Laporan Reporter POS-KUPANG.COM/Paulinus Irfan Budiman
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Kantong sampah berserakan masih menghiasi pintu masuk Jalan Tuak Daun Merah (TDM) 2A, Kelurahan TDM, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Selasa (4/3/2025).
Berbagai kantong plastik yang berwarna merah dan hitam berisi sampah itu mengeluarkan bau tak sedap. Banyak warga yang melintasi jalan ini mengernyitkan wajahnya atau menutup hidung dengan tangannya karena tidak nyaman.
Pantauan POS-KUPANG Selasa (4/3/2025) sore, sampah yang terbungkus karung dan kantong plastik juga terlihat di samping Puskesmas Oepoi di Jalan Thamrin, Kelurahan Oebufu, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.
Di situ, tidak terdapat tempat pembuangan tetapi sampah bertumpuk. Terhitung ada belasan kantong plastik sampah. Ada yang terbungkus dengan karung berwarna putih dan hijau. Sampah itu berupa plastik bekas dan sisa makanan. Plastik dan karung sampah berderet rapi persis di jalan masuk SD Inpres Oepoi.
Sampah yang sama juga terlihat di Jalan P. Piet Manehat, Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Oebobo, Senin (3/3/2025).
Sampah plastik berserakan tanpa arah menyesuaikan tiupan angin. Sampah lain berupa sisa makanan, styrofoam, popok bayi dan tempurung kelapa.
Oliva Teri (60), seorang warga Kelurahan TDM mengatakan, wilayahnya memang tidak ada TPS. Hal itu menyebabkan perilaku warga yang membuang sampah sembarangan.
“Saya sudah berusaha untuk menjaga lingkungan, tetapi perilaku warga lain ini sangat susah diatur. TDM memang kekurangan TPS, tidak ada tempat (sampah),” kata Oliva.
Dede Imang (21) juga mengeluhkan ketiadaan tempat pembuangan sampah di sekitarnya. Ia kebingungan untuk membuang barang sisa pakainya.
Sebelumnya kata Imang, ia dan warga sekitar membuang sampah di pinggiran jalan. Namun beberapa hari terakhir tempat itu sudah dilarang. Di situ juga sudah terpasang CCTV pengawas. Jika didapati membuang sampah, ia akan didenda Rp 500.000.
Masalah sampah di beberapa kelurahan masih menjadi perhatian serius. Warga kesulitan membuang sampah akibat terbatasnya TPS dan kontainer sampah.
Pelaksana Tugas Camat Oebobo, Johnny E. Rihi saat ditemui POS-KUPANG mengatakan, banyak TPS dibongkar karena lahan digunakan kembali oleh pemiliknya. Selain itu, di TPS juga tidak menerapkan sistem pemilahan sampah dan membuat TPS menjadi tidak higienis.
Lambatnya pengangkutan sampah turut menyebabkan penumpukan berhari-hari. Minimnya jumlah kontainer di beberapa kelurahan juga memperburuk situasi ini. Pemulung yang mencari barang bekas turut menyebarkan sampah di sekitar TPS.
Johnny menambahkan, pihaknya sudah mulai mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini.
“Langkah penanganan sampah, saya sudah informasikan kepada 7 lurah di wilayah Kecamatan Oebobo. Kami pun mendorong toko-toko dan PLN/BUMN (produksi sampah) untuk mengelola sampah sebelum dibuang ke TPA," kata Johnny di ruang kerjanya, Rabu (5/3/2025).
Baca juga: Warga RT 32 Kelurahan Oesapa Lakukan Pembakaran Sampah Sendiri Gara-Gara Ini
Sedangkan untuk sampah rumah tangga, Johnny meminta para lurah untuk berkolaborasi dengan karang taruna, LPM dan RT/RW untuk bisa mengelola sampah di wilayah masing-masing. Ini untuk memperkecil peta penanganan dan sesuai arahan Wali Kota Kupang Christian Widodo.
“Karang taruna diberdayakan untuk mengelola sampah melalui kerja sama dengan bank sampah. Sosialisasi juga terus dilakukan agar warga mengetahui lokasi TPS dan kontainer yang tersedia,” katanya.
"Ke depan, kami akan terus mengumumkan titik-titik TPS dan kontainer agar warga lebih mudah membuang sampah," tambahnya.
Sejak Oktober 2024, edukasi pengelolaan sampah juga telah diperkenalkan di sekolah dasar untuk menanamkan kebiasaan memilah dan mengolah sampah sejak dini. Johnny berharap anak-anak sejak kecil terbiasa memilah sampah agar lingkungan lebih bersih.
“Kami di Kecamatan Oebobo sudah kerja sama dengan semua sekolah dasar (SD) agar anak-anak dapat memilah sampah dari sekolahnya,” tambahnya.
Menurutnya, pengelolaan sampah tidak bisa sendiri, tetapi membutuhkan kolaborasi dengan komunitas lain seperti LSM dan bank sampah. Kalau mengandalkan bantuan anggaran dari pemerintah akan sulit karena saat ini anggaran banyak dialokasi untuk kebutuhan masyarakat di sektor lain.
“Kita optimalisasi anggaran yang ada sebagai kontribusi untuk kota ini,” lanjutnya.
Sebagai solusi, Johnny mengusulkan agar setiap kelurahan memiliki satu unit mobil pengangkut sampah dan penambahan armada di daerah dengan volume sampah tinggi.
Pemerintah juga diharapkan dapat menggandeng LSM dan bank sampah untuk menjemput sampah langsung dari kelurahan sebelum menumpuk di TPS dan berakhir menggunung di TPA. (dim)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS