Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai Timur, Boni Hasudungan selaku Ketua POKJA Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim dalam paparannya mengatakan Pemerintah telah melakukan berbgai upaya dalam konteks besarnya dan serta membuat perencanaan.
"Perubahan Iklim telah kita rasakan saat ini, jarang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Musim hujan berkepanjangan demikian juga musim kemarau, itulah perubahan iklim," kata dia.
Menurutnya, apabila masyarakat tidak mengatisipasinya dengan tindakan adaptasi dan mitigasi, maka tidak menutup kemungkinan hasil pertanian berkurang, demikian juga cengkeh dan kopi tidak berbuah.
Hasil kopi Manggarai TImur, tuturnya, terus menurun. Bahkan ada pedagang kopi yang mengatakan bahwa dia mendapatkan kopi dari Jawa karena potensi terjadinya bencana sangat tinggi dan kemiskinan ekstrim akan meningkat sebagai dampak dari perubahan iklim.
Ia mengatakan, visi Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur adalah mewujudkan Manggarai Timur yang Sejahtera, Berbudaya dan Berdaya (MATIM SEBER). Sementara salah satu misinya, yaitu, meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur daerah yang berbasis lingkungan hidup untuk memudahkan akses ke pelayanan dasar dan mendukung prioritas ekonomi unggulan.
Misi itu dilakukan melalui upaya pencegahan/mitigasi, penanganan kondisi darurat dan penanggulangan dampak perubahan iklim, penguatan ketersediaan pangan dan cadangan pangan, dan perkuatan ekonomi berkelanjutan.
Boni menjelaskan pemerintah telah memberi perhatian pada upaya penanggulangan dampak perubahan iklim di sektor pertanian pangan, melalui penguatan ketersediaan pangan dan cadangan pangan.
Program kegiatanya, kata dia, antara lain, integrasi pangan (Penanaman Sorgum), rehabilitasi irigasi (RJIT), pembangunan embung, sekolah lapang/pelatihan petani, penguatan kelompok tani, pengadaan alsintan, penyediaan benih padi bersertifikat.
Selain itu ada pembangunan UPH sorgum, pengembangan padi kaya gizi dan padi hibrida, pengembangan jagung komposit, peningkatan dan pengembangan pangan lokal, serta Pemanfaatan Pekarangan Rumah (P2L).
Sedangkan terkait perkuatan ekonomi berkelanjutan, ungkap Boni, yang telah dan akan dilakukan ke depan adalah pelatihan pengolahan produk pangan, bantuan peralatan, fasilitasi ijin usaha, fasilitasi ditribusi pupuk berdasarkan RDKK dan pengawalan dana desa untuk adaptasi perubahan iklim.
"Aksi-aksi ini tentu akan tetap dimasukkan ke dalam Rencana Aksi Adaptasi dan Mitigasi Cepat yang telah disusun oleh POKJA Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Kabupaten Manggarai Timur," ujar dia.
Pada kesempatan yang sama, Hamdan Nurdin mengingatkan kembali peserta bahwa perubahan iklim sedang berlangsung dan akan terus terjadi di masa depan beriring dengan makin meningkatnya jumlah penduduk dan gaya hidup yang kemudian menjadi trigger utama dari perubahan iklim di NTT.
Wilayah Manggarai Timur, kata Hamdan, menjadi salah satu wilayah kajian adanya perubahan iklim tersebut ditandai dengan adanya perubahan pola musim (hujan/kemarau) dimana pada kondisi normal musim hujan (mh) di Manggarai Timur selama periode 30 tahunan (1991-2020) awal musim hujan terjadi pada oktober awal hingga pertengahan Oktober.
Namun berbeda dengan 3 tahun terakhir dimana kondisi awal musim hujan di Manggarai Timur mundur 1 hingga 2 dasarian atau terjadi di akhir Oktober hingga awal November.
Hal ini juga berdasarkan data hujan yang terback-up oleh alat yang hanya tersebar di wilayah Manggarai Timur bagian barat karena belum semua wilayah Mangarai Timur terback-up atau dengan kata lain masih kurangnya sebaran alat pengamatan iklim.
Oleh karena itu, menyikapi kondisi ini maka perlu adanya kolaborasi lintas sektoral antara lembaga pemerintah dan NGO serta masyarakat, tidak boleh ada ego sektoral untuk melakukan kerja bersama bukan kerjasama lagi, seperti peningkatan kapasitas masyarakat kita dalam memahami kondisi iklim sekarang dan membaca iklim masa depan yang kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan dan keselamatan hidup di masa yang akan datang.