Perang Rusia Ukraina

10 dari Ribuan Tahanan Ukraina di Rusia Dibebaskan Berkat Mediasi Vatikan dan Uni Emirat Arab

Editor: Agustinus Sape
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pastor Bohdan Heleta, kiri, yang ditahan di dalam gerejanya sendiri di kota Berdiansk yang diduduki di wilayah Zaporizhzhia pada tahun 2022, berbicara kepada temannya di bandara Kyiv, Ukraina, Sabtu, 29 Juni 2024. Sepuluh warga Ukraina yang ditahan selama bertahun-tahun, dibebaskan dari penawanan Rusia pada hari Jumat dengan mediasi Vatikan, kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

POS-KUPANG.COM, KYIV - Takhta Suci Vatikan dan Uni Emirat Arab berhasil memediasi pembebasan 10 orang Ukraina dari tahanan Rusia. Mereka telah ditahan Rusia selama bertahun-tahun. Sejak perang Rusia Ukraina berlangsung, 3.310 warga Ukraina telah dibebaskan dari tahanan Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengumumkan proses pembebasan 10 warga sipil Ukraina tersebut Sabtu (29/6/2024) malam dalam unggahan di media sosial X.

“Saya berterima kasih pada Uni Emirat Arab dan Takhta Suci atas proses mediasi untuk pembebasan mereka yang berlangsung pekan ini,” katanya.

Mereka dibebaskan pada hari Jumat. Beberapa di antaranya telah ditangkap bertahun-tahun lalu, bahkan sebelum perang Rusia-Ukraina pecah. Selain 10 warga sipil, sebanyak 90 personel militer Ukraina yang ditawan Rusia juga dibebaskan pada pekan ini.

Foto yang dirilis oleh layanan pers Kementerian Pertahanan Ukraina di Kyiv memperlihatkan warga Ukraina yang kembali dari tahanan Rusia, tiba di Kyiv, Ukraina, Sabtu (29/6/2024). Sejak perang Rusia-Ukraina berlangsung, sebanyak 3.310 warga Ukraina dibebaskan dari tahanan Rusia.

Salah satu warga sipil Ukraina yang dibebaskan adalah Nariman Dzhelyal, wakil ketua Mejlis, yang sudah hampir tiga tahun ditahan Rusia.

Mejlis adalah badan perwakilan Tatar Krimea. Badan ini dipindahkan dari Krimea ke Kyiv setelah Rusia merebut semenanjung itu pada tahun 2014.

Namun, Dzhelyal tetap tinggal di sana. Dia ditangkap pihak Rusia di Krimea dan dibawa ke tahanan setahun sebelum pecahnya perang Rusia-Ukraina.

Dzhelyal mengatakan banyak warga Ukraina yang masih ditahan. “Kita tidak dapat membiarkan mereka di sana karena kondisinya, baik psikologis maupun fisik, sangat menakutkan di sana,” ujarnya.

Kepala Mejlis, Refat Chubarov, dan pemimpin Tatar Krimea Mustafa Dzhemilev mengungkapkan kebahagiaan dengan memeluk Dzhelyal saat ia dibebaskan. Pertemuan keluarga para tahanan yang dibebaskan berlangsung haru di ibu kota Ukraina.

Baca juga: Rusia Konfirmasi A-50U Ditembak Jatuh Rudal Ukraina, Perintahkan Penangkapan Kolonel Mykola Dzyaman

Mengenakan bendera Ukraina kuning biru dan terlihat lelah, mereka akhirnya dapat berkumpul lagi dengan keluarganya. Beberapa dari mereka terlihat sibuk menjawab telepon. Salah satunya sejarawan seni Olena Pekh yang dibebaskan setelah enam tahun ditahan di Donetsk, wilayah yang saat ini dikuasai Rusia.

Ia terlihat bercakap-cakap dengan putrinya, Isabella Pekh, lewat panggilan video. “Aku sangat ingin memelukmu. Aku akan segera bersamamu, Bu. Maafkan aku tidak bisa menemuimu,” kata Isabella.

Warga Ukraina yang dibebaskan dari Tahanan Rusia tiba di Kyiv, Ukraina, Sabtu (29/6/2024) untuk menuliskan pesan di bendera Ukraina untuk menandai pembebasan mereka.

