Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Selasa 5 Maret 2024 Berjudul, Sampai Berapa Kali?

Editor: Edi Hayong
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bruder Pio Hayon SVD menulis Renungan Harian Katolik untuk Hari Senin 5 Maret 2024

POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ini ditulis Bruder Pio Hayon SVD mengangkat judul, Sampai Berapa Kali?.

Renungan Harian Bruder Pio Hayon SVD Hari Selasa Prapaskah III merujuk pada Bacaan I: T.Dan. 3: 25.34-43, Injil : Mat. 18: 21-35

Berikut ini teks lengkap Renungan Harian Katolik yang ditulis, Bruder Pio Hayon SVD hari ini.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Salam damai sejahtera untuk kita semua. Pernyataan tentang sampai berapa kali merujuk kepada angka akan sesuatu hal. Dalam hidup kita memang kita sering sekali dijejali oleh berbagai macam angka dari semua kegiatan kita.

Apalagi kalau kerja kita harus dihitung dengan angka karena harus mendapat penilaian semua laporan kinerja kita. Ada banyak tuntutan yang harus dipenuhi dan itu selalu disesuaikan dengan angka-angka.

Jika tidak memenuhi target maka kita dianggap kalah apalagi itu masuk dalam dunia bisnis yang selalu menggunakan angka target selalu. Namun yang terpenting di sini adalah waktu itu kadang tidak punya arti sama sekali di hadapan Tuhan.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Hari ini kita kembali lagi disegarkan dengan bacaan-bacaan suci untuk direnungkan dan direfleksikan bagi kehidupan kita.

Dari bacaan pertama nubuat Daniel yang mengisahkan tentang Ananiya, Azarya, dan Misael yang dicampakkan ke dalam tanur api yang menyala-nyala oleh perintah Nebukadnesar dan pada kesempatan itu Azarya berdiri dan berdoa di dalam nyala api yang bernyala-nyala itu: “Demi namaMu ya Tuhan, janganlah kami Kautolak selamanya, dan janganlah Kaubatalkan perjanjianMu; janganlah Kautarik kembali daripada kami belaskasihanMu dan demi Israel orang suciMu yang kepadanya Engkau telah berjanji memperbanyak keturunan mereka menjadi laksana bintang-bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut.”

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 4 Maret 2024, Bawalah Tongkat dan Pukullah Gunung Batu

Daniel dalam tulisan ratapannya mengingat-ingat kembali semua yang telah dijanjikan Allah bagi umatNya Israel dan meminta Tuhan agar tidak membiarkan Israel jatuh dalam kesesakan dan menjadi bangsa yang hancur karena sudah bersalah kepada Allah.

Seruan demi seruan disampaikan demi namaNya yang Kudus, Tuhan seharusnya membebaskan umatNya Israel menurut belaskasihanMu dengan perbuatan-perbuatanNya yang ajaib. Namun satu hal yang penting agar umatNya dapat selamat menurut versi Yesus adalah dengan cara mengampuni.

Pengajaran tentang mengampuni ini dimulai ketika Petrus bertanya kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Petrus dalam hal ini menjadi wakil dari para murid Yesus untuk memberikan pertanyaan soal pengampunan.

Bagi Petrus pernyataannya pasti mungkin akan dikonfirmasi dengan baik karena menyebutkan 7 kali orang harus mengampuni karena bagi bangsa Yahudi, angka tujuh adalah angka sempurna sehingga itu dirasa cukup dalam mengampuni kesalahan orang.

Di luar dugaan, Yesus menjawab sangat berbeda: “Bukan! Aku berkata kepadamu: bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Ungkapan Yesus tentang pengampunan ini pasti mendapat reaksi yang akan berbeda dari para muridNya karena jauh melebihi apa yang disangkakan oleh semua mereka terlebih Petrus yang menanyakan soal ini.

Kalau kita membuat atau menterjemahkan pernyataan Yesus “melainkan tujuh puluh kali tujuh kali” soal pengampunan itu dalam bentuk angka akan menjadi seperti ini: “70 x 7 x ...” itu berarti dibelakang angka tujuh itu masih ada kali (x) maka kita boleh simpulkan bahwa bagi Yesus pengampunan itu tidak sekedar begitu saja tetapi bagi pengikutNya pengampunan itu tanpa batas sampai kapan pun.

Seorang pengikutNya harus mampu berbuat lebih dari biasanya: “Bukan sampai tujuh kali, melainkan tanpa batas, 70x7x... dan itu ditunjukkannya dalam perumpamaan yang disampaikan Yesus tentang seorang raja yang telah mengampuni hambanya yang berhutang kepadanya dan diampuni.

Namun hamba itu ternyata tidak mengampuni saudaranya yang berhutang lebih kecil dari padanya malahan menyerahkan temannya ke dalam penjara. Bagi Raja itu, tindakan hambanya ini berlebihan. Dia yang sudah diampuni karena telah berhutang banyak kepada raja seharusnya mengampuni temannya yang berhutang lebih rendah.

Maka hamba itu akhirnya dipejarakan. Pesannya jelas, mengampuni adalah jalan pembebasan dan bukannya memperhitungkan apalagi menghakimi orang lain yang ternyata dosanya lebih ringan dari kita.

Kita memang cenderung jatuh pada kesalahan yang satu ini yaitu menghakimi orang lain tanpa melihat diri sendiri. Marilah kita belajar untuk selalu rendah hati memberi pengampunan karena pada dasarnya kita juga berdosa.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Pesan untuk kita, pertama: kita perlu sadar sesungguhnya bahwa kita semua adalah manusia berdosa.

Kedua, kecil atau sebesar apapun dosa kita, kita tidak punya hak untuk menghakimi oranglain.

Ketiga, pengampunan itu tanpa batas dan bukan sebatas angka, karena belaskasihan Allah selalu tanpa batas.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Berita Terkini