Di sisi lain, Paus Fransiskus menyinggung dua tema umum lainnya dalam sesinya dengan kaum muda: penggunaan teknologi yang tepat, dan bahaya penindasan, khususnya yang berkaitan dengan kaum muda penyandang disabilitas.
“Teknologi adalah sesuatu yang harus kita manfaatkan, namun kita harus tetap waspada terhadap risiko yang menyertainya,” mengingat itulah tema pidato yang telah disiapkannya.
Di satu sisi, Paus mengatakan generasi muda perlu mahir dalam dunia multimedia.
“Anak muda yang tidak mengikuti media, seperti apa? Tertutup, menutup diri,” ujarnya.
Di sisi lain, ia juga mengingatkan agar generasi muda tidak “diperbudak” oleh teknologi.
“Seseorang yang hidup sepenuhnya diperbudak oleh media, bagaimana kabarnya?” dia bertanya. “Seorang pemuda yang tercerai-berai, tersesat. Semua generasi muda harus menggunakan media, namun gunakanlah media karena media membantu kita untuk maju, namun tidak menjadi budaknya.”
Sehubungan dengan penindasan, Paus Fransiskus menyebutnya sebagai “sesuatu yang buruk.”
Paus mencatat bahwa penindasan sering kali ditujukan pada remaja yang dianggap lebih lemah, seperti penyandang disabilitas. Ia mencontohkan, dalam pertemuan antaragama itu, pernah ada tarian yang dibawakan oleh empat pemuda down syndrome.
“Setiap orang mempunyai disabilitas, termasuk Paus,” kata Paus Fransiskus. “Sama seperti kita mempunyai disabilitas sendiri, kita juga harus menghormati disabilitas orang lain.”
Paus Fransiskus memasukkan seruan khas kepada kaum muda untuk mengambil risiko.
“Pemuda harus berani membangun, maju, meninggalkan zona nyamannya,” ujarnya. “Seorang anak muda yang memilih kenyamanan dalam hidupnya akan menjadi gemuk. Tapi perut tidak menjadi gemuk, pikiranlah yang menjadi gemuk!”
“Inilah mengapa saya mengatakan ambil risiko, keluarlah!” katanya kepada pemuda itu. “Jangan takut. Ketakutan adalah sikap diktator dan itu melumpuhkan Anda.”
Sebelum berangkat Jumat pagi, Paus Fransiskus juga mengadakan pertemuan pribadi dengan para uskup, imam dan religius Singapura, yang dihadiri oleh presiden Konferensi Episkopal Malaysia, Singapura dan Brunei.
Dalam pidato singkatnya, Paus berbicara tentang sifat-sifat yang ia yakini penting bagi para imam, dengan mengatakan bahwa sifat-sifat tersebut harus “di tengah-tengah umat, bersatu dengan Tuhan, bersaudara di antara kamu dan bersatu dengan uskup.”
Paus juga mengingatkan para biarawati untuk tidak lupa “mengekspresikan keibuan Gereja,” dan mendesak semua orang untuk tetap tersenyum.
(catholicherald.co.uk)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS