Berita Kabupaten Kupang

Begini Kata Uskup Agung Kupang Saat Resmikan Gereja Katolik di Kampung Toleransi Naibonat

Penulis: Yohanes Alryanto Tapehen
Editor: Rosalina Woso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RESMIKAN - Ukiran patung Santo Yosef dan Maria yang berada di sisi kiri dan kanan salib Yesus yang berada dibelakang altar gereja St. Martinus Kampung Toleransi Naibonat yang ditahbiskan Uskup Agung Kupang Mgr. Petrus Turan dan diresmikan Bupati Kupang Korinus Masneno, Jumat r Agustus 2023.

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Tapehen

POS-KUPANG.COM, OELAMASI - Umat Katolik di Naibonat juga di wilayah Kupang Timur berbahagia hari ini, Jumat 4 Agustus 2023 menjadi hari yang bersejarah bagi mereka dimana gereja Santo Martinus yang berdiri diatas Kampung Tolerasi Naibonat ditahbiskan dan diresmikan.

Suasana terasa sangat berbeda, Kampung Tolerasi Naibonat tampak hingar bingar dengan suara nyanyian juga bunyi gemerincing dan pukulan gendang yang bersahutan.

Mulai dari jalan masuk sudah terlihat hiasan dari daun lontar yang dirangkai pada kayu dan ditanam sepanjang jalan.

Sejak beberapa hari yang lalu dibawah komando ketua panitia peresmian gereja St. Martinus Stasi St. Yohanes Maria Vianey Paroki Sta. Maria Fatima Taklale, Beny Masneno umat menyiapkan tempat yang nyaman untuk perayaan ini. Bagian depan gereja dipasang pagar juga halaman telah diratakan dengan timbunan.

Baca juga: BREAKING NEWS: Padang Ikan Foti di Amarasi Barat Kabupaten Kupang Terbakar

Uskup Agung Kupang Mgr. Petrus Turang bersama Bupati Kupang Korinus Masneno yang menahbiska sekaligus meresmikan gereja ini.

Acara pentahbisan gereja dirangkai dalam missa yang dimpimpin Uskup Turang yang menahbiskan altar gereja serta bersama Bupati Masneno menandatangani prasasti peresmian saat perayaan missa berakhir.

Gedung gereja St. Martinus mulai dibangun sejak tahun 2019 lalu dan pembagunan dilakukan secara bertahap hingga diresmikan hari ini.

Begitu memasuki gereja yang menjadi rumah ibadah pertama yang selesai dibangun diatas lahan seluas 4 hektar bagi 5 rumah ibadah ini pandangan akan langsung tertuju di bagian altar.

Dibelakang altar terdapat dua patung Yosef dan Maria yang berukuran cukup besar dengan ketinggian lebih dari dua meter dan salib Yesus yang juga terdapat ukiran tubuh Yesus disana dengan tinggi lebih dari tiga meter.

Oleh Uskup Turang kedua patung dan salib itu merupakan hal yang paling istimewa di Gereja St. Martinus ini. Sebab ketiganya dipahat diatas batang kayu utuh.

"Saya mau tanya, saa masuk gereja ini apa yang istimewa," tanya Uskup Turang saa acara ramah tamah.

Sejenak semua umat terdiam sambil memikirkan apa yang istimewa. Bahkan ada umat yang menjawab gerejanya bagus. Namun bukan itu jawaban yang dibutuhkan oleh Uskup Turang.

Baca juga: Dinas Pertanian Kabupaten Kupang Kembali Olah Lahan Seluas 1 Hektar di Civic Center Oelamasi

"Salib dan patung yang berada dikiri dan kanan itu diukir dari sebuah pohon. Itu istimewa dan saya yang minta dibuat seperti itu," ungkap Uskup Turang

Selain patung dan salib di dalam gereja, di puncak menara juga dibuat sebuah patung Santo Martinus yang memotong mantelnya bagi seorang pengemis.

Menurut Uskup Turang, patung St. Martinus ini sebagai simbol yang memperlihatkan iman yang benar juga sebagai contoh bagi semua orang bagaiamana memperhatikan sesama yang berkekurangan

Dengan hadirnya gereja di Kampung Tolerasi ini sebagai bagian dari toleransi antar sesama umat beragama.

