Sewaktu melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Ganjar bergabung dengan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Tamat kuliah, Ganjar Pranowo awalnya bekerja di lembaga konsultan HRD di Jakarta.
Aktif di GMNI dan mengagumi Soekarno, Ganjar awalnya menjadi simpatisan PDI.
Tahun 1996, PDI dilanda konflik internal antara pendukung Soerjadi dan Megawati Soekarnoputri sebagai representasi trah Bung Karno.
Ganjar ikut mendukung Megawati, meskipun ayahnya adalah seorang polisi sedangkan kakaknya seorang hakim yang oleh Orba seluruh pejabat publik dilarang berpolitik dan harus mendukung Golkar sepenuhnya.
Ganjar akhirnya memilih berkarier di politik lewat Partai PDI-P yang dipimpin oleh Megawati Sukarnoputri.
Ganjar awalnya tidak lolos saat mencalonkan diri sebagai anggota DPR-RI pada pemilu 2004.
Akan tetapi dia menerima tugas sebagai pengganti antar waktu (PAW) untuk menggantikan rekan separtainya yang berada dalam daerah pemilihan yang sama (Jawa Tengah 7) yakni Jakob Tobing, yang ditugaskan oleh Presiden Megawati Sukarnoputri menjadi duta besar untuk Korea Selatan.
Di tengah kesibukannya sebagai Anggota DPR RI, dia sempat menyelesaikan studi pascasarjananya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia pada tahun 2013.
Dia sebenarnya merupakan mahasiswa pascasarjana di FISIP UI sejak tahun 2009, tapi terpaksa cuti karena kesibukannya sebagai anggota DPR-RI.
Pada 2013, Ganjar Pranowo mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Tengah berpasangan dengan Heru Sudjatmoko diusung oleh PDIP.
Lalu pada periode kedua, 2018-2023, Ganjar Pranowo maju lagi dan berpasangan dengan Taj Yasin Maimoen, anggota DPRD Jawa Tengah.
(*)
Artikel ini telah tayang di Sripoku.com dengan judul Profil Anies Baswedan Jenderal TNI Andika Perkasa & Profil Ganjar Pranowo Capres 2024 Pilihan Nasdem