Wisata NTT

Wisata NTT , Pesona Rumah dan Kampung Adat Ratenggaro Unik di Pulau Terindah, Sumba

Penulis: Alfred Dama
Editor: Alfred Dama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kampung Adat Ratenggaor di Sumba Barat daya , Nusa Tenggara Timur

Tujuannya untuk mendapatkan petunjuk apakah leluhur mengizinkan mereka untuk membangun rumah atau tidak. Jika disetujui, ada rangkaian upacara lain yang harus dilaksanakan selama proses pembangunan rumah.

Pada 2011, rumah utama di Ratenggaro yaitu Uma Katoda Kataku, rumah sebagai simbolisasi ayah atau dituakan, telah selesai dibangun.

Semua warga kampung yang berjumlah 600 jiwa hadir. Mereka bergotong royong menyumbang dana dan makanan serta membantu mendirikan empat tiang utama dan menara.

Rumah Adat Ratenggaro
Di Ratenggaro tak hanya ada Uma Katoda Kataku. Masih terdapat beberapa bangunan lain yang dihormati warganya, misalnya Uma Kalama (simbolisasi ibu), serta Uma Katoda Kuridan Uma Katoda Amahu (sebagai simbolisasi saudara ayah dan ibu). Posisi mereka saling berhadapan, mewakili empat penjuru mata angin.

Uma Katoda Kataku berada di bagian paling selatan dan menghadap ke utara. Rumah itu berhadapan dengan Uma Kalama, menghadapnya ke selatan.

Uma Katoda Kuri berada di timur menghadap ke barat, berhadapan dengan Uma Katoda Amahu karena menghadap ke sisi timur.

Semua posisi punya arti. Uma Katoda Kataku misalnya, sebagai tempat tinggal pendiri kampung, berada paling selatan dan menghadap ke utara, mengingatkan bahwa nenek moyang mereka berasal dari utara. Hal itu menjelaskan, meski berada di bibir pantai, penduduk Ratenggaro tak ada yang menjadi nelayan.

Berasal dari daratan, mereka tidak memiliki tradisi melaut. Mereka seperti orang gunung terjebak di pantai.

Ciri lain dari rumah-rumah khusus itu ada pada gelang atau cincin di tiang utamanya. Posisi dan jumlah rumah juga tak pernah berubah sejak zaman nenek moyang ratusan tahun lalu. Setiap posisi rumah mempunyai segel masing-masing.

Material rumah pun masih sesuai dengan aturan adat. Tiang utama harus terbuat dari kayu kadimbil atau kayu besi. Atap dari alang-alang kering, bambu, kahi kara (sejenis akar gantung). Untuk pengikat bangunan, mereka menggunakan rotan. Jadi, rumah mereka tak mengandung unsur logam, baik paku untuk perekat maupun atap seng. Seluruh material diambil dari bahan alam di lingkungan sekitar.

Secara umum, rumah adat Ratenggaro berbentuk rumah panggung terdiri dari empat tingkat. Tingkat pertama diperuntukkan bagi hewan peliharaan warga. Tingkat berikutnya merupakan tempat tinggal pemilik rumah dan selanjutnya ada tingkat untuk menyimpan hasil panen.

Kemudian di atas tempat memasak terdapat sebuah kotak yang merupakan tempat menyimpan benda keramat dan tingkat teratas adalah tempat untuk meletakkan tanduk kerbau sebagai simbol tanda kemuliaan.

Tipikal rumah adat di Desa Ratenggaro hampir sama seperti di Flores dan Toraja. Terdapat rahang babi hutan lengkap dengan taringnya dan tanduk kerbau digantung di dalam atau pekarangan rumah. Ini sebagai simbol bahwa orang yang memiliki rumah tersebut pernah melaksanakan upacara adat.

 

Wisata Pantai Rantenggaro
Saat berwisata ke desa adat ini, kita tidak hanya menikmati suguhan uniknya rumah adat dan tebaran ratusan menhir. Warga desanya juga menjual aneka hasil kerajinan seperti kain tenun Sumba dan manik-manik dari batu dan taring babi hutan.

Halaman
1234

Berita Terkini