Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Adrianus Dini
POS-KUPANG.COM, SOE - Gubernur NTT, Viktor Laiskodat meminta pemerintah desa agar menghimbau warga yang memiliki ternak untuk dikandangkan, sedangkan kebun tidak boleh dipagar.
Hal tersebut disampaikan Gubernur NTT saat panen jagung program TJPS pola kemitraan MT Oktober 2022 - Maret 2023 di Desa Toineke, Kecamatan Kualin, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Sabtu, 15 April 2023.
"Barang yang bergerak yang dipagar. Nanti saya bicara dengan pak Kapolres. Siapa punya ternak yang masuk ke kebun, pemilik kebun boleh ambil ternak tersebut sebagai miliknya. Saya yang bertanggungjawab," ujar Viktor Laiskodat.
"Sapi, kambing, babi, semuanya harus dikandangkan. Pak desa tolong perhatikan ini. Nanti tolong diatur. Bapa desa tolong perhatikan ini kerja sama dengan camat dan polsek agar seluruh ternak dikandangkan. Kita mau kerja yang besar. Tidak mungkin kita pagar barang yang tidak bergerak. Kita pagar barang yang bergerak. Saya akan bicarakan ini dengan pak kapolda juga," tambahnya.
Baca juga: SMAN Kokbaun Timor Tengah Selatan Gelar USBK Selama Sepekan
Dikatakan orang nomor satu NTT ini, dengan TJPS, batang jagung yang masih hijau dapat diambil dan dijadikan pakan ternak.
"Proteinnya masih bagus dan bisa membantu sapi bertumbuh semakin besar," katanya.
Dirut Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho menyebut hasil panen yang ada merupakan kerja dan membuahkan hasil yang luar biasa.
"Hari ini kita panen dan sekaligus penjualan TJPS yang secara langsung dilakukan oleh pak gubernur bersama perangkat yang terlibat dalam ekosistem TJPS. Berdasarkan apa yang kita lihat, apa yang telah dikerjakan membuahkan hasil yang sungguh luar biasa. Hal ini menjadi motivasi yang baik untuk pengembangan selanjutnya di tempat ini dan kabupaten TTS bahkan seluruh daerah Nusa Tenggara Timur," ungkap Harry.
"Kita lihat bersama bahwa ada kepastian menanam dan ditopang oleh ekosistem dan kepastian pasar. Tentu ini menjadi kepastian yang membantu petani untuk melunasi pinjaman dengan hasil yang diterima," tambahnya.
Baca juga: IMI NTT Safari Ramadhan dan Baksos Paskah di Oeekam Timor Tengah Selatan
Dirinya menyampaikan, untuk Program Merdeka TJPS, pembiayaan periode Oktober 2022 - Maret 2023 mencapai Rp 26 miliar dan tersebar di seluruh NTT.
Sementara, Kadis Pertanian dan ketahanan pangan Provinsi NTT, Lucky Frederich Koli dalam sambutannya mengatakan, hasil panen yang ada merupakan buah dari kerja keras."Hasil yang kita lihat hari ini menunjukan buah dari kerja keras. Saya percaya apa yang dihasilkan hari ini belum pernah didapatkan sebelumnya," katanya.
"Hari ini kita buktikan melalui bapak gubernur NTT. Beliau meminta kita untuk laksanakan program TJPS dan pembelinya juga sudah disiapkan," tuturnya.
Baca juga: BREAKING NEWS: Merantau 14 Tahun di Malaysia, PMI Asal Timor Tengah Selatan Pulang Tak Bernyawa
Dijelaskan, 74.000 hektar program TJPS ada di TTS.
"Dari target pola kemitraan 105.000 hektar yang ditetapkan oleh gubernur untuk melaksanakan kolaborasi dinas provinsi dan 20 kabupaten, kita berhasil mencapai 101.000 hektar atau kurang lebih 96 persen. Hasilnya dari 101.000 hektar dikalikan dengan 4.500 rupiah," jelasnya.
Disampaikan, ekosistem ini melibatkan 3 komponen penting yaitu dinas pertanian, offtaker dan Bank NTT.
Lucky menyebut, harga penjualan hasil panen yang ada sesuai dengan kesepakatan bersama dengan offtaker.
"Harga pembelian juga sudah kita sepakati. Penjualan jagung perkilogram harganya 4.500 rupiah," katanya.
Dirinya menerangkan, semua yang berkaitan dengan tanam jagung disiapkan oleh pemerintah. Benih dan pupuk disiapkan offtaker. Selanjutnya pembiayaan berasal dari Bank NTT.
"Pemeliharaannya didampingi oleh pendamping dan penyuluh dinas dari kabupaten. Panen tadi langsung dikawal offtaker dan langsung dibeli," ujarnya.
Dikatakan Lucky, dari hasil penjualan tersebut, petani mendapat keuntungan yang bervariasi.
"Petani ada yang mendapat keuntungan 8 juta ada dari hasil penjualan dan ada yang dapat sampai 16 juta," katanya.
"Tentu ini adalah keadaan yang merubah situasi sebelumnya untuk menjadi lebih baik. Oleh karena itu momentum ini kita gunakan sebagai inspirasi agar kita menanam dalam skala yang lebih besar," paparnya.
Dia menegaskan agar hasil tanaman itu jangan dijadikan benih. "Untuk tanam nanti ambil benih yang baru dari oftaker," imbuhnya.
Melihat hasil yang ada, Lucky menyebut tanam jagung akan menjadi mata pencaharian utama masyarakat.
"Tanam jagung akan menjadi mata pencarian utama bagi masyarakat. Artinya penanaman dilakukan secara berkelanjutan. Setelah panen ditanam lagi. Hasilnya bisa digunakan untuk membeli ternak. Selain itu batang jagung juga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak," jelasnya.
"Adalah Indikator kemajuan di mana sebuah desa bisa memproduksi bahan makanan dan hasilnya lebih lalu dijual ke desa lain atau daerah lain," tambahnya.
Baca juga: NTT Memilih, KPUD Timor Tengah Selatan Canangkan Zona Integritas Menuju WBK dan WBBM
Dia mengatakan, desa Toineke akan menjadi titik pertumbuhan ekonomi baru di TTS yang akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi dengan menyerap tenaga kerja yang banyak.
"Dengan program TJPS kita berharap 2 atau 3 tahun ke depan desa ini sudah penuh dengan ternak," sebutnya.
Pihaknya juga merencanakan untuk menanam tanaman kelor di setiap batas lahan kebun jagung masyarakat. Dengan demikian, dikatakan akan mendatangkan keuntungan ekologis dan ekonomis.
"Yang terpenting, setelah hasil yang kita peroleh itu jangan kita gunakan untuk senang-senang, tetapi sebagai modal dasar untuk kita bisa produksi lagi secara lebih luas," ajaknya.
Dijelaskan, dengan cara-cara seperti ini petani dapat merencanakan pendapatan karena pasarnya jelas.
"Dengan menanam 6 hektar kita bisa mendapat 100 juta. Ini adalah langkah yang baik agar kita semakin termotivasi. Ini adalah kelebihan TJPS. Ada jaminan pasar dan jaminan harga," kata Lucky.
Sementara, Aleks Nesimnasi anggota kelompok tani di desa Toineke menyampaikan program yang ada sungguh berdampak baik pada hasil panen.
"Dari program TJPS karena didampingi, hasil yang sebelumnya hanya2 ton saat dipanen, sekarang kami panen 6 -7 ton,"ungkapnya.
Untuk hasil yang semakin maksimal dikatakan Aleks, pihaknya membutuhkan alat yang memadai.
"Kami membutuhkan alat, sehingga hasilnya lebih memuaskan lagi. Kami butuh traktor roda 4,"ujarnya disambut tepuk tangan.
Turut hadir dan mendampingi Gubernur NTT Viktor Laiskodat, Dirut Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho dan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Lucky Frederich Koli.
Terpantau, pada momen ini, Dirut Bank NTT menyerahkan secara simbolis jumlah uang hasil pembelian yang diterima 3 perwakilan petani. (din)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS