Hal ini juga menggarisbawahi bahwa Jokowi, setelah masa kebimbangan, telah menetapkan Prabowo sebagai penerus pilihannya, baik ia memberikan dukungan formal atau tidak.
Masih belum jelas apakah Gibran akan menguntungkan pencalonan Prabowo atau tidak. Seperti pendapat Virdika, potensi keuntungan dari hubungan keluarga dengan Jokowi, dan kemampuan Gibran dalam menggalang suara generasi muda Indonesia, harus dipertimbangkan dengan risiko reaksi negatif terhadap nepotisme yang telah memungkinkan dia untuk mencalonkan diri.
Pencalonan Gibran hanya dimungkinkan oleh keputusan Mahkamah Konstitusi yang kontroversial pekan lalu, yang menyatakan bahwa calon di bawah usia minimal 40 tahun dapat mencalonkan diri sebagai presiden atau wakil presiden, dengan syarat mereka terpilih untuk menjabat di tingkat daerah.
Tak luput dari perhatian juga bahwa ketua Mahkamah Konstitusi adalah saudara ipar Jokowi.
Baca juga: Viral Warganet Minta Gibran Tolak Pencalonan Dirinya Cawapres, Belum Saatnya
Salah satu daya tarik Jokowi pada tahun 2014 adalah bahwa ia tidak berasal dari kalangan militer maupun elite politik negara. Satu dekade kemudian, ia secara bertahap mulai menyerupai orang-orang sebelum dia, terlibat dalam patronase terbuka dan jual beli kuda dalam upaya untuk memastikan bahwa kekuasaannya tetap bertahan setelah masa jabatannya berakhir pada bulan Oktober mendatang.
Apakah para pemilih di Indonesia menghukumnya karena hal ini, atau apakah popularitasnya yang ekstrem hanya berpindah ke pasangan Prabowo-Gibran, hal ini tidak hanya akan berdampak pada arah politik Indonesia dalam jangka pendek; hal ini akan menjelaskan banyak hal mengenai sejauh mana sistem demokrasi di negara ini telah berkembang sejak tahun 1998.
(thediplomat.com)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS