Opini

Opini: Suara dari Ina Kasih, Kupang Melawan Kemiskinan Menstruasi 

Program Ina Kasih lahir dari komitmen kuat Pemerintah Kota Kupang menghadirkan kebijakan yang menyentuh kebutuhan riil warganya. 

|
Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI TRY SURIANI L TUALAKA
Try Suriani Loit Tualaka 

Kupang menunjukkan bahwa daerah yang selama ini dipersepsikan terbelakang justru jadi pelopor, memberi teladan bagi kota-kota lain di Indonesia bahwa isu kesehatan menstruasi harus diletakkan sejajar dengan agenda kesehatan publik, pendidikan, dan kesetaraan gender.

Lebih dari Sekadar Bagi-bagi Pembalut

Penting untuk digarisbawahi bahwa pembagian pembalut hanyalah pintu masuk, bukan tujuan akhir. 

Tantangan  lebih besar justru terletak pada bagaimana memastikan program ini berjalan berkelanjutan, transparan, dan tepat sasaran, menjangkau perempuan yang membutuhkan, alih-alih sekadar program simbolis yang berhenti pada seremoni peluncuran.

Lebih jauh, intervensi ini tidak boleh berhenti pada distribusi produk. Ia harus disertai edukasi komprehensif tentang kesehatan reproduksi, sanitasi, dan upaya penghapusan stigma menstruasi

Tanpa itu, perempuan tetap akan menghadapi siklus diskriminasi yang sama: merasa malu saat haid, mengabaikan perawatan tubuh karena keterbatasan akses, dan akhirnya terjebak dalam risiko kesehatan yang lebih besar.

Seperti ditegaskan  Tata Yunita, Founder Tenggara Youth Community, sebuah organisasi remaja independen yang berdiri sejak 2016 dan menjadi pelopor isu kesehatan seksual dan reproduksi yang inklusif di Indonesia Timur: “Isu kemiskinan menstruasi bukan hanya isu perempuan, tapi isu kita semua. Menstruasi yang sehat adalah hak, dan pemerintah wajib hadir memastikan akses produk menstruasi yang aman bagi setiap perempuan.”

Pernyataan ini ia utarakan melalui akun Instagram pribadinya sebagai respons terhadap pro dan kontra di masyarakat terkait peluncuran Program Ina Kasih

Bagi sebagian orang, harga pembalut mungkin dianggap murah berkisar Rp5.000 atau Rp7.000 saja sehingga program ini dinilai berlebihan. 

Tetapi Tata Yunita menegaskan bahwa realitas di lapangan jauh lebih kompleks: bagi banyak perempuan yang hidup dalam keterbatasan, harga sekecil itu berarti pilihan sulit antara membeli pembalut atau kebutuhan pokok lain. 

Karena itu, menurutnya, program Ina Kasih bukan soal pemerintah memanjakan perempuan, melainkan kehadiran negara dalam menjamin hak dasar. 

Soal menstruasi tidak bisa dipandang sekadar urusan harga, melainkan menyangkut kesehatan reproduksi, martabat manusia, dan keadilan gender.

Ina Kasih: Menyalakan Obor Keadilan Gender dari Kupang

Program Ina Kasih adalah contoh nyata dari anggaran responsif gender. Negara hadir mengurangi beban tambahan yang hanya dialami perempuan. 

Ini bukan soal memanjakan perempuan, melainkan soal keadilan bahwa kebutuhan biologis khas perempuan harus diakui dan dijamin negara.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved