TTS Terkini

Desa Koa di TTS Jadi Pilot Project Program Makan Bergizi Gratis Kategori Wilayah Terisolir

Editor: Eflin Rote
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sekda TTS mengalungkan selendang ke Tim BGN

Sementara terkait bahan makanan, menurutnya tidak ada kendala. Pasalnya, daerah ini adalah penghasil beras di TTS, dan juga mereka memiliki aneka sayuran dan banyak ternak sapi. Hanya buah-buahan saja yang menjadi kendala bagi mereka sehingga akan didatangkan dari luar.

“Kami pakai telur ayam kampung karena disini ada stoknya,” tambah Janse. 

Mario Vieira saat itu menambahkan, Desa Koa dipilih sebagai pilot project pelaksanana program MBG daerah terluar karena topografinya yang sangat sulit.

Baca juga: 15 Desa Gagal Cairkan Dana Desa, Kejari TTS Sosialisasi Perangkat dan Aplikasi Keuangan

Diawali dengan kehadiran Yayasan Wadah Titian Harapan pada 2013 lalu, SDM warga sudah dipersiapkan sehingga ketika program apapun yang datang, warga sudah sangat siap. 

Apalagi, ibu-ibu rumah tangga disana sudah pernah dikirim ke India untuk belajar tentang colar cell. Saat ini 300 lebih KK sudah menggunakan listrik energi baru terbarukan.

Pada kesempatan itu juga Antonio Sarmento selaku mitra program MBG menyerahkan secara simbolis satu unit kompor dengan menggunakan energi baru terbarukan kepada Janse Punuf selaku SPPG setempat disaksikan tim dari BGN, Sekda TTS dan juga tim UNICEF. 

Ke depan, kompor ini akan digunakan di lokasi-lokasi terpencil karena tidak menggunakan elpiji dan listrik. 
Ada yang menarik dari kunjungan tersebut yakni lokasi SPPG yang sangat jauh dari pusat kota, dan masuk dalam kategori daerah terisolir karena tiada fasilitas pendukung seperti jembatan yang layak.

Terpantau media ini, setidaknya ada lima sungai empat diantaranya sungai kecil sedangkan satunya sungai besar yang luasnya diperkirakan 40 meter sehingga ketika hujan di hulu, akan menutup akses warga sehingga mereka tidak bisa kemana-mana karena kapasitas air sungai yang sangat besar. Ketika tim turun ke lokasi, tiga kali belasan mobil rombongan harus berhenti karena diderek mobil pemandu.

Begitu pula ketika tiba di sebuah sungai besar dekat Desa Koa, warga membentuk formasi pagar betis sebagai penunjuk arah bagi kendaraan agar tidak terjebak palung sungai dan bebatuan besar. Sementara tinggi air hampir mencapai satu meter.

Faktor alam ini tidak membatasi niat Deputi dan rombongan untuk menuju lokasi, dimana sudah banyak warga menanti. Setibanya di sana, Tigor yang didampingi sejumlah pejabat meninjau dari dekat SPPG permanen yang kedepan akan menjadi SPPG contoh untuk pelayanan program MBG wilayah terluar dan terisolir. (***rls)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Berita Terkini