Lebih jauh, Rosadelima mengakui salah satu tantangan penurunan angka tengkes adalah rendahnya partisipasi ibu mengantar bayinya melakukan timbangan di puskesmas. Kalau demikian, pihaknya akan kesulitan mendata dan memberikan intervensi kepada bayi yang berpotensi tengkes atau stunting.
“Yang datang timbang masih rendah. Masih ada anak anak yang tidak hadir saat timbang. Itu artinya kita tidak bisa nilai anak yang tidak hadir itu gizi baik, buruk atau stunting,” tandasnya.
Pada Desember 2023 yang lalu, tercatat ada 700 bayi yang tidak ikut timbangan dari total 8 ribuan anak di Lembata. Ini jadi tantangan semua pihak termasuk Persagi Lembata.
“Ini kerja keras kita semua,” pesan Rosadelima.
Dia minta peran aktif kepala desa dan tokoh masyarakat untuk mengajak ibu bayi dan balita ke puskesmas.
“Angka partisipasi masyarakat masih rendah. Kalau gizi kurang bagus maka usia harapan hidup jadi tidak bagus,” pungkasnya.
Acara ini juga dihadiri oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Keluarga Bencana Kabupaten Lembata, Markus Labi Waleng, Sekretaris Camat Ile Ape, dan Kepala Puskesmas Waipukang. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS