POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pendidikan di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste di Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur masih minim perhatian. Salah satunya di Kecamatan Lamaknen.
Andreas, Kepala Desa Maudemu, mengungkapkan, ada Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang bangunannya masih tidak layak. Gedungnya pun belum permanen, lebih mirip sekolah darurat.
“Jadi ada di wilayah kami itu gedung SMP-nya masih sementara. Masih sekolah darurat kalau saya bilang,” ujar Andreas dikutip dari Kompas.com, Kamis (14/8/2025).
Andreas menyebut, sekolah yang bernama SMP Negeri 2 Baisurik itu sudah empat tahun berdiri, tetapi progres pembangunan dan perbaikan fasilitasnya nyaris tidak mengalami kemajuan.
Padahal, kata Andreas, ada ratusan siswa yang bersekolah di sana.
Baca juga: Indonesia dan Timor Leste Perpanjang Jam Operasional di Empat PLBN
“Mungkin ada lebih dari 100 siswa, itu juga dari desa saya saja. Makanya harapan kami itu bisa mendapatkan bangunan lebih layak,” tutur dia.
Senada dengan Andreas, Yohanes Bere, warga Desa Dirun, Kecamatan Lakmanen, turut mengungkapkan hal serupa.
Bere bilang, tak banyak sekolah yang berada di wilayahnya. Hanya ada dua Sekolah Dasar (SD) saja. Sementara, untuk SMP dan SMA harus menempuh jarak puluhan kilometer (km).
“Kalau di sini paling dekat hanya SD. Kalau SMP dan SMA harus berjalan sedikit jauh. Lebih dari 10 km,” ungkap dia.
Tak hanya persoalan akses pendidikan, lanjut Bere, perekonomian warga Desa Dirun juga memprihatinkan.
Bere mengatakan, masih ada beberapa rumah warga yang menggunakan jerami sebagai atap rumah. Maka dari itu, Bere berharap pemerintah bisa mengulurkan tangan memberikan bantuan.
“Selain akses pendidikan, kami juga membutuhkan pertolongan untuk permukiman. Masih ada atap rumah yang menggunakan jerami,” imbuh Bere. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS