NTT Terkini 

Tekan Stunting di NTT, BKKBN Dorong Ekonomi Keluarga Sebagai Kunci

Editor: Oby Lewanmeru
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BKKBN Pusat - Kunjungan Kemendukbangga/BKKBN ke kelompok rumah sehat dan SPPG Maulafa 1, Kota Kupang NTT, Rabu (6/8/2025)

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tari Rahmaniar Ismail

POS-KUPANG.COM, KUPANG — Upaya menekan angka stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT) terus digencarkan. Tak hanya soal gizi, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) kini menyoroti akar masalah yang lebih mendasar: ekonomi keluarga.

Melalui pembinaan ekonomi yang terstruktur dan sinergi antarprogram, BKKBN menjadikan Dapur Sehat Stunting dan kelompok UPPKA (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor) sebagai strategi utama dalam memutus rantai stunting dari rumah tangga paling rentan.

Dalam kunjungan ke Kelompok Rumah Sehat (KRS) Maulafa, Kota Kupang pada Rabu (6/8/2025), Direktur Pemberdayaan Ekonomi Keluarga BKKBN Pusat, Wahidah P., S.Sos., M.Si., menegaskan bahwa stunting tidak bisa dilepaskan dari kondisi ekonomi keluarga.

“Salah satu indikator utama keluarga berisiko stunting adalah keterbatasan ekonomi. Maka itu, kami lakukan pembinaan teknis kepada tim daerah agar mereka bisa melanjutkan edukasi ini langsung ke keluarga,” kata Wahidah.

Baca juga: BKKBN NTT Kunjungi ke Keluarga Berisiko Stunting di Kota Kupang

Ia menyebutkan, saat ini sedang berlangsung bimbingan teknis secara daring yang melibatkan tim Pembina Ekonomi Keluarga dari seluruh kabupaten/kota di NTT.

Dalam kegiatan lapangan tersebut, Wahidah dan tim juga memantau langsung pelaksanaan program Dapur Sehat Stunting yang terintegrasi dengan kelompok UPPKA, sebagai wujud nyata penguatan ekonomi keluarga berbasis komunitas.

“Lewat UPPKA, keluarga tidak hanya diberi bantuan, tapi juga diberdayakan agar bisa mandiri secara ekonomi. Dengan begitu, anak-anak mereka bisa tumbuh sehat dan optimal,” tambahnya.

Agustina Taneseb atau yang biasa disapa Muni Ketua Kader Posyandu di wilayah Maulafa, membenarkan bahwa kasus stunting masih menjadi tantangan nyata.

“Kami punya 114 balita. Saat ini ada 9 anak stunting, tapi tahun ini hampir tembus 20 anak. Jumlahnya terus bertambah,” ungkap Muni prihatin.

Tak hanya intervensi gizi, Wahidah menegaskan bahwa pendampingan kader dan edukasi pola asuh keluarga harus berjalan seiring.

“Kami ingin para kader tetap didampingi, dan para ibu aktif dilibatkan. Pola asuh yang baik sama pentingnya dengan makanan bergizi,” tegas Wahidah.

Dalam rangkaian kunjungan tersebut, BKKBN NTT juga menyambangi SPPGI Maulafa 1 dan mencatat pendistribusian sebanyak 3.470 MBG (makanan bergizi), ditambah dengan tester dan sampel yang totalnya mencapai 3.481 paket.

Langkah BKKBN ini menunjukkan bahwa penurunan angka stunting tidak bisa dilakukan dengan pendekatan tunggal. Diperlukan sinergi antara pendidikan, pemberdayaan ekonomi, intervensi gizi dan yang terpenting kehadiran negara di tengah keluarga yang paling membutuhkan. (Iar) 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS    

Berita Terkini