Kecerdasan Buatan

Microsoft Akan Bangun Pusat Data Kecerdasan Buatan dengan Anggaran 80 Miliar Dollar

Editor: Agustinus Sape
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

CEO Microsoft Satya Nadella (kiri), President Director Microsoft Indonesia Dharma Simorangkir (tengah), dan President Microsoft Asia Ahmed Mazhari (kanan) menaiki tangga Istana Merdeka, Jakarta, untuk bertemu Presiden Joko Widodo, Selasa (30/4/2024).

POS-KUPANG.COM, JAKARTA -  Perusahaan raksasa teknologi Microsoft akan menggelontorkan 80 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.296 triliun untuk membangun pusat data yang mendukung pengembangan inovasi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Lebih dari setengah pengeluaran akan dipakai membangun fasilitas pusat data di wilayah Amerika Serikat. 

Microsoft Corp (Microsoft) berencana untuk menghabiskan 80 miliar dollar AS atau setara Rp 1,29 triliun untuk membangun fasilitas pusat data pada periode Desember 2024 — Juni 2025. Rencana ini bisa dimaknai besarnya kebutuhan modal untuk pengembangan teknologi kecerdasan buatan. 

Presiden Microsoft, Brad Smith, dalam blog perusahaan yang dikutip Bloomberg, Sabtu (4/1/2024), menjelaskan, lebih dari separuh dari total anggaran pengeluaran yang diproyeksikan hingga Juni 2025 ini akan dilakukan di Amerika Serikat.

Kemajuan teknologi kecerdasan buatan yang terjadi baru-baru ini adalah berkat investasi infrastruktur pusat data skala besar yang berfungsi sebagai fondasi penting bagi inovasi dan penggunaan teknologi kecerdasan buatan.

Sebagian besar pengeluaran terkait pusat data akan digunakan untuk membeli cip berdaya tinggi dari perusahaan, seperti Nvidia dan penyedia infrastruktur seperti Dell Technologies Inc.

Area fasilitas pusat data yang mendukung teknologi kecerdasan buatan membutuhkan banyak daya listrik sehingga mendorong Microsoft untuk membuat kesepakatan untuk membuka kembali reaktor di pembangkit listrik tenaga nuklir Three Mile Island di Pennsylvania, lokasi kehancuran parsial yang terkenal pada 1979. 

Pada laporan keuangan Desember 2023 — Juni 2024, Microsoft menghabiskan lebih dari 50 miliar dollar AS untuk belanja modal yang sebagian besar dipakai untuk pembangunan klaster server yang didorong oleh permintaan untuk layanan kecerdasan buatan.

Baca juga: Para Pemimpin Teknologi Bertemu di Vatikan Bahas Kecerdasan Buatan dan Kesejahteraan

Dalam blog perusahaan, Brad menyebutkan, pemerintahan Presiden Donald Trump kemungkinan akan memberlakukan peraturan yang terlalu ketat di bidang kecerdasan buatan. Sementara, negara membutuhkan kebijakan pengendalian ekspor pragmatis yang menyeimbangkan perlindungan keamanan yang kuat untuk komponen teknologi kecerdasan buatan di pusat data dengan kemampuan perusahaan Amerika Serikat untuk berkembang pesat. 

“Prioritas kebijakan publik Amerika Serikat yang paling penting adalah memastikan bahwa sektor swastanya dapat terus maju dengan dukungan penuh,” tulis dia. 

Perusahaan raksasa teknologi, seperti Microsoft, Amazon, dan Google berlomba-lomba memperluas kapasitas komputasi awan dengan membangun pusat data baru yang mendukung inovasi kecerdasan buatan. Amazon dan Google juga telah menandatangani perjanjian pemakaian tenaga nuklir untuk fasilitas pusat data mereka. 

Untuk kawasan Asia Tenggara, mengutip laporan e-Conomy SEA 2024 yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Company pada November 2024, Singapura dilaporkan memiliki data center yang siap untuk teknologi kecerdasan buatan dengan kapasitas mencapai 1.000 megawatt (MW), Malaysia120 MW, Thailand 60 MW, Filipina 60 MW, dan Vietnam 40 MW.

Country Director Google Indonesia Veronica Utami mengatakan, Indonesia menjadi negara kedua setelah Singapura yang memiliki fasilitas pusat data siap untuk kecerdasan buatan. Kapasitasnya sudah mencapai 220 MW. 

Ia berpendapat, teknologi kecerdasan buatan turut mentransformasi lanskap ekonomi digital Indonesia. Praktik pemasaran, industri gim, dan pendidikan saat ini mulai mengarah ke pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan.

Banyak bisnis yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan supaya iklan mereka sasaran, memberikan kedekatan yang lebih disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan, serta pengalaman pelanggan yang imersif. 

Oleh karena itu, Utami berpendapat, penyediaan infrastuktur berupa pusat data menjadi hal krusial seiring dengan meningkatkan adopsi teknologi kecerdasan buatan dan kebutuhan pemrosesan data di Indonesia. 

“Untuk memenuhi permintaan itu, kapasitas pusat data yang siap untuk mendukung teknologi kecerdasan buatan di Indonesia diprediksi naik 268 persen dari kapasitas 202 MW saat ini dalam beberapa tahun mendatang,” ujar Utami, dalam konferensi pers pertengahan November lalu, di Jakarta. 

Di Asia Pasifik, sesuai laporan riset “E-Conomy SEA 2024”, rencana peningkatan kapasitas pusat data diperkirakan mencapai sekitar 1,5 kali lipat dibanding di Asia Tenggara pada semester I-2024.

Di beberapa negara Asia Tenggara terlihat ada kucuran investasi yang besar untuk membangun pusat data siap kecerdasan buatan sepanjang semester I-2024. Sebagai contoh, Malaysia sebesar 15 miliar dollar AS, Thailand 9 miliar dollar AS, dan Filiphina 6 miliar dollar AS. 

Baca juga: Paus Fransiskus Beri Peringatan tentang Bahaya Kecerdasan Buatan Selama Kunjungan ke Singapura

Sejumlah perusahaan raksasa teknologi raksasa, termasuk Microsoft, Amazon Web Services (AWS), dan Google, telah berinvestasi pembangunan fasilitas pusat data di beberapa negara Asia Tenggara. 

Mengutip The Strait Times, pada bulan Mei 2024, Microsoft menyatakan akan menginvestasikan 2,2 miliar dollar AS selama empat tahun ke depan untuk membangun infrastruktur komputasi awan dan kecerdasan buatan di negara itu. Lalu, pada Agustus 2024, Amazon Web Services (AWS) mengumumkan rencana untuk menginvestasikan sekitar 6,2 miliar dollar AS untuk mendirikan fasilitas pusat data dan komputasi awan di Malaysia.

AWS juga mengembangkan rencana serupa di Thailand. Perusahaan ini mengungkapkan rencana untuk menginvestasikan 5 miliar dollar AS untuk membangun pusat data di Thailand selama beberapa tahun ke depan, menjadikan Thailand kawasan AWS keempat di Asean setelah Singapura, Indonesia, dan Malaysia.

Pada September 2024, Google mengatakan akan menginvestasikan 1 miliar dollar AS untuk membangun infrastruktur pusat data dan komputasi awan di Thailand. 

Pendiri dan Ketua Asosiasi Cloud Computing Indonesia Alex Budiyanto, saat dihubungi Sabtu (4/1/2024), di Jakarta, membenarkan, berinvestasi fasilitas pusat data di Indonesia masih menarik. Sebab, permintaan pembangunan baru terus berkembang setiap tahunnya. 

Hanya saja, apabila dikaitkan dengan perusahaan raksasa teknologi yang akan berinvestasi membangun pusat datanya, dia memandang fenomena ini perlu dibandingkan antar negara di Asia Tenggara. Alasannya, saat ini sedang berkembang rumor negara tetangga, seperti Malaysia, banyak menerima kucuran investasi pusat data dari pemain global dibanding Indonesia.

“Rumor seperti itu perlu menjadi bahan refleksi. Apakah Indonesia tidak menarik menjadi tujuan investasi karena ketidakpastian hukum atau karena mereka melihat Indonesia bukan pasar yang menarik? Atau, sebetulnya regulasi Indonesia sendiri tidak mewajibkan pusat data harus di wilayah Indonesia?” ucap dia. 

Hal yang dikhawatirkan ialah para perusahaan teknologi tersebut merasa cukup melayani masyarakat Indonesia dari luar wilayah Indonesia. Jika kekhawatiran ini benar, maka Indonesia akan kehilangan kesempatan menerima suntikan investasi. 

Lebih jauh, dia menyebutkan, pemerintah Indonesia perlu mengawal realisasi sejumlah komitmen investasi perusahaan teknologi raksasa yang ingin berinvestasi infrastruktur pusat data siap kecerdasan buatan dan komputasi awan, seperti yang pernah dikatakan oleh CEO Microsoft Satya Nadella saat ke Indonesia beberapa waktu lalu.

”Kalau terkait komitmen pengeluaran terbaru Microsoft dan apakah kawasan Asia Tenggara turut jadi sasaran, selain Amerika Serikat, hal itu sebaiknya Microsoft yang menjelaskan,” ucapnya. (kompas.id)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkini