Berita NTT

Kasrem 161/Wira Sakti Kolonel Cpl Simon Petrus Kamlasi Sebut TNI Manunggal Bersama Rakyat 

Penulis: Rosalia Andrela
Editor: Oby Lewanmeru
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wawancara eksklusif Pos Kupang Podcast bersama Kasrem 161/Wira Sakti, Kolonel Cpl Simon Petrus Kamlasi.

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Rosalia Andrela

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Sosok Kasrem 161/Wira Sakti, Kolonel Cpl Simon Petrus Kamlasi tidak asing lagi bagi masyarakat NTT. Terhitung 11 tahun sejak 2013 dirinya secara konsisten melaksanakan gerakan jaga air dan alam.

Selain itu Kolonel Cpl Simon Petrus Kamlasi juga telah mengelilingi, hampir semua daratan yang ada di Provinsi NTT melaksanakan aksi nyata yang langsung berkaitan dengan kebutuhan riil masyarakat yakni masalah air.

Seperti apa kisahnya simak wawancara eksklusif Pos Kupang Podcast Selasa, 21 Mei 2024 yang dipandu oleh Pimpinan Redaksi Pos Kupang, Dion D.B. Putra.

Latar belakang dan apa saja aksi nyata yang sudah dilakukan selama ini? 

Berangkat dari profesi saya sebagai prajurit, kebetulan saya berdinas di Korps Logistik di mana pengetahuan dasarnya teknik mesin.

Memang dalam perjalanan dinas, saya berhubungan dengan hidrolik, mekanika, fluida, dan perpipaan sudah menjadi bagian dari keseharian saya. Singkat cerita ketika saya lulus dari sekolah Staf Komando Angkatan Darat tahun 2012, dan 2013 saya kembali ke sini sangat mengejutkan. Saya melihatnya kondisi kehidupan masih seperti saat saya SD, SMP di SoE.

Saat itu saya memikul air untuk kebutuhan hidup, jaraknya sekitar 800 meter dari rumah menuju kali. Terakhir sudah ada PDAM, tetapi masih macet.

Terakhir saya kembali kondisinya masih sama. Ada pompa yang hemat, sudah pernah ada di dunia namanya pompa hidram. Elevasinya cukup tinggi, areanya cukup jauh, debitnya terbatas, dan cocok untuk kondisi geografis yang menantang.

Akhirnya kita kembangkan beberapa konstruksi dari pompa ini kita anggap ini karya paten dari saya, di mana klep buangnya kita lakukan perombakan dengan konstruksi yang rigid agar unjuk kerjanya bisa meningkat. Kebetulan pimpinan-pimpinan kami di TNI AD, peduli dengan hal ini dan saat ini semakin masif dijalankan.

Waktu itu bapak Kasad masih menjabat sebagai Pangdam Udayana, kita laksanakan kegiatan ini disaat Covid-19. Kita membangun ratusan titik menyebar, dan berjalannya waktu sampai hari ini khusus untuk NTT  TNI AD Manunggal Air sudah tinggal 2 hari lagi, kita mencapai 300 titik sumur bor dan pompa hidram. Saat ini sudah ada 298. Itupun masih kurang. 

Lebih dari 50-an titik masih kita tangani. Itu yang sampai ke telinga saya. Jadi 30-an di Flores, 24 nanti di daratan Timor. Kita tidak mengatakan ini sebagai hyperbolic tetapi hari ini ada Water World Forum di mana 148 negara hadir di sini.

Mereka membahas tentang konservasi air dan sanitasi, ketahanan pangan, dan energi. Lalu dalam kondisi sekarang ada mitigasi bencana. Hari ini kalau kita cek di BPBD sudah ada beberapa kabupaten yang menyatakan darurat kekeringan.

Itu saya bersyukur sekali karena pimpinan TNI AD dan saya pribadi mampu meyakinkan bahwa kita perlu TNI AD Manunggal Air.

Memang TNI tidak sendiri, kalau kita kasih bukti kan orang berpartisipasi akan datang sendiri serta semangat karena bantuannya tepat sasaran. 

Selain air jangan lupa ketahanan pangan menjadi pembinaan teritorial. Metode kita akan ada namanya pembinaan ketahanan wilayah, subnya adalah ketahanan pangan. Ketika saya keliling Flores ini sama dengan konsep gereja, konsep keuskupan semua ada di dalam lahan.

Semua berbicara alternatif makanan di samping makanan pokok yang ada untuk antisipasi krisis pangan.

Rencana pengembangan dalam waktu dekat seperti apa? 

Saya perlu jelaskan bahwa kita ada 3 metode. Pertama paling sederhana masyarakat umum pun paham. Kalau masyrakat melaporkan pak kami kekurangan air, posisi mata air ada di atas kami dj bawah.

Itu sederhana kita langsung melaksanakan perpipaan, gravitasi kita gunakan karena mengalir dari tinggi ke rendah. Nah ketika di wilayah tersebut tidak ada lagi air yang diatas, kita mencoba melihat air yang  di bawah, dihitung debitnya.

Ketika memadai untuk menggerakann pompa hidram, maka kita akan melaksanakan terapan aplikasi ini. Bagi wilayah yang tidak mungkin gravitasi dan hidram, kita akan pikirkan mungkin air itu ada di bawah maka kita laksanakan eksplorasi air untuk sumur bor.

Kita ada alat pendukung yang sudah canggih. Sementara ini saya memiliki alat bor peribadi ada 4 unit, yang kedinasan juga ada 3 menit yang tersebar ada 4 di Flores, 2 di Sumba, sisanya di Timor. Eksplorasi atau pencarian titik air ada alat sederhana yang mungkin butuh waktu sekitar 1 jam, kita sudah tau bahwa di sini ada air. Ada juga peta cekungan air.

Dari 300-an titik ini mana yang kesulitannya paling berat atau pengalaman yang paling berkesan

Karena mungkin saya sudah sering di Timor justru ini saya anggap biasa saja, walaupun banyak. Kemarin saya waktu keliling di Flores tepatnya di Manggarai Timur ada desa yang menunggu saya sampai malam hari.

Saya mau tau bagaimana kondisi yang dipasang oleh Babinsa. Waktu itu mereka kerjasama dengan masyarakat ikut memang, ada bhabinkamtibmas, LSM, perangkat desa ini saya anggap penting. Karena mereka memberikan suatu gambaran tentang kerjasama yang lengkap.

Saya datang rencananya mau ke titik air. Saya tidak mampu sampai ke bawah, apalagi malam jaraknya 2 km.

Baca juga: Warga Desa Kuaken Timor Tengah Utara Dukung Simon Petrus Kamlasi Jadi Calon Gubernur NTT

Akhirnya saya minta foto-fotonya, waktu pekerjaan dilakukan. Itu luar biasa bagaimana pikul semen menuju ke bawah, akhirnya mereka hanya 1, 2 orang yang benar-benar kuat yang mereka pakai untuk melansir material.

Kemudian di Desa Sunu tempat patung Pak Joko Widodo itu lebih parah lagi. Airnya di bawah, sampai saudara-saudara saya tidak percaya.

Syukur memang karunia dan penyertaan Tuhan, bagaimana konsep kita yang logis kita gunakan untuk hitungan-hitungan mekanika dan saya yakini air akan sampai. Itu yang paling berkesan. (cr19)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Berita Terkini