Selama hampir enam tahun ibunya ditahan, Isabella kerap tampil menjadi pembicara di berbagai konferensi internasional untuk memperjuangkan pembebasan ibunya. Ia juga meminta bantuan duta besar untuk pembebasan tersebut.

“Enam tahun adalah neraka yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Tapi saya tahu saya punya tanah air, saya punya orang-orang yang mencintai saya, saya punya putri saya,” kata Olena.

Sementara itu, dua pastor Katolik Yunani yang dibebaskan adalah Ivan Levytskyi dan Bohdan Heleta. Keduanya ditahan sejak 16 November 2022 di gerejanya di kota Berdiansk di wilayah tenggara Zaporizhzhia. Kawasan itu sekarang dikuasai Rusia.

“Ada banyak pria dan wanita Ukraina di sana. Mereka membutuhkan bantuan, bantuan nyata. Mereka sedang menunggunya,” kata Heleta melukiskan kondisi orang-orang Ukraina yang masih ditahan Rusia.

Media Vatikan, The Vatican News, melaporkan, keduanya ditangkap dengan tuduhan kepemilikan senjata saat invasi Rusia ke Ukraina. Selama lebih dari setahun sejak ditahan, tak ada kabar tentang keberadaan Pastor Levytskyi dan Heleta.

Mereka diketahui telah memilih tinggal bersama komunitas mereka di wilayah yang diduduki Rusia itu untuk melayani komunitas Katolik Yunani dan Katolik Roma di sana. Kabar bahwa keduanya masih hidup baru diterima Pemimpin Gereja Katolik Yunani Ukraina, Mayor Uskup Agung Sviatoslav Shevchuk, hanya beberapa waktu sebelum pembebasan.

Dalam pidatonya, Sabtu, Paus Fransiskus menyerukan pembebasan semua tahanan perang. Ia juga mengungkap syukur pembebasan kedua imam Katolik Yunani tersebut.

“Mari kita mengingat semua orang yang terluka atau terancam oleh perang. Semoga Tuhan membebaskan mereka dan mendukung mereka dalam perjuangan demi perdamaian,” katanya.

Menurut Markas Koordinasi Ukraina untuk Perlakuan terhadap Tawanan Perang, 3.310 warga Ukraina telah dibebaskan dari tahanan Rusia sejak perang Rusia-Ukraina berlangsung.

Namun hingga sekarang, masih ada ribuan orang Ukraina, baik warga sipil maupun personel militer, yang ditahan Rusia. "Kita terus berusaha dalam situasi perang yang sangat sulit ini," kata Zelenskyy.

Mediasi Qatar

Selain warga sipil, upaya pengembalian anak-anak Ukraina dari Rusia juga terus berlangsung. Sejak Juli 2023, Qatar telah membantu memulangkan puluhan anak-anak Ukraina yang dibawa ke Rusia selama perang Rusia-Ukraina itu berlangsung.

“Qatar membantu Ukraina dalam memulangkan anak-anak yang diculik oleh Rusia. Kami akan membahas upaya ini,” kata Zelensky, mengumumkan pembicaraan dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani pada 6 Juni 2024.

Pada Sabtu (15/6/2024), Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menyatakan, Qatar telah menjadi mediator reunifikasi anak-anak Ukraina dengan keluarga mereka. Sejauh ini, mediasi Qatar ini berhasil mengembalikan 34 anak Ukraina kepada keluarganya.

Pemulangan anak-anak Ukraina ke keluarganya ini menjadi salah satu agenda utama di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Ukraina di Swiss pada Juni 2024.

Baca juga: Sekutu Putin Mengeluarkan Peringatan Menyinggung Ukraina, Bakal Balik Serang Rusia?

Pada Desember 2023, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin dan komisaris hak anak-anak Rusia Maria Lvova-Belova atas dugaan kejahatan perang. Mereka dituduh telah melakukan pemindahan paksa dan deportasi ilegal anak-anak Ukraina ke Rusia. Rusia membantah seluruh tuduhan.

Kyiv mengatakan sekitar 20.000 anak-anak Ukraina telah dibawa secara paksa ke Rusia atau wilayah yang dikuasai Rusia tanpa persetujuan keluarga atau wali. Mereka menyebutnya sebagai kejahatan perang dan memenuhi definisi genosida dalam perjanjian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Moskwa membantah tuduhan itu dan mengatakan pihaknya melindungi anak-anak yang rentan itu dari zona perang.

(kompas.id/ap/afp/reuters)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Berita Terkini