Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Plt Kalak BPBD Kabupaten Lembata, Stafanus Hede Wadu mengatakan, belajar dari penanganan bencana di Lembata yang telah terjadi sebelumnya, BPBD Lembata mulai memperbaiki sistem informasi yang tumpang-tindih.
"Kita belajar dari pengalaman kemarin dari erupsi, banjir bandang dan dan penanganan covid. Sistem informasi kita tidak terintegrasi secara baik. Pelaksanaan tumpang-tindih sehingga saling lempar tanggung jawab," ungkap Stefanus saat mengunjungi acara pelatihan Sistem Informasi Bencana Lembata pada Senin, 17 Juli 2023.
Dalam pembukaan Pelatihan Sistem Informasi Bencana Lembata, Kepala Bidang I, Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BPBD Lembata, Andris Koban mengatakan, Aplikasi Si-Bela merubah paradigma penanggulangan bencana di Lembata.
Penanganan bencana di Kabupaten Lembata sebelumnya, masih menjadikan penyintas sebagai objek dari proses penanggulangan bencana.
Baca juga: Sinyal Internet Jadi Tantangan Pemilu 2024 di Lembata
"Mereka (penyintas) dikumpulkan di suatu tempat, dalam tanda petik mereka mendapat perlakuan dari kita," ungkap Andris pada Selasa, 17 Juli 2023.
Dengan adanya pelaksanaan kegiatan ini, paradigma penanganan kebencanaan sudah berubah. Penyintas akan terlibat dalam kerja di masa tanggap darurat sehingga tidak lagi menjadi objek dalam penanggulangan bencana.
"Jadi kalau ada bencana yang besar tapi tidak kelihatan pengungsinya karena pengungsi terlibat dalam kegiatan di masyarakat tempatnya mengungsi," jelas Andris.
Pembelajaran Si-Bela akan menggunakan studi kasus erupsi Ile Lewotolok pada tahun 2021.
Sistem ini harus kuat sehingga bisa dapat mengorganisir setiap dinamika pergerakan penanganan kebencanaan.
Andris berharap agar semua peserta yang menjadi admin dapat mengerti dengan penjelasan yang disampaikan sehingga kedepannya dapat digunakan aplikasi ini dengan baik.
Dalam kesempatan ini pula, Pito Keraf, Relawan Kebencanaan yang hadir sebagai pembicara mengatakan, proses pembuatan sistem informasi masih dalam proses penyempurnaan.
"Kami juga membutuhkan masukan dari Bapa Mama Semua. Keluh kesah kita di lapangan itu yang perlu kita tuangkan dalam sistem informasi ini," katanya.
Baca juga: BPBD Lembata Buat Rencana Operasi Bencana Erupsi Gunung Api Ile Lewotolok
Aplikasi ini masih dalam tahap uji coba sehingga dinamakan Si-Bela Versi 1.0.0. Pengembangan Si-Bela akan terus dilakukan jika ada usulan dari peserta.
Di dalam Si-Bela ada beberapa bagian. Pertama, data penduduk yang spesifik seperti ibu hamil, ibu menyusui dan lainnya. Data ini harus diinput oleh admin sehingga dapat memproyeksikan kebutuhan pengungsi secara spesifik.
Kedua, data relawan yang harus dikelola sesuai dengan kapasitasnya. Ketiga, data pengelolaan logistik. Si-Bela akan memberikan data ketersediaan logistik dan kebutuhan logistik untuk memudahkan distribusi logistik.
Keempat, terkait dengan laporan yang akan dirangkum untuk kebutuhan satu kabupaten. Laporan ini bisa kapan saja diupload karena Si-Bela menggunakan sistem online.
Untuk menjalankan Si-Bela kita harus membutuhkan admin. Misalnya di BPBD akan membutuhkan satu orang admin. Begitupun di Pos Pengungsian membutuhkan satu orang admin.
Salah satu admin yang berasal dari Desa Waimatan, Michael Satri mengapresiasi terobosan yang dilakukan oleh BPBD Kabupaten Lembata.
"Menurut saya, ini sangat bagus karena memudahkan kami melakukan koordinasi segala kebutuhan dasar kita bisa langsung tahu. Misalnya ada penambahan peserta (penyintas-red) yang masuk maka kita bisa proyeksi anggarannya," ungkap Satri.
"Tapi ini karena baru maka kami masih perlu waktu untuk belajar. Belum lagi nanti ke depan yang harus diantisipasi adalah jaringan internet," tutupnya.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS