Polemik Tarif Masuk TNK

Sandiaga: Ruang Dialog Solusi Penolakan Tarif Taman Nasionak Komodo Labuan Bajo

Editor: Alfons Nedabang
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

WISATAWAN - Para wisatawan saat menaiki bus yang disiapkan pemerintah di terminal Kedatangan Bandara Komodo Labuan Bajo, Senin 1 Agustus 2022.

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno membuka ruang dialog buntut aksi unjuk rasa penolakan Tarif Masuk TNK ( Taman Nasional Komodo).

Menurut Sandiaga Uno, keputusan pemerintah untuk memastikan konservasi TNK termasuk Pulau Komodo dan Pulau Padar berjalan dengan memberikan pembatasan.

"Karena itu kami membuka ruang dialog untuk mencari solusi penolakan tarif baru Pulau Komodo," kata Sandiaga dalam weekly press briefing di Jakarta, Senin 1 Agustus 2022.

Sandiaga menerangkan bahwa kenaikan harga tersebut semata-mata untuk menjaga kelestarian ekosistem lingkungan.

"Konservasi ini penting demi menjaga populasi komodo di taman nasional komodo," katanya.

Menparekraf memastikan wisatawan tetap bisa melihat komodo di Pulau Rinca yang sudah selesai penataannya.

"Kunjungan wisatawan melihat komodo bisa dilakukan di Pulau Rinca. Mukanya sama, badannya juga sama, tampangnya sama, besarnya juga sama tapi kalau mau yang di Pulau Komodo Bapak Presiden meminta pengunjung berkontribusi untuk konservasi," tuturnya.

Baca juga: Kepada Pihak Yang Mengganggu Wisatawan di Labuan Bajo, Gubernur NTT: Tindak Tegas

Menurutnya, kenaikan harga Pulau Komodo dan Pulau Padar tidak lantas mematikan geliat ekonomi karena Taman Nasional Komodo memiliki total 142 pulau.

Sandiaga menegaskan ada beragam destinasi yang bisa dikunjungi di Labuan Bajo, Nusa Tenggara TImur.

"Seperti kawasan Waterfront Kampung Ujung, Plaza Marina, Goa Batu Cermin, ada Pantai Waecicu, Pulau Kelor, dan lain sebagainya," pungkasnya.

Diketahui pada saat peluncuran aplikasi INISA sebanyak ratusan pelaku pariwisata, dan warga di Labuan Bajo menggelar aksi unjuk rasa penolakan kenaikan tarif.

Aplikasi INISA merupakan platform digital sistem Wildlife Komodo yang bertujuan untuk menjadi sarana manajemen kunjungan ke Pulau Komodo.

Para pendemo tersebut menolak keputusan pemerintah menaikan harga tiket masuk Pulau Komodo.

Pengunjuk rasa membawa spanduk bertuliskan penolakan terhadap kenaikan tarif masuk Taman Nasional Komodo dan Pulau Padar.

Mereka sepanjang hari tadi melakukan aksi tidur di jalan raya, sebagai bentuk penolakan mereka.

Massa meminta pemerintah tidak menaikan harga masuk ke Pulau Komodo karena bisa berdampak pada matinya sektor pariwisata dan perekonomian di sana.

Baca juga: Polres Manggarai Barat Tetapkan Labuan Bajo Siaga II

Pelaku Wisata Mogok Kerja

Sebanyak 24 asosiasi dan individu pelaku pariwisata di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat melakukan mogok selama satu bulan memprotes penetapan Tarif Masuk TNK.

Dalam rencana aksi mogok akan dilakukan pada 1 - 30 Agustus 2022 itu menolak keras penetapan biaya ke TNK yakni Pulau Komodo, Pulau Padar dan kawasan perairan di sekitarnya menjadi Rp 3,75 juta per orang untuk periode satu tahun.

Kebijakan Pemerintah Provinsi NTT dan Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) itu akan diterapkan pada 1 Agustus 2022 mendatang.

"Agenda mogok besok telah kami bahas bersama 24 asosiasi yang sudah menandatangani nota kesepahaman. Kami telah sepakat bersama, maka kami akan melakukan mogok massal untuk pelayanan pariwisata," kata Juru Bicara Asosiasi Angkutan Wisata Darat (Awstar) Labuan Bajo, John Daniel.

Mogok massal, lanjut John, merupakan protes atas kebijakan pemerintah yang dinilai tidak pro terhadap pengusaha atau pelaku pariwisata lokal.

"Aksi kami adalah aksi mogok, jadi pelayanan pariwisata ditiadakan, kami sebagai pelaku pariwisata hanya berdiam diri di rumah, jadi untuk bookingan tamu, mobil atau kapal itu dihentikan, jadi kami tidak melayani yang namanya servis atau jasa dalam bentuk apapun," jelasnya.

Menurut John, wacana penetapan Tarif Masuk TNK hingga akan diberlakukan sangat berdampak kepada pariwisata Labuan Bajo.

Ia menambahkan wacana kenaikan tarif ini membuat banyak wisatawan membatalkan kunjungan ke Labuan Bajo. (tribun network/reynas abdila)

Berita Terkini