Setelah 5 Tahun, Warga Kampung Akuarium Berterima Kasih Kepada Ahok , Rusun Dibangun Anies

Editor: Alfred Dama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau Ahok.

POS KUPANG.COM -- Pemerintah DKI Jakarta dibawa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama BTP alias Ahok menggusur kampung akuarium pada 11 April 2016 itu terjadi penggusuran

Peristiwa itu sangat membekas hingga membuat rasa pedih yang mendalam bagi keluarga yang harus kehilangan tenpat tinggal

Bukan membenci Ahok, wara Akurium kini justri berterima kasih pada mantan Gubernur DKI Jakarta yang kini memegang jabatan Komiusaris Utama Pertama

Kin Warga Kampung Akuarium, Jakarta Utara berterima kasih kepada Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab dipanggil Ahok karena dengan adanya tragedi penggusuran warga Kampung Akuarium dapat mengerti cara menggugat masalah tersebut ke Pengadilan Negeri Jakarta.

Baca juga: Ngaku Jatuh Cinta Setelah Menikah, Puput Nastiti Devi Ungkap Sikap Ahok yang Bikin Jatuh Hati

"Kalau pada saat itu bisa dikatakan kita sempat marah, kesal dan benci karena warga Kampung Akuarium harus digusur sebelah pihak oleh Ahok," ucap Darmadiani, Ketua Koperasi Akuarium bangkit mandiri kepada Tribunnews, Kamis (19/8/2021).

Darmadiani menjelaskan bahwa pada saat itu sekitar 500 keluarga harus terpaksa digusur.

"Tetapi untuk kepemilikan bangunan sekitar 240 kartu keluarga, selebihnya adalah orang yang kontrak," ucapnya.

Ketua Koperasi Akuarium bangkit menjelaskan bahwa pada saat warga digusur mereka harus bertahan hidup dengan fasilitas seadanya tanpa adanya bantuan Pemprov DKI Jakarta.

"Tidak punya fasilitas, tidak punya air, tidak punya identitas yang jelas," ucapnya kepada Tribunnews.

Ia menegaskan bahwa hal yang dilakukan oleh Ahok merupakan hal yang tidak benar karena menggusur warga sebelah pihak tanpa ada komunikasi.

Baca juga: Bukan Soal Selingkuh, Tak Disangka Ini Alasan Kuat Ahok BTP Ceraikan Veronica Tan

"Sebenarnya kita warga butuh komunikasi dan kaloborasi agar tercipta sesuatu yang terbaik," ungkapnya.

Selain itu, Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan karena bisa memimpin dengan hati nurani.

"Kita sebagai warga juga mengucapkan terima kasih kepada Gubernur DKI Jakarta karena dapat memimpin dengan baik dan menerapkan nilai kedua dan kelima Pancasila dengan tetap," ungkapnya.

Ia berharap pemimpin kedepan dapat memimpin DKI Jakarta lebih baik lagi dan memiliki hati nurani yang dibangun oleh para pejuangnya.

Warga Kampung Akuarium Terkenang saat Digusur  Hingga Tidur di Tenda Darurat

Musdalifah dan keluarga kecilnya satu dari sekian orang yang bertahan di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, sampai sekarang.

Ia akan selalu mengenang pada 11 April 2016, rumahnya dan rumah warga lainnya di Kampung Akuarium, digusur Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok

Baca juga: Jawaban Anies Baswedan Mengenai Rencana Maju Calon Presiden RI 2024 : Memang Saya Ada Rencana

Sejak saat itu Musdalifah dan keluarga lainnya terpaksa pindah ke shelter. Pengalaman penuh duka itu tinggal cerita, karena kini punya kehidupan baru di depan mata.

Ya, Kampung Akuarium yang dulu kumuh, kini sudah bersolek berkat polesan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Baca juga: Foto-Foto Perubahan Drastis Kampung Akuarium di Era Anies Baswedan

Teringat Kerap Digigit Tikus

Ia masih terbayang-bayang, bagaimana pada masa-masa sulit itu warga yang bertahan di Kampung Akuarium merasakan kehidupan yang miris.

Salah satu kenangan yang paling membuatnya susah tidur malam di tenda darurat, karena banyak tikus berkeliaran. Tak sekali dua kali ia digigit tikus.

Bukan itu saja, selama di tenda pengungsian, warga susah dapat pasokan listrik dan air bersih. Belum lagi cuaca tak bersahabat.

Baca juga: Siapa Pengganti Jokowi? Ganjar Pranowo Ungguli Prabowo dan Anies Baswedan di Survei Capres 2024

"Hidup di tenda paling ingat, susah nyari air, nggak ada listrik, sama digigit tikus," cerita Musdalifah kepada TribunJakarta.com di lokasi, Kamis (19/8/2021).

Menurut Musdalifah, warga tak berdaya ketika ribuan personel gabungan Satpol PP, TNI, Polri, dikerahkan saat penggusuran Kampung Akuarium berlangsung.

"Saya di sini hampir 20 tahun. Pokoknya pas tahu tanggal 11 April 2016 itu terjadi penggusuran," kenang Musdalifah.

Baca juga: Cerita Musdalifah, 5 Tahun Menanti Kampung Akuarium: Dulu Tidur di Atas Batu, Siap Huni Rumah Baru

"Waktunya itu sangat cepat sekali, enggak ada sosialisasi dulu kepada warga."

