Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Selasa 7 Maret 2023, Standar Hidup Tertinggi, Bukan Raja tapi Menjadi Hamba

Editor: Alfons Nedabang
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILustrasi tangan Tuhan. Renungan Harian Kristen Selasa 7 Maret 2023, Standar Hidup Tertinggi, Bukan Raja tapi Menjadi Hamba.

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Kristen Selasa 7 Maret 2023, dengan judul Standar Hidup Tertinggi, Bukan Menjadi Raja Tapi Menjadi Hamba

Artikel ini ditulis Pdt Maria Litelnoni-Johannes merujuk pada Kitab Markus 6:1-6a.

Renungan ini dikutip dari buku Renungan Harian Suluh Injil Ratapan dan Pengharapan yang diterbitkan Gereja Masehi Injili Timor ( GMIT ).

POS-KUPANG.COM telah mendapat izin dari Pdt Eka Mozes, anggota Tim Penyusun Renungan Harian Suluh Injil edisi Maret dan April 2023. 

Simak selengkapnya Renungan Harian Kristen, Selasa 7 Maret 2023:

Pengantar

Ditolak karena melakukan perbuatan buruk, wajar. Namun ditolak setelah melakukan perbuatan mulia dan menolong banyak orang, dengan alasan asalusul, tentu aneh.

Inilah yang dunia modern sebutkan primordialisme. Keputusan untuk mempercayai atau menolak percaya memang bersifat subyektif.

Namun subyektivitas tanpa prinsip yang benar hanya akan membawa kepada kegagalan untuk memahami karya Tuhan Yesus yang penuh kuasa.

Pemahaman Teks

Apa yang salah dengan asal-usul keluarga Yesus? Ia memiliki beberapa orang saudara laki-laki dan perempuan, dari orangtua
yang sama.

Ayahnya, Yusuf hanya seorang tukang kayu dari keluarga yang sangat sederhana. Apa yang salah dengan itu, sehingga orang banyak menjadi kecewa?

Padahal mereka sudah menyaksikan sendiri kuasa Yesus dalam hal pengajaran dan penyembuhan. Apa lagi yang mereka harapkan?

Bukankah seharusnya mereka bangga bahwa saudara sekampung mereka memiliki otoritas ilahi yang luar biasa?

Dua hal besar dapat diterima dan diakui orang banyak, yaitu pengajaran dan mujizat kesembuhan yang dilakukan Yesus. Namun latar belakang keluargaNya tidak dapat diterima.

Yesus dipandang sebagai orang sekampung yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal di sekolah bergengsi, ia bukan dari kalangan elit Yahudi, juga bukan dari keluarga terpandang.

Ini membuat kekaguman kepada Yesus menjadi pudar. Rupanya bagi banyak orang, standar nilai diri dan otoritas seseorang
terletak pada status sosial religius seseorang.

Standar ini dianggap tidak ada pada Yesus dan inilah yang membuat mereka akhirnya merasa kecewa.

Langkah Iman

Sejak datang ke dunia, Yesus memilih menjadi rendah seperti seorang hamba. Ia tidak mau dikenal sebagai seorang dengan status sosial religius yang tinggi sebagaimana pemimpin dunia umumnya.

Hari ini, marilah kita merenungkan, sudahkah kita mengenal Tuhan Yesus menurut keinginanNya ataukah kita mengenal Dia menurut standar yang kita inginkan, sesuai standar dunia?

Jika kita kecewa dengan Yesus, mungkin inilah saatnya kita berusaha mengenal ulang siapa Yesus menurut keinginan dan standar-Nya sendiri.

Jangan sampai kita menjadi orang yang ternyata sedang menolak Yesus karena standar yang tidak sesuai dengan keinginan Yesus sebagai seorang Hamba. Soli Deo Gloria. Amin! (*)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Berita Terkini