Opini

Opini: Mobile Legends, Generasi Z dan Pertaruhan Menuju Indonesia Emas 2045

Editor: Dion DB Putra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI

Literasi digital tidak cukup hanya berupa kemampuan teknis, tetapi juga harus mencakup dimensi etika, tanggung jawab, dan orientasi pada produktivitas. 

Pendidikan karakter harus diperkuat, ruang kreatif yang positif harus diperluas, dan pendekatan dialogis terhadap dunia digital anak muda harus diintensifkan (Setiawan & Fauzan, 2021).

Indonesia Emas 2045 tidak akan terwujud hanya dengan pembangunan fisik atau pertumbuhan ekonomi semata. Kuncinya terletak pada kualitas manusianya-khususnya generasi mudanya. 

Jika generasi itu saat ini tenggelam dalam euforia dunia maya tanpa arah, maka sudah sepatutnya kita bertanya: ke mana arah masa depan bangsa ini?

Budaya Digital dan Pembentukan Karakter Generasi Z: Refleksi Kritis Menuju Indonesia Emas 2045 Transformasi digital telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat, terutama dalam hal interaksi sosial, pola belajar, serta konsumsi informasi. 

Generasi Z, sebagai digital native, tidak hanya mengakses teknologi tetapi hidup di dalamnya. Namun, kedekatan mereka dengan teknologi tidak selalu berdampak positif. 

Dalam konteks pembangunan bangsa menuju Indonesia Emas 2045, kondisi ini memunculkan pertanyaan krusial: apakah budaya digital hari ini mendukung atau justru menghambat pembentukan karakter dan wawasan kebangsaan generasi muda?

Berbagai studi menunjukkan bahwa keterpaparan terhadap media digital secara intensif dapat memengaruhi sistem nilai dan orientasi perilaku individu. 

Salah satunya adalah melemahnya nilai-nilai tanggung jawab, disiplin, serta kesadaran kolektif, yang merupakan fondasi penting dalam membentuk karakter warga negara yang unggul (Hidayat, 2022). 

Ketika waktu remaja dihabiskan dalam dunia virtual yang individualistik dan serba instan, kemampuan mereka untuk membangun empati sosial, kepedulian terhadap lingkungan, dan semangat kebangsaan ikut tergerus.

Fenomena ini diperparah dengan lemahnya literasi media, yang menyebabkan generasi muda rentan terpengaruh oleh konten negatif, hoaks, maupun budaya populer yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. 

Dalam konteks ini, game daring seperti Mobile Legends tidak hanya menjadi alat hiburan, tetapi turut membentuk identitas sosial, bahasa, dan gaya hidup.

Jika tidak dikendalikan, hal ini dapat membentuk karakter yang permisif terhadap kekerasan, minim kerja sama sosial di dunia nyata, serta mengabaikan kepentingan publik.

Untuk menjawab tantangan ini, pendidikan karakter berbasis nilai kebangsaan perlu diintegrasikan secara serius dalam sistem pendidikan formal dan nonformal. 

Institusi pendidikan harus memainkan peran sebagai ruang dialektika antara dunia digital dan nilai-nilai luhur bangsa, bukan sekadar sebagai penyampai kurikulum teknis. 

Halaman
123

Berita Terkini