"Dalam jangka waktu 11 hari diratakan dan kita pun enggak tahu peruntukkannya buat apa," kata Musdalifah.

Singkat cerita, Kampung Akuarium akhirnya rata dengan tanah.

Pascapenggusuran, Musdalifah dan suaminya Helmi (36) serta anak pertamanya sempat kelimpungan mencari tempat tinggal.

Sebagian warga memilih menempati rumah susun yang dijanjikan pemerintahan zaman Ahok.

Sementara Musdalifah dan sebagian warga memilih bertahan di tenda.

Alasan utama Musdalifah bertahan ialah tempat pekerjaan sang suami yang berdekatan dengan Kampung Akuarium.

"Mata pencaharian suami saya kan buruh harian. Seandainya ditempatkan di Rusun Marunda atau Rusun Cakung itu terlalu jauh buat kerja," ucap dia.

"Sedangkan penghasilan saja sehari cuma berapa. Kalau buat bolak balik ongkos enggak cukup," bebernya.

Keluarga kecil itu akhirnya sempat menitipkan barang-barang ke rumah kerabat sebelum kembali ke puing-puing penggusuran, di mana tenda-tenda pengungsian mulai terpasang.

Baca juga: Digusur Ahok Lalu Dibangun Anies Baswedan, Intip Sederet Fasilitas Kampung Susun Akuarium

"Bingung mau tinggal di mana, tadinya numpang dulu ke rumah kakak saya."

"Pas di sini ada tenda ya sudah saya tinggal di tenda sini aja, bareng sama warga lain," kata Musdalifah.

Bertahan hidup di tenda jauh dari kata nyaman bagi Musdalifah dan mereka yang tetap bertahan di Kampung Akuarium.

Kampung Susun Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara. (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)

Beralaskan bebatuan sisa-sisa penggusuran, Musdalifah dan keluarga kecilnya hidup jauh dari kata enak.

Mereka harus berbagi ruang dengan warga korban penggusuran lainnya.

Seingat Musdalifah, dirinya harus hidup di tenda selama dua tahun.

Selama itu, sengatan matahari, angin kencang, hujan deras, membuat mereka yang tinggal di tenda begitu sengsara.

Tak jarang warga setempat harus begadang hingga pagi untuk memegang erat besi penyangga tenda.

Maksudnya, supaya tempat mereka berteduh tidak rubuh seketika.

"Kalau enggak salah di tenda hampir dua tahun. Saya ngerasain panas, kehujanan."

"Apalagi pas angin gede, kita enggak bisa tidur. Sama-sama pegangan tiang aja," kenang Musdalifah mengenang masa-masa sulit bertahan di atas puing penggusuran.

Satu tenda ada yang berisi enam keluarga sampai tujuh keluarga.

Dua tahun tinggal di tenda, Musdalifah dan warga lainnya tanpa listrik, air bersih, jauh dari rasa aman dan nyaman.

Berlalu dua tahun, Gubernur Anies mulai membangun hunian sementara bagi warga tergusur.

Saat itu Anies berjanji bakal kembali membangun Kampung Akuarium, tapi dengan hunian yang lebih layak dari sebelumnya.

Anies membangun sedikitnya 90 unit shelter untuk warga yang masih berharap rumah mereka dibangun kembali.

Musdalifah salah satu yang merasa terbantu dengan keberadaan shelter.

"Alhamdulillahnya, begitu masuk shelter ada identitas diaktifkan, air ada, listrik ada, semua ada," kata dia.

Perjuangannya bertahan hidup di tenda pengungsian selama lima tahun terbayar tuntas saat Anies datang pada Selasa (17/8/2021) lalu.

Tepat di hari kemerdekaan RI, Anies meresmikan pembangunan tahap 1 Kampung Susun Akuarium sebagai kemerdekaan baru bagi warga.

"Hari ini kita rayakan di Kampung Akuarium, merdeka untuk keadilan, merdeka untuk kesejahteraan," kata Anies dalam sambutannya.

"Warga di sini tabah melewati masa itu dengan ketahanan mental yang luar biasa. Periode 5 tahun mereka menjalani ujian amat besar," imbuh Anies.

Peresmian tahap 1 Kampung Susun Akuarium tepat setahun sejak peletakan batu pertama, yaitu 17 Agustus 2020.

Dua blok bangunan lima tingkat berisi 107+1 unit hunian tipe 36 itu menjadi awal sebuah kisah baru bagi Musdalifah dan warga Kampung Akuarium.

Musdalifah dan keluarganya mendapat unit di lantai 3 Blok D.

Ia bisa bernafas lega karena perjuangannya bertahan di atas hamparan puing tak sia-sia.

"Saya sudah sempat melihat ke dalamnya, senang. Itu sesuai konsep warga juga. Alhamdulillah hasilnya memang bagus," kata dia.

Kini, Musdalifah dan warga lainnya bersiap mengemasi barang-barang untuk segera menempati unit blok Kampung Susun Akuarium.

Dalam waktu dekat, warga yang dulu tinggal di atas batu akan segera menempati rumah baru.

Tags Kampung AkuariumdigusurAhokBasuki Tjahaja PurnamaAnies BaswedantikusPenjaringa

Sebagian Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Warga Kampung Akuarium Terkenang saat Digusur Ahok Hingga Tidur di Tenda Darurat yang Penuh Tikus

Berita Terkini