Laporan wartawan POS-KUPANG.COM, Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM - BAGI masyarakat Kota Waingapu, Ibukota Kabupaten Sumba Timur, bahkan masyarakat Pulau Sumba umumnya, menyebut nama Semuel Yonathan (Yo Hong Sem) atau Baba Sema mungkin tidak asing lagi.
Pria kelahiran Coanciu (Quanzhou) RRC, 12 Agustus 1928 yang lebih banyak menghabiskan waktu membangun Pulau Sumba, khususnya Kabupaten Sumba Timur ini kini telah pergi untuk selamanya.
Semuel Yonathan meninggal dalam perjalanan saat dibawa ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran Surabaya hari Jumat, 15 Juli 2022 dalam usia mendekati 94 tahun.
Hari Sabtu, 16 Juli 2022 pukul 16.00 WIB, jenazah Semuel Yonathan disemayamkan di Yayasan Adi Jasa Ruang C, D, E. Sedangkan pemberkatan jenazah sebelum menuju pemakaman Puncak Nirwana dilaksanakan hari Selasa, 19 Juli 2022 pukul 08.00 WIB.
Semuel Yonathan memiliki seorang istri bernama Lo Siu Ing, dan enam orang anak.
Menurut Grace, anak bungsu Semuel Yonathan, yang menghubungi Pos Kupang dari Surabaya, Sabtu, 16 Juli 2022, almarhum Semuel Yonathan adalah anak bungsu dari tiga bersaudara yang semuanya laki-laki.
Semuel Yonathan datang merantau dari Desa Coanciu (Quanzhou) RRC ke Sumba saat masih berusia 11 tahun. Ia datang ke Sumba untuk menemani ayahnya yang lebih dulu berdagang di Sumba.
Baca juga: PT Teratai Waingapu Berbagi Kasih dengan Korban Terdampak Seroja
Saat berada di Sumba, Semuel Yonathan kecil terus bertumbuh menjadi dewasa. Saat berusia 24 tahun, tepatnya tanggal 12 Desember 1952, Semuel Yonathan menikah dengan seorang gadis pujaannya yang kemudian menjadi istrinya bernama Lo Siu Ing. Dari pernikahan ini, pasangan Semuel Yonathan dan Lo Siu Ing dikaruniai enam orang anak.
Setelah menikah, pasangan Semuel Yonathan dan Lo Siu Ing mengarungi kehidupan rumah tangga dengan berbisnis menjual sepeda dan BBM (bahan bakar minyak).
Penjualan sepeda waktu itu sangat laris. Sang istri, Lo Siu Ing, juga sangat mahir memasang jeruji ban sepeda.
Selain menjual sepeda, mereka juga menjual BBM di kala kondisi transportasi ke Sumba saat itu masih sulit. Saat itu, mereka menjual 100 drum BBM untuk satu Pulau Sumba. Mereka mendatangkan BBM menggunakan sarana angkutan laut, yaitu perahu.
Perjalanan kapal/perahu juga butuh waktu. Bisa sampai 3 bulan baru perahu/kapal pengangkut BBM tiba di Pulau Sumba. Akibatnya, banyak orang marah jika stok BBM habis.
Suatu waktu, apa yang tak pernah diimpikan pun terjadi. Pada tahun 1975, Bupati Sumba Timur saat itu, Umbu Haramburu Kapita, memintanya menjadi kontraktor.
Baca juga: PT Teratai Bantu APD dan Wipol ke RSK Lindimara Waingapu
Permintaan itu pun disambut Semuel Yonathan. Awalnya ia diminta mengerjakan gorong-gorong. Pekerjaan pertama ini dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Pekerjaan gorong-gorong yang seharusnya diselesaikan dalam waktu empat bulan juga bisa diselesaikannya dalam waktu dua bulan.
Setelah sukses menyelesaikan pekerjaan pertama, Semuel Yonathan terus diberi kepercayaan. Semuel diberi kepercayaan untuk mengerjakan Kantor Camat Melolo, Jembatan Payeti, Weri, Irigasi Mangili, RSU Umbu Rara Meha Waingapu, Pasar Inpres Matawai, bengkel PU, dan pekerjaan lainnya.
Saat mulai merintis pekerjaan sebagai kontraktor tahun 1975, Semuel Yonathan merupakan orang keempat di Sumba yang menekuni pekerjaan sebagai kontraktor. Sejak saat itu, pekerjaan sebagai kontraktor itu terus digeluti Semuel Yonathan yang sampai saat ini diteruskan oleh anaknya.
Menurut anaknya Grace, ada pengalaman berkesan ketika Semuel Yonathan menekuni pekerjaan sebagai kontraktor. Suatu saat Bupati Sumba Timur, dr. Lapoe Mokoe (alm) datang sidak proyek yang dikerjakannya. Saat itu, Lapoe Mokoe bertanya kepadanya. "Hai Lotus, ini campuran semen berapa?"
Apa jawaban Semuel Yonathan? “Pak jangan tanya saya, lebih tepat tanya pada orang yang campur semen itu." Lalu tukang yang mencampur semen itu berkata, "Pak kita warga di area sini, kalau kita campur tidak benar kita yang rugi," jawab tukang yang mencampur semen itu.
Pada tahun 2000 di usianya yang ke-72 tahun, Semuel Yonathan harus meninggalkan Sumba dan tinggal di Surabaya karena sakit lambung dan lever yang dideritanya, serta urat syaraf terjepit. Sempat menjalani operasi lulut, dan berkat kemurahan Tuhan Semuel bisa disembuhkan.
Setelah sembuh dari sakit, Semuel Yonathan membawa tulang ayahnya ke RRC untuk dipersatukan dengan mamanya yang sudah 77 tahun berpisah. Air matanya menetes saat melihat nisan mamanya.
Selain itu, Semuel Yonathan juga memindahkan tulang kedua mertuanya dari kembang kuning bersatu dengan istrinya di tempat yang lebih nyaman di Puncak Nirwana.
Setelah istrinya Lo Siu Ing meninggal pada 19 Juli 2003, Semuel Yonathan selalu berharap jika kelak meninggal dunia, apakah Tuhan masih memberi kesempatan berjumpa istrinya itu. “Papa senang kalau diajak plesir, dan kisah masa muda diceritakan kembali,” kata Grace.
Menurut Grace, hari Selasa, 15 Juli 2022 pukul 12.30 WIB, ayahnya Semuel Yonathan merasa lapar. Ia meminta makan pada susternya. “Kemungkinan tersedak, papa lemas. Kemudian dibawa ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran Surabaya. Sesampai di rumah sakit, dokter jaga berkata, sudah tak ada nadi. Waktu itu sekitar pukul 13.20 WIB,” kisah Grace. (kas)
Baca Berita Sumba Timur Hari Ini Lainnya