Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Agustinus Tanggur
POS-KUPANG.COM, ATAMBUA - Tak banyak kata yang dapat diungkapkan Yohanes Binsasi (53), seorang warga Kabupaten Timor Tengah Utara, selain ucapan terima kasih karena negara telah menghadirkan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak tahun 2014 lalu.
Pria yang sehari-hari berwirausaha ini telah menjadi peserta Program JKN dari segmen Pekerja Penerima Upah Penyelenggara Negara (PPU PN) mengikuti istrinya yang merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Yohanes sendiri telah merasakan langsung manfaat JKN untuk membiayai perawatan rutin cuci darahnya.
"Pertama kali saya cuci darah sejak tanggal 30 April 2024. Mula-mula saya mengalami hipertensi. Karena saya tidak rutin berobat, tiba-tiba saya harus dilarikan ke unit gawat darurat rumah sakit karena merasakan sesak napas dan badan lemas sekali. Saat itu, darah saya diambil dan dilakukan pengecekan. Setelah hasilnya keluar, dokter mengatakan bahwa saya harus menjalani cuci darah karena terdapat infeksi pada ginjal,” ungkap Yohanes, Rabu (2/04).
Cuci darah atau hemodialisis merupakan proses pembersihan darah dari zat-zat sampah, dengan metode penyaringan darah di luar tubuh untuk menggantikan fungsi ginjal yang tidak berfungsi dengan baik.
Ginjal memiliki peranan yang penting dalam tubuh manusia, yaitu membersihkan darah dalam tubuh dan membentuk zat-zat yang menjaga kesehatan tubuh. Namun ketiga ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik, maka sangat perlu untuk dilakukan proses cuci darah menggunakan bantuan alat medis.
“Saya harus rutin melakukan cuci darah sebanyak dua kali dalam seminggu, yaitu di hari Rabu dan Sabtu. Sekali cuci darah dibutuhkan waktu minimal empat sampai lima jam. Memang lama prosesnya, tapi itulah satu-satunya cara agar saya bisa tetap bertahan hidup,” katanya.
Satu hal yang Yohanes syukuri adalah ia telah menjadi peserta JKN yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Dengan demikian, ia tidak perlu lagi mengkhawatirkan biaya cuci darah.
Yohanes mengaku ikhlas dan tetap semangat dalam menjalani cuci darah. Di ruangan hemodialisis, tak hanya Yohanes saja yang merupakan pengguna JKN, namun pasien lainnya sebanyak enam orang juga memanfaatkan JKN untuk melakukan cuci darah.
“Pernah saya mencari informasi terkait biaya cuci darah. Ternyata besar juga, sekali cuci darah itu sekitar 1,3 juta rupiah. Kalau dihitung-hitung, satu bulan bisa menghabiskan uang 10 jutaan rupiah. Itu baru biaya cuci darah saja, belum terhitung yang lain-lain seperti obat-obatan dan kontrol ke dokter spesialis. Tentunya, dengan adanya BPJS Kesehatan ini sangat sangat membantu. Tanpa BPJS Kesehatan, mungkin kita kewalahan dalam hal pengobatan,” kata Yohanes.
Baca juga: BPJS Kesehatan Cabang Atambua Gelar Pertemuan Optimalisasi Penjaminan Obat Kronis
Yohanes juga mengapresiasi pelayanan kesehatan yang selama ini ia dapatkan di rumah sakit.
Selama ia menjalani cuci darah, ia mendapatkan perlakuan yang baik dari tenaga kesehatan di rumah sakit.
Yohanes pun mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada pemerintah, BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara Program JKN, fasilitas kesehatan, dan masyarakat Indonesia yang sudah mau bergotong royong membayar iuran setiap bulannya sehingga dapat membantu peserta JKN yang sakit.
“Pelayanan selama ini yang saya rasakan baik-baik saja, tidak ada kendala. Rasanya puas dengan pelayanan menggunakan JKN. Tidak sedikit orang-orang yang sudah terbantu dengan adanya Program JKN ini. Buktinya saja, di ruangan ini semuanya cuci darah dengan menggunakan JKN. Yang pasti saya bersyukur ada JKN ini, saya bisa cuci darah dengan tenang. Tentu harapan ke depannya, program ini akan terus ada karena program ini merupakan penyambung hidup bagi kami yang rutin cuci darah. Semoga JKN semakin baik lagi," ujar Yohanes. (gus)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS