Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen
POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Matias Boli Kilok (75) tampak bersemangat memikul karung berisi kopra mentah menuju tempat pemanggang sederhana di rumahnya di Dusun Padang Pasir, Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Jumat, 12 April 2024.
Dibantu dua menantu pria, Yustinus Kia Sura dan Rikardus Pande, tumpukan daging buah kelapa yang sudah dicincang dengan parang itu akan dipanggang di atas para-para yang terbuat dari bambu.
Mengeringkan kopra dengan cara panggang biasa dilakukan Matias dan petani setempat saat cuaca tak bersahabat. Intensitas hujan akhir-akhir ini masih melanda sejumlah desa di lereng Gunung Lewotobi itu.
"Hujan masih turun. Lebih bagus panggang supaya kerja satu kali, tidak repot-repot angkut bawa masuk kalau hujan," tutur Matias kepada wartawan.
Matias mengatakan, harga kopra sudah naik Rp 8 ribu per kilogram. Pria kelahiran 3 Maret 1949 itu mengaku gembira dengan harga yang sekarang, apa lagi kebutuhan sembako terutama beras masih mahal di pasar dan pusat perbelanjaan.
Matias menuturkan, kenaikan harga kopra berlangsung secara bertahap dari Rp 6 ribu ke Rp 7 ribu per kilogram. Harga yang semakin menggembirakan itu terasa saat Gunung Lewotobi erupsi sejak bulan Januari 2024.
"Semoga tetap stabil, kalau bisa harganya naik terus. Kami sulit beli beras dan barang-barang sembako kalau harga komoditi anjlok," ujar Matias sambil meratakan kopra yang masih tertumpuk.
Petani Desa Hokeng Jaya sering mengalami kemelut ekonomi. Harga komoditi tak pernah stabil bahkan pernah anjlok hingga Rp 4 ribu perkilogram. Petani hanya bisa mengelus dada saat menghadapi situasi itu.
Pengalaman selama ini, harga komoditi naik saat hari raya besar. Setelah itu, harganya kian merosot. Petani merasa dipermainkan dengan segala aktivitas perdagangan di bidang komoditi.
Petani Dusun Wolorona, Desa Hokeng Jaya, Yosep Moti Namang, mengatakan kenaikan harga kopra terasa menjelang lebaran Idul Fitri 10 Februari 2024.
Baca juga: Pemkab Flores Timur Menanti Laporan Bawaslu Sebelum Tindak Kades Kalike Aimatan
Mereka bersyukur dengan harga kopra yang kini Rp 8 ribu perkilogram. Dia biasa menjual ke pengepul setempat yang mencari komoditi dengan mobil pikap.
"Pernah naik sampai Rp 10 ribu. Tapi setelah itu turun drastis. Sekarang lebih legah karena Rp 8 ribu, setidaknya harga ini selaras dengan perjuangan kami," ungkap Yosep.
Yosep menambahkan, selain kopra, harga kakao juga meningkat drastis. Beberapa hari lalu, kakao di pengepul Maumere, Kabupaten Sikka tembus Rp 100 ribu per kilogram.
Kendati komoditi kakao menjamin petani, jelas Yosep, namun serangan hama ulat tanaman semakin merajarela. Buah kakao selalu rusak hingga produksinya menurun.
"Kalau kakao lebih bagus, hanya hama banyak jadi buahnya rusak," katanya.
Pengepul Desa Hokeng Jaya, Damianus Nong Kolin, mengatakan pembelian kopra dari para petani disesuaikan dengan harga yang ditetapkan pengusaha di Kota Maumere.
Pengepul, demikian Damianus, untung sekira Rp 1.000 hingga Rp Rp 1.200 per kilogram, selaras dengan kalkulasi biaya transportasi ke Maumere sekira 80 kilometer jauhnya.
"Kita beli dari petani Rp 8.000 sementara di Maumere Rp Rp 9.200. Kami kumpul dulu sebelum bawa ke Maumere tiga kali seminggu," katanya.
Dia menerangkan, kenaikan harga terasa saat Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, kenaikan harga kopra juga bergantung saat produksi kelapa sawit menurun.
Sementara Kepala Desa (Kades) Hokeng Jaya, Gabriel Bala Namang, mengatakan sebagian besar penduduk desa bermata pencaharian sebagai petani kelapa, kemiri, dan kakao.
"Kopra menjadi harapan warga petani untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk biaya pendidikan anak," katanya kepada wartawan.
Gabriel menuturkan, warga tentu gembira dengan harga kopra Rp 8 ribu perkilogram. Sebab, beberapa tahun ini anjlok di tengah perubahan iklim global yang dampaknya juga terasa bagi warga desa.
Selain kelapa, petani setempat juga konsen dengan kakao, namum produktivitasnya terus menurun dari tahun ke tahun. Padahal, lanjut dia, harga kakao saat ini sangat menjanjikan.
Pihaknya berikhtiar mengadakan pupuk buah kakao melalui intervensi dana desa di tahun 2022, namun progresnya belum membuahkan hasil maksimal lantaran pohonnya sudah tua. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS