Kota Kupang Terkini

Kisah Inspiratif Sharifudin: Nelayan Teripang Pantai Oesapa yang Gigih Hadapi Risiko

Editor: Edi Hayong
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SOSOK SHARIFUDIN- Sharifudin seorang Nelayan Teripang di Pantai Oesapa, Kota Kupang saat ditemui Rabu (26/3/2025)

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yuan Lulan

POS-KUPANG.COM , KUPANG – Di balik ombak tinggi dan angin kencang di sepanjang pesisir Pantai Oesapa, Kota Kupang, tersimpan kisah inspiratif Sharifudin, seorang nelayan teripang berusia 65 tahun.

Pria asal Kendari, Sulawesi Tenggara, ini telah sembilan tahun merantau ke Kupang demi menafkahi keluarganya. 

Dengan dua istri dan enam anak yang kini telah bekerja dan berkeluarga, Sharifudin tetap memilih bertahan di laut, menantang risiko besar demi mencari rezeki.

Sharifudin pertama kali datang ke Kupang atas ajakan saudaranya untuk menjadi nelayan teripang.

Meski hanya lulusan Sekolah Rakyat (setara SD), ia tak asing dengan dunia laut. 

Sejak kecil, ia telah membantu orang tuanya melaut di Kendari.

Baca juga: Kisah Inspiratif, Shana Fatina Sediakan Air Bersih Bagi Warga di Pesisir Manggarai Barat NTT

Kini, di Kupang, ia menjadi bagian dari 13 armada kapal yang mencari teripang hingga ke wilayah dekat perbatasan Laut Australia, sekitar 200 mil (321 kilometer) dari Pantai Kolbano. 

Perjalanan ke lokasi tangkapan memakan waktu dua hari dua malam, dan sekali melaut bisa memakan waktu hingga dua minggu.

Namun, saat ini Sharifudin memilih beristirahat dari profesinya. Angin laut yang kencang dan momen Lebaran yang semakin dekat menjadi kenyamanan. 

“Kalau saya melaut sekarang, saya akan melewatkan Lebaran,” ujarnya.

Pendapatannya pun terbilang fluktuatif, berkisar antara Rp2,5 juta hingga Rp12 juta per perjalanan, tergantung hasil tangkapan. 

Setiap armada yang diawaki lima orang mampu mengangkut 50-100 kilogram teripang dalam sekali melaut.

Baca juga: Profil Boris Kopitovic Sosok Juruselamat Buat Bali United Kontra Malut United

Pencarian teripang bukanlah pekerjaan ringan. Sharifudin harus menyelam ke dasar laut pada kedalaman 35-40 meter menggunakan alat bantu pernapasan scuba.

“Saya sudah biasa menyelam sejak kecil,” katanya. 

Jenis teripang yang ia tangkap beragam, seperti Teripang Putih, Teripang Susu, dan Teripang Nanas. 

Di antaranya, Teripang Susu menjadi yang termahal, dihargai Rp2,3 juta per kilogram. 

Hasil tangkapannya biasanya diekspor ke Cina dan Hong Kong untuk diolah menjadi obat-obatan dan kosmetik.

Namun, di balik pendapatan yang menggiurkan, risiko besar mengintai. 

Sharifudin pernah mengalami kram otot saat menyelam, memaksanya naik ke permukaan dengan tergesa-gesa.

Baca juga: Profil Tokoh NTT, drg. Domi Mere Mantan Birokrat Pemprov NTT yang Memilih Pulang Kampung 

Hingga kini, kakinya masih terasa nyeri akibat kejadian itu. 

“Risiko menyelam bisa cacat, bahkan sampai meninggal,” ungkapnya.

Keluarganya pun sering berhenti dan pulang ke Kendari, tetapi Sharifudin bergeming. 

"Selagi saya masih mampu mencari uang, saya akan terus berjuang. Saya tak mau bersandar pada anak-anak, meski mereka sudah punya pekerjaan bagus," tegasnya.

Setiap bulan, ia bisa melaut hingga dua kali. Untuk sekali ekspedisi, satu armada membutuhkan dana Rp15 juta untuk keperluan tenaga surya dan logistik.

Meski usianya tak lagi muda, semangat Sharifudin tak pernah padam. 

Baginya, laut adalah panggilan jiwa yang telah mengisi hari-harinya sejak kecil. 

Litani perjalanan hidupnya menjadi kisah inspiratif bagi para nelayan lainnya bahwa harus gigih dalam mencari nafkah, meski harus menghadapi risiko besar demi keluarga (Uan)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Berita Terkini