Uskup juga menyampaikan terima kasih atas semua perhatian baik pemerintah maupun penjasa yang memberikan perhatian baik kehadiran maupun sumbangsihnya masing-masing.

"Terima kasih kepada umat beragama yang berada di kampung ini semua bekerjasama menyelesaikan pembangunan gereja ini. Itu kerukunan dan tolerasi akan menjadi bagian hidup mereka. 3 tahun gereja ini selesai dan semua orang ikut ambil bagian dalam penyelesaian gereja ini," ucapnya.

Dirinya berpesan agar gereja dan sekitarnya harus dijaga dan semua yang ada disini harus belajar menjadi sahabat dan harus memberikan kesejukan bagi semua orang yang hadir disini.

"Tempat ini adalah tempat doa jadi gunakan, jangan hari ini tapi hari selanjutnya tempat ini harus menjadi oase mendapatkan pemenuhan hidup rohani," tambahnya.

Sementara Bupati Kupang Korinus Masneno meminta dengan selesainya dan telah diresmikannya gereja ini umat harus daang ke gereja bukan malah jauh dari gereja.

Dirinya juga meminta umat di stasi St. Yohanes Maria Vianey ini harus menjadi contoh dalam membina dan membangun kerukunan hidup antar umat beragama di kampung toleransi ini.

"Saya sampaikan proficiat semoga hasil kerja atas jerih payah dan kerjasama pemerintah, masyarakat dan donatur menjadi keberhasilan kita semua membangun kerukunan hidup beragama disini. Gereja ini telah diresmikan dan juga telah ditahbiskan oleh Bapa uskup, jaga dan peliharalah sebagai rumah kasih," ucap Bupati Masneno.

Sedikit gambaran, gereja St. Martinus merupakan satu dari enam rumah ibadah yang dibangun di kampung toleransi yang digagas oleh Anselmus Giaprillianto Djogo atau dikenal sebagai Jefry Djogo, seorang tokoh nasionalis setempat.

Kampung toleransi berdiri di atas lahan seluas 14,65 hektar yang sudah diperjuangkan sejak tahun 2004 silam hingga tahun 2012.

Pencanangan pembangunan kampung toleransi juga dalam perjalanannya muncul banyak dinamika sosial muncul.

Kampung Toleransi Naibonat yang berdiri di atas lahan 14,65 hektar tersebut berasal dari hasil perjuangan pembebasan tanah negara yang sudah diokupasi masyarakat selama 44 tahun, yang lokasinya bersebelahan dengan komplek TNI Angkatan Darat.

Dari luas tanah tersebut, kemudian dibagi untuk gereja Kristen seluas 1 hektar, Katolik 1 hektar, Islam 1,1 hektar, Hindu 0,75 hektar, Budha 0,4 hektar dan Konghucu 0,4 hektar serta untuk para purnawirawan dan masyarakat lainnya seluas 10 hektar.

Sejak tahun 2017 lalu baru dua bangunan rumah ibadah yang saat ini sementara berproses yakni gereja Katolik dan masjid.

Kedepan akan ada enam rumah ibadah yang akan dibangun secara berdampingan yakni untuk agama Katolik, Kristen Protestan, Islam, Hindu, Budha serta Konghucu.

Tokoh  penggagas kampung toleransi, Ansel Djongo mengatakan bahwa masalah kampung toleransi berbasis pada realita perkembangan di daerah ini.

“Ide saya membangun kampung toleransi antar umat beragama dengan berdirinya  tempat ibadah yang dibangun berdampingan untuk enam agama ini, yang kita tonjolkan bukan wujud atau fisik bagunan secara berdampingan, tetapi bagaimana kampung toleransi ini merangkul kemajemukan beragama yang ada,” tuturnya.

Awal pembangunan kampung toleransi terjadi pada Januari 2017 silam pada masa pemerintahan Bupati Ayub Titu Eki.

Pada saat itu pemerintah Kabupaten Kupang, TNI serta sejumlah tokoh agama dari enam agama di Indonesia meletakkan batu pertama untuk pembangunan enam rumah ibadah secara berdampingan di satu lokasi di lahan seluas 4,4 hektare tersebut.(ary)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Berita Terkini