Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Prof. Jappy P. Fanggidae, SE., MBA., Ph.D, dalam Podcast Pos Kupang, Kamis (10/7/2025) mengatakan, bagi seorang guru besar, percuma jika punya ilmu tinggi jika hanya disimpan sendiri.
Koordinator Program Studi S2 Terapan Pemasaran, Inovasi dan Teknologi, Politeknik Negeri Kupang ini menjelaskan, keilmuan yang baik adalah keilmuan yang bisa diterapkan, bukan cuma sekedar menulis hal-hal yang sifatnya teoritis tapi juga hal-hal praktis yang bisa diterapkan ke masyarakat.
"Percuma juga kalau kita punya ilmu tinggi-tinggi tapi disimpan sendiri, atau ditulis dan dipublikasikan tapi hal-hal praktis yang di dalamnya itu tidak bisa muncul, tidak bisa diterapkan," ujarnya.
Menurut dia, penelitian yang baik kalau dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi yang levelnya tinggi, selalu meminta dua hal.
Baca juga: Politeknik Negeri Kupang Wisuda 249 Mahasiswa, Sembilan Mahasiswa Belajar di Tiongkok
Yang pertama, kontribusi teorinya, apa yang dihasilkan dari paper atau tulisan, kontribusinya kepada literatur atau tulisan-tulisan yang sudah dikumpulkan sebelumnya oleh para ahli, harus ada hal-hal baru di situ.
"Yang kedua yang tidak kalah penting adalah bisa diterapkan atau tidak. Itu poin yang sangat penting, akhir-akhir ini justru industri menuntut seperti itu.
Dunia industri juga, kasarnya bilang, pintar jangan sendiri-sendiri. Pintarnya dibagi-bagi ke industri. Jadi mereka yang di dunia industri ini mereka tidak butuh hal-hal terlalu banyak teori. Mereka meminta apa yang bisa diterapkan.
Contoh kalau saya di Pemasaran sosial itu menerapkan ilmu-ilmu Pemasaran untuk kepentingan sosial. Jadi Pemasaran ini bukan cuma untuk perusahaan-perusahaan yang sifatnya komersial tapi juga untuk lembaga-lembaga yang sifatnya sosial misalnya pemerintah, NGO atau LSM dan sebagainya.
Nah misalkan saya menerbitkan satu tulisan, saya "dituntut" oleh dunia industri, bagian kami mana? Kalau bagian literatur, Ilmu pengetahuan kan sudah ada sumbangan teorinya. Jadi saya harus menyiapkan kontribusi praktis saya untuk industri," jelasnya.
Bagi Prof. Jappy, image seorang Profesor saat ini sudah mulai bergeser dari yang sebelumnya selalu diinterpretasikan sebagai sosok yang tidak terjangkau, menjadi lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat untuk membagikan ilmu.
"Kalau kita lihat imagenya Profesor, beberapa orang yang ketemu saya itu bilang professor itu imagenya sudah tua, sangat bijaksana dan tidak banyak aktivitas jadi lebih ke mengajar dan kegiatan-kegiatan di dalam kampus tapi sebenarnya image itu sudah bergeser sekarang jadi professor itu diminta untuk lebih banyak memberikan kontribusi kepada masyarakat lewat penelitian yang dilakukan. Ada salah satu tugas dosen, bukan cuma Profesor, adalah melakukan pengabdian kepada masyarakat. Ini berarti kita turun langsung kepada masyarakat, melihat masalah yang ada dan berusaha untuk memecahkan masalah-masalah itu dengan keilmuan yang kita miliki masing-masing," kata Prof. Jappy.
Hal ini, lanjut dia, juga terkait dengan kebijakan atau aturan-aturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi yang memang mewajibkan seperti itu.
"Profesor itu punya banyak kewajiban. Selain sebagai pengajar di kampus, mereka juga harus punya kontribusi untuk memajukan program studi dan kampus tempat mereka mengajar. Salah satunya,poin yang penting sekali adalah melakukan pengabdian kepada masyarakat yang melibatkan bukan saja masyarakat tapi mahasiswa juga," tandasnya. (uzu)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS