat itu Kepala Sekolah SMPK Waemokel, Robertus Wahab bersama guru-guru dengan kemeja batik khas lembaga itu dan seluruh siswa dan siswi di lembaga itu siap menyambut kunjungan tamu mancanegara tersebut. 

Turis Jerman menari Sanggu Alu di Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur
TURIS JERMAN -- Turis Jerman menari Sanggu Alu di Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (16/8/2018

Para penari dengan pakaian adat khas Manggarai Timur juga ikut menyambut tamu-tamu asal Italia dan Jerman yang khusus menyaksikan pementasan atraksi budaya di lembaga itu. 

Siswa dan siswi dan para guru dengan wajah yang penuh gembira menyambut kunjungan tamu istimewa di lembaga itu. 


Setelah tamu berada di tempat yang disediakan, koreografi SMPK Waemokel, Belasius Jehamat dibantu pemandu acara pementasan atraksi budaya mengumumkan persiapan pementasan tarian Sanggu Alu khas SMPK Waemokel. 

Penari laki-laki membawa alu dari bambu kecil dan dipasang di halaman pementasan, tak lama berselang, penari Sanggu satu persatu membentuk lingkaran di sekeliling tempat itu. 

Sang koreografer, Jehamat menginformasikan kepada tamu dan diterjemahkan oleh Pastor Tus, SVD dalam bahasa Italia dan Jerman bahwa pementasan tarian Sanggu Alu akan dilaksanakan. 

Seketika itu seluruh perhatian dari tamu Italia dan Jerman mengarahkan ke lapangan pementasan. 

Hari itu ada tiga kelompok penari Sanggu Alu dengan irama yang berbeda-beda. Secara bergantian, penari perempuan menari-nari dan meloncat dengan indah dicelah-celah Alu yang digerakkan oleh penari laki-laki. 

Baca juga: Wisata NTT,  Nikmati Sensasi Air Hangat Alami di Bibir Pantai Kawaliwu Larantuka

Musik gong dan gendang mengiringi penari untuk memberikan semangat dalam mementaskan tarian khas di sekolah itu. 

Bunyi gesekan bambu kecil yang digerakkan penari laki-laki dengan bunyi “kerangkuk kak, kerangkuk kak” mengajak penari perempuan untuk menjingkrak-jingkrak di celah-celah gesekan bambu kecil tersebut sambil diiringi musik gong dan gendang. 

Kurang lebih 45 menit, penari mementaskan tarian sanggu alu, tiba-tiba tamu Italia dan Jerman jalan dari tempat duduknya dan ikut menari Sanggu Alu dipandu oleh penari perempuan dan koreografi sekolah tersebut. 

Tamu Italia, Anna Varhalen dan Isabela Delazer menari dengan hati-hati karena belum terbiasa menari Sanggu Alu. 

Keduanya menjingkrak-jingkrak di celah-celah bambu yang secara pelan-pelan digesekkan penari lak-laki. 

Dengan wajah gembira dan senyum khas orang Italia dan Jerman, kedua menari-nari di celah-celah bambu kecil itu. 

Tamu lain juga menari di kelompok Sanggu Alu. Suasana penuh kegembiraan karena melihat keluguan mereka saat menari Sanggu Alu. Selanjutnya mereka foto bersama dengan semua penari Sanggu Alu. 

Jika seseorang tidak terbiasa menari Sanggu Alu, sebaiknya menyaksikan dari luar lingkaran karena menari Sanggu Alu membutuhkan kelincahan gerakan kaki seirama dengan gerakan tubuh dari seorang penari. 

Jika tidak maka kaki penari akan terhimpit oleh dua alu bambu kecil itu. Hanya orang-orang khusus yang dilatih bisa menari di celah-celah gesekan dua alu tersebut dan juga membutuhkan keberanian dalam mementaskan tarian Sanggu Alu. 

Selanjutnya pementasan tarian Congka Sae, liukan tubuh penari perempuan dipadukan dengan irama lagu-lagu bahasa Manggarai Raya memikat mata tamu Italia dan Jerman tersebut. 

Tarian Congka Sae adalah tarian khas orang Manggarai Raya dalam berbagai upacara adat maupun kegiatan-kegiatan nasional dan lokal di wilayah Manggarai Raya. 

Tarian Congka Sae apabila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, "Congka" berarti menari dan "Sae" artinya bersama-sama. Jadi Congka Sae adalah menari secara bersama dengan diiringi gong dan gendang. 

Secara tiba-tiba turis Italia dan Jerman turun di lokasi atraksi dan ikut menari Congka Sae. Tepuk tangan meriah karena melihat tamu-tamu itu menari Congka Sae atau Songka Sae dan suasana penuh persaudaraan antara siswa dan siswi SMPK Waemokel dengan tamu Italia dan Jerman di hari itu. 

Bagian ketiga dari pementasan budaya itu adalah tarian Lipa Songke. "Lipa" adalah kain khas orang Manggarai dan "songke" adalah motif kain orang Manggarai Raya. 

Entakan kaki yang seirama dari sejumlah penari perempuan memukau mata 12 turis Italia dan Jerman. Kain selendang yang melingkar di bahu penari itu menarik mata untuk terus diperhatikan. 

Pandangan mata tamu itu hanya tertuju kepada penari di halaman sekolah tersebut. Tarian Lipa Songke adalah tarian untuk menghormati kaum perempuan yang menenun kain songke. Entah dari mana kaum perempuan Manggarai Raya menenun Lipa Songke. 

Itu masih ditelusuri oleh generasi penerus Manggarai Raya. Namun, salah satu untuk menghargai dan menghormati karya gemilang mereka maka koreografi lokal mengangkat tarian Lipa Songke

. Lagi-lagi turis Italia dan Jerman turun dari tempat duduk dan ikut menari lipa songke. Penari perempuan dari sekolah itu memberikan selendang kepada penari Italia dan Jerman. (Kompas.com/*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved