Tokoh NTT

Profil Esthon Foenay Politisi 'Old But Gold', Transformasi Birokrat, Wagub Hingga Anggota DPR RI

Penulis: Ryan Nong
Editor: Ryan Nong
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ir. Esthon Leyloh Foenay, M.Si

POS-KUPANG.COM - Sosok Ir. Esthon Foenay, M.Si merupakan salah satu birokrat yang menjelma menjadi politisi matang. Saat semakin tua usianya, malah kilaunya makin bersinar. 

Pria santun yang memulai karir sebagai birokrat di lingkungan Pemprov NTT itu merupakan salah satu politisi senior yang malang melintang di blantika politik Flobamorata. 

Siapa sangka di usianya yang memasuki angka 75 tahun, politisi yang dipercayakan Prabowo memimpin Partai Gerindra NTT itu mampu bersaing dengan para politisi muda untuk merebut kursi DPR RI.

Baca juga: Lolos ke Senayan, Esthon Foenay Siap Kerja untuk NTT

Politisi dengan nama lengkap Esthon Leyloh Foenay itu berhasil merebut kursi ketiga untuk DPR RI dari Dapil NTT 2 dalam Pileg 2024 lalu. Ia menjadi satu dari tujuh calon legislatif yang lolos ke Senayan. 

Bahkan, politisi kelahiran Kupang 3 Agustus 1948 itu menjadi yang paling senior diantara 13 angota terpilih DPR RI dari Provinsi NTT.

 

Riwayat pendidikan 

Pendidikan dasar hingga tinggi ditempuh Esthon Foenay di kota kelahirannya Kupang. Ia lulus  dari SR GMIT XI Kupang pada 1963 dan melanjutkan ke SMP Negeri 1 Kupang  hingga lulus 1966. 

Selanjutnya, setelah menyelesaikan pendidikan menengah di SMA Kristen Kupang pada 1969, ia kemudian masuk perguruan tinggi dan mengambil kuliah di Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana. Di kampus negeri itu Esthon memperoleh gelar sarjana pada 1979.

Dengan berbekal ijazah sarjana itu, Esthon lalu masuk dalam dunia kerja dan menjadi abdi negara (PNS). Berselang dua piluh tahun, ia kemudian mengambil studi Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana dan mendapat gelar magisternya pada 2002. 

Karir

Esthon memulai jenjang karir di Pemprov NTT dari Kepala Seksi Pendidikan Mental Spiritual Provinsi Nusa Tenggara Timur pada 1984—1987. 

Selanjutnya menjadi Kepala Bidang Sosial Budaya Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Timur (1987—1991), Kepala Biro Bina Sosial Mental Spiritual Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur (1991—1997), Kepala Biro Penyusunan Program Provinsi Nusa Tenggara Timur (1997—1998) hingga Plh. Asisten Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur (1998—1999).

Pada 1999, Esthon dipercayakan sebagai Kepala Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ia menjabat kepala Bappeda NTT hingga 2003. Pada tahun itu, Esthon dimutasi menjadi Kepala Badan Diklat Provinsi Nusa Tenggara Timur  hingga 2006. 

Berselang dua tahun, ia dipinang Frans Lebu Raya untuk ikut dalam kontestasi Pilgub NTT. Keduanya kemudian menang dan Esthon menjadi Wakil Gubernur NTT mendampingi Frans Lebu Raya hingga 2013. 

Namun, pada Pilgub 2013 keduanya pecah kongsi. Frans Lebu Raya menggandeng Benni Alexander Litelnony, sementara Esthin yang ingin "naik kelas" menjadi Gubernur NTT menggandeng Paul Tallo.

Dalam Pilgub yang digelar dua putaran, Esthon - Paul harus mengakui keunggulan Frans Lebu Raya yang menang dan kembali menjadi gubernur untuk periode keduanya.

Pada Pilgub 2018, Esthon kembali maju bertarung. Ketua DPD Gerindra NTT itu menggandeng Christian Rotok, mantan Bupati Manggarai. Dalam Pilgub ketiganya itu, Esthon kalah dan menempati peringkat ketiga. Adapun pasangan Victor Laiskodat dan Josef Nae Soi keluar sebagai pemenang. 

Esthon kemudian ikut dalam kontestasi Pileg 2024 dan terpilih menjadi anggota DPR RI dengan jumlah total 43.035 suara suara . 

 

Riwayat Organisasi

Sejak sekolah, Esthon sudah aktif dalam berbagai organisasi. Ia menjadi Ketua Perkumplan Pelajar SMA Kristen Kupang pada 1968.

Saat di perguruan tinggi, Esthon juga dipercayakan menjadi Ketua Senat Mahasiwa (1971—1972), Ketua Umum KODEMA Fapet Undana Kupang (1974—1975) hingga Koordinator GMKI Kupang (1972—1974). Selepas mahasiswa, ia kembali didapuk menjadi Ketua AMPI Kabupaten Kupang (1982—1984).

Selain itu, Esthon juga pernah menjadi Ketua Umum Pengda PABDSI NTT (1996—2000), Ketua Harian KONI NTT (1998—2008), Ketua Umum IKA FAPET (2005—2009), hingga Ketua Umum Pengda PERKEMI NTT (2004—2008). Kini ia mengemban tugas sebagai Ketua DPD Partai Gerindra Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mambantu memenangkan Pilpres untuk ketua umum mereka, prabowo Subianto.

Siap kerja untuk NTT

Saat pemilu 2024, Esthon yang merupakan ketua DPD Partai Gerindra NTT, meraih kursi ketiga dari Daerah Pemilihan (Dapil) NTT 2. Ia akhirnya mengungguli pendatang baru, Serena C Francis dengan selisih perolehan lebih dari 4.000 suara.

Dari hasil pleno, Esthon meraih 43.035 suara. Sementara Serena yang berada di posisi kedua meraih 38.649 suara. Dari data total suara partai di Dapil NTT 2, Partai Gerindra meraih total suara, 203.405 suara.

Esthon mengatakan rasa syukurnya. Esthon mengaku siap bekerja untuk masyarakat NTT.

"Kami tegak lurus dengan perintah Ketua DPP, Pak Prabowo Subianto. Siap bekerja untuk kemakmuran masyarakat NTT," kata Esthon Foenay.

Esthon yang mengusung tagling "Old But Gold" saat maju Pileg 2024, diketahui sangat dekat dengan calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto. Esthon juga merupakan salah satu tokoh yang ikut mendirikan Partai Gerindra di Indonesia. (*)

 

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Berita Terkini