Pilpres 2024

Usai Bertemu Prabowo Subianto, Budiman Sudjatmiko Hampir Saja Dipecat Petinggi PDIP

Editor: Frans Krowin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

HAMPIR DIPECAT – Budiman Sudjatmiko hampir saja dipecat dari PDIP setelah ia berinisiatif menemui Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Meski dipanggil oleh petinggi partai tersebut, tetapi Budiman hanya diberi peringatan saja.

POS-KUPANG.COM – Seusai menemui kandidat presiden dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya atau Koalisi KIR Prabowo Subianto, politisi PDIP, Budiman Sudjatmiko hampir saja dipecat dari Partai Banteng Moncong Putih.

Saat itu, Budiman Sudjatmiko dipanggil oleh Ketua DPP Bidang Kehormatan PDIP, Komarudin Watubun. Meski dipanggil oleh petinggi PDIP, tetapi Budiman Sudjatmiko tak diberi sanksi oleh partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri. Ia hanya diberi peringatan  saja.

"Saya undang beliau (Budiman Sudjatmiko), saya minta klarifikasi terhadap kunjungan beliau ke Pak Prabowo. Tidak ada sanksi, hanya memberi warning untuk kembali ke garis organisasi."

Hal ini disampaikan Ketua DPP Bidang Kehormatan PDIP Komarudin Watubun,  di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, 28 Juli 2023.

Dikatakannya,  Budiman Sudjatmiko merupakan salah satu kader PDIP, sehingga harus ikut mendukung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden di Pemilu 2024 mendatang.

"Bagaimana pun beliau adalah kader PDIP dan saat ini semua kader PDIP dari Sabang sampai Merauke wajib tegak lurus untuk mendukung putusan yang telah diputuskan bu ketum," tutur Komarudin. 

Pada kesempatan itu, Komarudin Watubun juga membeberkan klarifikasi Budiman ketika dipanggil DPP untuk klarifikasi kunjungannya tersebut.

Dikatakannya, bahwa  Budiman tidak bermaksud mendukung Prabowo, tapi hanya sebatas konsolidasi antara Ganjar dan Prabowo.

"Beliau menjelaskan niatnya bukan untuk mendukung Prabowo sebenarnya. Dia ingin supaya ada konsolidasi calon yang dianggap sebagai calon orde baru dan calon reformasi," ujar Komarudin

"Pak Ganjar sebagai generasi reformasi dan pak Prabowo sebagai generasi orba, kan gitu kira-kira bagaimana konsiliasi untuk masa depan Indonesia yang lebih baik,"lanjut Komarudin. 

Langkahnya Berisiko Tinggi

Beberapa hari lalu, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Budiman Sudjatmiko bertemu dengan bakal calon presiden (bacapres) Prabowo Subianto.

Pertemuan Budiman dan Prabowo itu menjadi perhatian publik jelang penyelenggaraan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Budiman Sudjatmiko yang merupakan mantan aktivis 1998 itu pun buka suara terkait alasannya merangkul dengan Prabowo Subianto.

Di akun Twitternya pada Jumat 28 Juli 2023 Budiman Sudjatmiko  membalas cuitan Politisi PSI Dedek Prayudi yang membelanya setelah berdamai dengan Prabowo Subianto.

Baca juga: Anies Baswedan Klaim Dirinya Bisa Lanjutkan Program Presiden Jokowi

Budiman menceritakan bahwa saat ia melawan Orde Baru di tahun 90-an juga saat itu banyak yang mengecamnya.

Menurut Budiman, butuh dua tahun untuk masyarakat agar paham dengan pilihannya sehingga menjadi momen perubahan.

Oleh karena itu, menurut Budiman, jika saat ini banyak yang protes ia mulai merangkul Prabowo Subianto yang dulu merupakan lawannya, politisi PDIP itu mengaku tidak keberatan.

Sebab kata Budiman, hal ini merupakan proses yang sama saat ia memulai menentang Orde Baru.

“Saat saya dan kawan-kawan melawan Orba, banyak yang mengecam. Butuh dua tahun lagi mereka paham dan jadi momen perubahan. Jika kini saya merangkul yang 25 tahun lalu jadi lawan, juga banyak yang mengecam. Kali ini pun bakal mengulangi proses yang sama,” tutur Budiman.

Budiman menjelaskan bahwa prinsip yang selalu dipakainya dari dulu sampai sekarang saat mengambil langkah-langkah yang berisiko tinggi ialah dengan kata-kata yang pernah ditulis Mark Twain.

Di mana ia tidak mau menyesal karena hanya tidak melakukan yang seharusnya dilakukannya.

“Saat saya mengambil langkah-langkah beresiko tinggi adalah kata-kata penulis Mark Twain ini: "20 tahun dari sekarang, kamu akan lebih menyesali apa yang TIDAK kamu lakukan dari pada yang kamu lakukan,” jelas Budiman.

Maka, kata Budiman, setiap 20 hingga 25 tahun sekali, ada waktu yang sangat matang untuk membuat langkah-langkah strategis bagi seorang individu, organisasi atau sebuah bangsa.

Sebab apabila tidak melakukannya maka akan menjadi sebuah jalan kebekuan.

Menurutnya, kalah bukanlah masalah, namun tak pernah melangkah itu yang salah.

Sebelumnya Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko mengaku akhiri masa lalu dan tatap masa depan. Hal itu diungkapkan Budiman Sudjatmiko saat bertemu langsung Prabowo Subianto  Senin 18 Juli 2023 seperti dimuat live Facebook Wartakotalive.com.

Dalam pernyataannya, Budiman mengatakan bahwa saat ini demokrasi di Indonesia sudah lebih baik saat membicarakan perbedaan.

Maka kata Budiman, saatnya Indonesia kenang masa lalu sebagai masa lalu dan waktunya tatap masa depan.

Sebelumny, Mantan aktivis 98 Budiman Sudjatmiko menyebut Calon Presiden (capres) Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai sosok yang mampu menangani permasalahan polarisasi politik di Tanah Air. 

Hal itu menjadikan Prabowo sosok kompeten meneruskan estafet kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Baca juga: Prabowo Subianto Dicap Pengkhianat Kalau Tak Pilih Muhaimin Iskandar Jadi Cawapres

Prabowo disebut sebagai sosok yang handal dalam menangani perpecahan akibat persoalan politik. Banyaknya pihak yang mengotak-ngotakan politik membuat perbedaan di antara masyarakat, hal itu dapat ditangani dengan baik oleh Prabowo. 

"Problem perpecahan polarisasi yang diakibatkan oleh soal politik khilafiah, politik perselisihan program, fiqih politik sekuler itu selesai itu hilang," kata Budiman dalam acara Podcast Mind TV dikutip pada Senin 24 Juli 2023. (*)

Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS

Berita Terkini